Healing

1.2K 168 36
                                    

"Apa yang harus aku lakukan, Tzuyu? Namja berisik itu benar-benar membuatku kacau." Mingyu berucap lirih. Sungguh. Ia benar-benar tak tahu apa yang harus ia lakukan. Apakah ia harus tetap setia pada rasa cintanya kepada Tzuyu? Ataukah ia harus kembali membuka lembaran baru seperti apa yang Wonwoo katakan? Entahlah. Yang pasti, apapun itu ia berharap itulah yang terbaik.

.

.

.

《 Healing 》

"Apa pekerjaanmu sudah selesai?" Pertanyaan Mingyu yang tiba-tiba tentu saja membuat Wonwoo terkejut. Beberapa hari setelah mereka berbicara di taman, Mingyu memang masih menjaga jarak pada Wonwoo. Namja tampan itu hanya akan berbicara sesekali, itupun jika ia benar-benar membutuhkan bantuan Wonwoo. Dan sekarang Mingyu tiba-tiba saja datang dan menanyakan apakah pekerjaannya sudah selesai. Bukankah itu terlihat sedikit aneh?

"Ah, sudah hyung. Apa kau membutuhkan sesuatu?" Wonwoo menatap namja yang ada dihadapannya dengan tatapan penuh tanya.

"Bersiaplah, temani aku ke suatu tempat." Setelah mengatakan itu Mingyu segera pergi meninggalkan Wonwoo. Meninggalkan namja manis itu yang masih mencoba untuk mencerna apa yang baru saja Mingyu ucapkan. Astaga! Wonwoo tak salah dengar, bukan?

Wonwoo yang tak ingin Mingyu marah dan berubah pikiran akhirnya segera berlari menuju kamar untuk bersiap. Ah, sepertinya ia akan memakai baju paling bagus yang ia miliki.

.

Keheningan terjadi di dalam mobil. Mingyu memilih untuk fokus pada jalanan. Sementara Wonwoo bingung untuk memulai percakapan. Sungguh. Sejujurnya ia sangat tak menyukai keadaan ini. Ia tak suka keheningan. Namun mau bagaimana lagi, ia masih merasa canggung jika harus memulai percakapan. Ia juga takut jika Mingyu akan tak suka dan marah jika ia berisik seperti biasanya.

Namja manis bermarga Jeon itu akhirnya memilih untuk menatap jalanan yang mereka lewati. Walau sejujurnya hal itu benar-benar merasa bosan. Sampai akhirnya kebosanan itu membuat ia mengantuk dan berakhir tertidur.

Mingyu menyadari bahwa namja yang kini tengah duduk disampingnya itu telah pergi ke alam mimpi. Namun ia memilih untuk membiarkannya. Perjalanan mereka memang masih membutuhkan waktu yang lumayan lama, jadi tak masalah jika Wonwoo tertidur.

.

.

Mata indah itu mulai mengerjap. Samar-samar ia mendengar seseorang memanggil namanya. Dan ia benar-benar terkejut saat yang memanggil namanya adalah Mingyu. Majikan sekaligus seseorang yang entah sejak kapan ia sukai. Ya, Wonwoo memang menyukai Mingyu. Entahlah. Wonwoo sendiri tak sadar kapan rasa suka itu mulai hadir. Yang ia tahu hanyalah ia mulai merasakan gelenyar aneh saat ia berdekatan dengan namja Kim itu. Bukan gelenyar menyakitkan. Melainkan gelengyar yang membuat hatinya menghangat. Jantungnya berdetak lebih kencang. Terasa mendebarkan namun juga membahagiakan.

Sejujurnya Wonwoo sempat ingin mengubur rasa itu. Ia merasa tak pantas memiliki rasa pada seseorang yang telah menolongnya. Ia merasa tak pantas karena ia dan Mingyu berstatus bawahan dan majikan. Namun ternyata menghilangkan perasaan itu tak mudah. Bahkan rasa itu semakin tumbuh setiap harinya.

Sampai akhirnya Wonwoo mendapatkan cerita tentang masa lalu Mingyu dari paman Kim. Disaat itu entah kenapa Wonwoo bertekad untuk membuat Mingyu terbebas dari bayangan masa lalu menyakitkan itu. Dan tekadnya itu semakin kuat saat paman Kim juga mengatakan bahwa ia percaya pada Wonwoo. Lelaki paruh baya itu mengatakan bahwa ia yakin Wonwoo akan bisa mencairkan dinding es yang selama ini Mingyu bangun untuk menutupi kesedihannya.

Meanie (One Shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang