Awan menggantung rendah dan tampak akan segera melepaskan beberapa tetes air untuk membasahi bumi. Ekspresinya nampak tenang ketika kedua manik hitam itu menyaksikan bagaimana proses sebuah gerbang besi yang terbuka dan sebuah mobil sedan hitam melaju dengan kecepatan rendah. Tangan nya tidak berhenti mengepalkan jemarinya itu.
Salah satu sudut bibirnya terangkat secara spontan, ia memutar tubuhnya ketika suara seseorang menyebut namanya, "Hei Mob, jadi apa selanjutnya?" Pria yang mengajaknya berbicara itu berdiri tegap dengan ekspresi yang tak dapat diprediksi.
"Apa yang kau persiapkan?" Tanya pria yang disebut Mob itu. "Kamar yang cukup menarik." Katanya terkekeh.
"Apa masih ada ruangan yang tersisa?" Pria yang semula berdiri didekat jendela itu duduk dikursinya. Ia mengerutkan dahinya, "Tentu. Didekat ruang penyimpanan?" Nada bicara si rambut biru sedikit berubah.
"Bukankah itu sedikit berdebu?" Pria didepannya tertawa terkesan mendengar pertanyaan itu.
Tunggu. Sejak kapan pria sepertinya tiba - tiba memiliki sedikit rasa belas kasihan?
Mengerikan.
"Aku memang bukan pria yang baik. Tetapi, anak itu adalah jaminan yang berharga." Mendengar kalimat itu, si rambut biru memasang ekspresi terkesannya. "Lalu? Hanya itu ruangan yang tersisa." Katanya.
"Lupakan. Persetan dengan debu, urus dia dengan baik."
"Tentu."
____
Dengan mata yang gusar, ia menatap ke segala arah, langkah nya terlihat ketakutan mengikuti pria bertubuh besar didepannya itu.
"Jadi, ini yang akan menjadi rumah baruku?" Ia bertanya pada dirinya sendiri.Beberapa pria dengan setelan hitam dan kacamata hitam berdiri didepan rumah. Mereka terlihat tenang dan sepertinya menunggu dirinya. Terpaan angin bulan November menerpa wajahnya ketika memasuki area halaman rumah, rambut coklatnya berterbangan secara acak.
"Kau sangat beruntung, Boss tidak membawamu ke pelelangan hari ini." Ia tersentak ketika salah satu dari algojo itu mengeluarkan suara dari arah belakang tubuhnya.
Pelelangan?
Oh ya, mungkin itu memang sudah menjadi takdirnya. Menjadi peliharaan bagi para petinggi di kota yang kotor ini. Lahir didunia yang jahat ini hanya akan membuatnya mati perlahan.
"Dia hanya jaminan. Tidak mungkin Boss menjualnya." Balas algojo lainnya.
Setelah kalimat itu keluar dari mulut algojo itu, Anak itu seperti terlihat semakin ketakutan. Terlebih jantungnya berdegup sangat cepat ketika kedua matanya menangkap seseorang yang juga bersetelan hitam berdiri didepan pintu besar, sepertinya pintu utama. Pria itu nampak berbahaya dengan rambut coklat gelapnya, ekspresi pria itu sama seperti pria yang berdiri disepanjang perkarangan rumah. Dingin dan terlihat mengerikan bagi remaja ini.
"Selamat datang."
Tidak. Tidak seharusnya ia disambut seperti ini. Ada keresahan yang menyelimuti dirinya ketika tubuhnya berpapasan langsung dengan pria berambut coklat gelap itu. Anak lelaki ini menundukan kepalanya dalam, pemandangan ini jelas terlihat seperti seorang murid yang tengah dimarahi seorang guru.
"Aku akan mengantarmu ke kamarmu." Ucap si rambut coklat memutar tubuhnya dan berjalan diikuti anak lelaki yang masih setia menundukan wajahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cosa Nostra ||Sanwoo
Fanfiction[on going] / [slow update] -A SanWoo/Woosan Fanfiction - (Bahasa indonesia) ❗️bxb/18+/yaoi/Mpreg/mafia/crime/punishment/bloody/❗️ .Alur lambat. 📍Main Character (couple) Name📍 - Choi San (dom) - Jung Wooyoung (bott) 📎 Side Character (couple) 📎 ...