Chapter 29; an Honor

1.7K 142 23
                                    

"Musuh itu tidak menghormati apapun."

.

.

.

Setelah kejadian yang tidak diduga kemarin, hingga siang ini Shim Jaeyun tidak keluar dari ruang kamarnya. Semua orang mengira pemuda itu sedikit mengalami shock ringan, meski dia mengaku bahwa dia baik - baik saja. Dr. Jeong sudah memberikan beberapa resep dan obat karena hanya itu yang dapat dia lakukan, ini sulit karena dia hanya memiliki gelar dokter umum bukan spesialis kejiwaan.

Waktunya untuk makan siang, semua orang berkumpul ke dapur untuk mendapatkan jatah makanan mereka masing - masing. Atmosfer di ruangan itu sangat kaku, dan hampir tidak ada perbincangan sama sekali.

"Apakah anak itu belum juga mau turun dan ikut makan bersama?" Kang Yeosang melemparkan pandangan matanya ke segala arah dalam ruangan, dia mencari sosok Shim Jaehyun yang bahkan tidak mengikuti jam sarapan.

"Aku rasa dia masih membutuhkan waktu, aku akan mencoba mengantarkan bagian nya nanti." Park Seonghwa menjawab sambil menuang sup ke dalam mangkuk dengan hati - hati.

Mendengar  ucapan Seonghwa, Jung Wooyoung berdiri dari posisi duduknya dan berjalan mendekatinya untuk membantu pria yang sedang sibuk mengurus sup, lalu berbisik kecil, "I-itu tidak perlu, hyung. Biarkan aku yang mengantarkan bagian Shim Jaeyun." Seonghwa sedikit terkejut mendengar kesukarelawanan Jung Wooyoung. Dia menatapnya dengan tatapan ragu, "Apa kau yakin?" Jung Wooyoung mengangguk dan tersenyum lembut, "Lagi pula kau sedang hamil..." Dia mengusap perut buncit Seonghwa, "... Tidak baik jika terus melakukan hal berat."

Park Seonghwa tertawa kecil, "Menaiki anak tangga tidak akan membuatku melahirkan secara mendadak, Wooyoung-ie.", Dia mengulurkan nampan berisi seporsi makanan lengkap bagian Shim Jaeyun.

Kang Yeosang menyadarinya dan bertanya, "Apa kau tidak ingin makan terlebih dahulu, Comare?" Membuat semua mata tertuju padanya, tetapi Jung Wooyoung menggeleng lembut dan menjawab, "Kalian bisa makan lebih dulu." tersenyum, lalu pergi membawa nampan itu keluar area dapur.

.

Jung Wooyoung sudah berada didepan pintu kamar itu hampir dua puluh menit lamanya. Dia berdiri tanpa bergerak; mematung dengan kedua tangan yang membawa nampan. Sesuai dugaan nya, dia sendiri kebingungan harus bagaimana agar anak muda itu setidaknya membuka pintu dan menerima makanan nya.

Beberapa kali dia menghela napas, mengatur napas, dan berlatih kecil memanggil nama pemuda itu, namun saat dia akan menyebut nama nya, suaranya justru terkunci di tenggorokan nya seperti kekurangan air.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Jung Wooyoung tersentak, dia menoleh dan mendapati Choi San, suaminya yang memasang ekspresi favorit nya. Meskipun Choi San sudah menjadi suaminya, Wooyoung tetap tidak berani menatap matanya dalam waktu yang lama. "A-aku ingin mengantar makanan untuk Jaeyun." cicit nya.

Choi San menatap bagaimana tubuh yang lebih pendek darinya itu bergetar kecil, dia juga bisa merasakan bahwa Wooyoung kebingungan, meskipun dia tidak ingin ikut campur, tetapi dia masih ingin membantu, "Biarkan aku yang melakukannya." Mafioso itu mengambil satu langkah lebih depan dan mulai mengetuk pintu secara buru - buru.

"Shi--" , "Tidak! biarkan aku yang memanggilnya." hentakan suara Jung Wooyoung membuat Choi San sedikit terkejut tetapi tentu saja pria itu tidak akan menunjukan ekspresi terkejutnya. Dia menatap Jung Wooyoung, mengangkat kedua tangan dan alis secara bersamaan; memberi isyarat. "silahkan.." lalu mundur beberapa langkah mengamati bagaimana punggung istrinya terlihat gugup.

Cosa Nostra ||SanwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang