3

150 17 0
                                    

“gue kayak kenal mereka berdua deh.” Gumam seorang cowok yang setelahnya melihat kepergian dua cewek tadi.

Ervan berbalik menghadap temannya itu.

“lo gak inget?”

“No”

“Seriously?” hanya dibalas anggukan kepala. Ervan menggeleng-geleng kepalanya. Semudah itu ya melupakan orang yang disayang. Padahal kata orang, melupakan orang yang disayang itu sangat susah. Bahkan katanya ada yang sampai nangis kejer-kejer dulu. Jujur. Sebenernya Ervan gak maksud yang dibilang semua orang itu.

“Emang mereka siapa sih?”

“Udahlah, nanti lo juga tau sendiri. Gak usah dipikir, sekarang kita lanjut kerumah gue. Nyetir yang bener! Awas sampai mau nabrak orang lagi!” Ancam Ervan sambil mengeluarkan aura membunuh.

“yee.. Itukan si cewek tengilnya yang bego.” Cibir Cowok itu sambil berjalan masuk kedalam kemudi setir.

*TEARS*

Setelah sekian lama. Dia hanya berdiam sendiri di tempat yang paling ia benci.

Kini adalah awalnya untuk berubah.

Menuju masa depan untuk menjadi cerah.

Sudah sangat bosan ia menunggu.

Ia tinggal seorang diri.

Sebatang kara.

Hanya pemerintah yang membayarnya.

Kini ia harus mencoba.

Meski takkan bertahan lama.

Mencari kawannya yang lalu.

Mencari tujuan hidupnya yang baru.

Akan ia lalui semua cobaan yang mungkin akan datang silih berganti.

Ia harus bisa!

Tak ada kata gagal

Dan tak ada kata tiada,

Sebelum ia maju.

Tetap Berjuang!

*TEARS*

Suasana di SMA Terang Cahaya sudah sangat ramai. Padahal masih pukul setengah tujuh. Semuanya benar-benar harus disiplin.

Ada yang sedang berjalan-jalan sambil membawa buku pelajaran. Ada yang sekedar menggosip ria. Ada yang sedang bermain-main basket. Dan untuk pasangan couple ada yang mengumpat di perpus, atau mungkin pergi kekantin, Atau kadang juga duduk di meja paling pojok dalam kelas mereka. Bermacam-macam.

“Tere.. kira-kira, siapa ya anak baru itu?” Tanya Alya yang kini sudah duduk disebelah Tere. Tere yang sedang membaca novel membalasnya dengan mengedikan bahu.

“Hhh... gue gak nyangka, bakal ketemu lagi.” Gumam Alya tanpa sadar, karena kini otaknya penuh dengan satu cowok. Entah itu kenangan mereka, atau awal mereka bertemu kembali, dan juga khayalan bagaimana masanya saat ada cowok itu. Pokoknya penuh dengan pikiran cowok itu.

“Namanya Ervan Pramudya Pratama. Keren. Seperti orangnya.” Gumam Alya tanpa sadar kembali.

Tere yang mendengar kelanjutan gumaman Alya, karena sejujurnya dia gak fokus baca novel itu. Ia segera menutup novelnya dan berbalik menghadap Alya. Ia menatap Alya dengan tatapan minta penjelasan.

Alya yang merasa orang disebelahnya sedang menatapnya. Ia Cuma bisa pasrah. Ia tau. Kalo sudah ketauan Tere, pasti harus sedetailnya kasih tau. Jangan main rahasia-rahasiaan.

TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang