5

142 14 0
                                    

“al, lo tau gak? Kalo si sofie itu sahabat gue waktu kecil itu! Dan yang berarti sahabat lo juga!” Tutur Tere, mengakhiri cerita panjang lebarnya itu. Alya yang mendengar cerita Tere itu sedari tadi, hanya menguap-nguapn gaje.

Tere yang melihatnya jelas manyun. “lo jahat Al!” canda Tere.

“halah..” Ucap Alya sambil mengibaskan tangannya. “gue udah tau lebih dulu!  Lonya aja yang pikun-an. Masih muda kok pikun-an.” Lanjut Alya.

“iyayah.. kan waktu itu elo gumam gitu,” gumam Tere yang lalu duduk dipinggir ranjang, sebelah Alya yang sedang tengkurap membaca novel. “lo kayaknya asik banget baca novelnya.. novel apaan sih?” Tanya Tere penasaran yang kemudian mengambil novel dari tangan Alya.

“Oh ‘Selamat Datang Cinta’.. Bagus kok ceritanya” Alya yang mendegar kelanjutan Tere setelah membaca judul novel itu memicingkan matanya. Sejak kapan Tere jadi pembaca novel?

“sini dah kembaliin! Gue mau lanjut baca!” Tere memngembalikan novelnya. Sekarang dia menatap Alya sebentar yang terlihat sudah mulai sibuk didunianya. Tere menatap sekitar kamar Alya. Hari minggu kamarnya Alya masih tetap aja rapi. Bener-bener rajin.

Lalu Tere lanjutkan berjalan mengitari kamar Alya. Dia sudah sering melakukan ini, namun rasanya kali ini seperti ada yang berbeda. Entah apa itu.

*TEARS*

Ting! Tong!

“yakin lo ini rumah si salah satu cewek yang kita temui seminggu lalu itu?”

“iyee..”

“lo tau darimana?”

“banyak tanya lo! Ini itu..”

Jegreg!

Pintu si pemilik rumah terbuka. “Siapa?”.

“Hy alyaa!! Kita ketemu lagii..” Sapa salah satu dari dua cowok yang mampir dirumah Alya. Alya menegang. Ketemu lagi? Itu yang dipikir alya berkali-kali. Dia slalu berharap dapat bertemu lagi dengan Ervan. Dan sekarang bertemu lagi?, Benar-benar membuat hati Alya senang!

“Ma.. masuk dulu..” Ervan mengangguk juga sohibnya yang satu itu.

“Ini yang elo kenalin namanya Rico ya?” Tanya Alya memecah keheningan. Ervan mengangguk. “siapa ya? Gue lupa...” lanjut Alya. Ervan memaklumi, kalau misalkan Alya lupa dengan nama sahabatnya. Dia menyikut-nyikut lengan Rico. Sedari tadi Rico hanya diam. Kayak patung. Dan itu juga ngeliatin Alya terus.

“ssstt.. Ric... Ditanyain” bisik Ervan. Rico langsung sadar kealamnya. Dia terlihat salting. Alya yang melihatnya menaikan salah satu alisnya. Aneh.

“ee.. gue Rico. Sohib eh maksudnya udah kayak bestienya Ervan gituu..” Ujar Rico sambil tersenyum manis. Yang sebenarnya menahan grogi. Ervan tertawa dalam hati melihat tingkah sohibnya ini.

TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang