2 : Zulfan?!

13 4 0
                                    

Aya pulang kali ini sedikit lebih larut, ia bahkan tak pernah pulang selarut ini walau begitu jalanan tetap ramai meski beberapa bus sudah tak beroprasi. Halte bus menjadi tempat favoritnya ketika ia mulai pindah ke kota ini.

Tempat itu akan sepi saat jam 22.00 keatas, aya selalu memanfaatkan itu untuk berduduk santai dengan kopi yang ia beli, kadang setelah pulang bekerja paruh waktu aya jarang menyempatkan diri untuk duduk disana ia terlalu lelah untuk itu, tapi tidak dengan malam ini. Aya tau jika ia pulang sekarang maka akan terjadi peperangan besar yang terjadi antara ia dan adiknya, yap. Halte bus adalah tempat aya bercurhat ria tentang masalahnya ia menangis dan juga mendapatkan solusi dari masalahnya karena halte bus. Aneh tapi setiap orang pasti punya tempat ternyamannya untuk meluapkan perasaan sedih marah juga kecewanya, aya tak ingin terlihat lemah dihadapan orang lain hanya karena masalah hidupnya.

"gue harus kerja apa lagi ya biar tia bisa sekolah, part time ama jualan aja keknya ga cukup deh buat ngebiayain tia biar jadi dokter? Ohh! Atau gue cari kerjaan tetap aja ya? Ah ga mungkin, ibun pasti marah kalo gue berhenti sekolah" gumam aya. Gadis itu tampak pasrah dengan akal sehatnya, ia menggoyang goyangkan kopi yang berada di tangannya tanpa ada rasa ingin menyesap sedikit pun. Americano memang terlalu dewasa untuk gadis seusianya, terlalu pahit dari kenyataannya namun minuman itulah yang paling terjangkau harganya.

"Hei, ga baik melamun sendiri. Memangnya kamu kancil yang suka makan ketimun?" Tanya laki laki dengan topi dan jaket hitam itu. Ia duduk tepat membelakangi aya yang telah lama meratapi nasib dirinya sendiri.

"Maaf ya pak kalo saya ga sopan, lebih baik ga usah ngurusin hidup orang deh. Makasi yah udah nyadarin saya dari copet" jawab aya, ia membenarkan duduknya yang semula seperti ulat bulu kini menjadi ratu anggun yang malu malu. Dasar perempuan.

"hahaha" Zulfan, laki laki itu hanya tertawa saat ia mendengar jawaban dari aya. Sebegitu tuanya kah ia sampai harus di panggil pak? Sedikit tersinggung namun ia buang jauh jauh pikiran itu. "Kamu gadis pertama yang memanggil lelaki umur 17 tahun ini sebagai bapak, terima kasih" sindir Zulfan dengan melanjutkan tawa di kalimat akhir.

Sontak aya terkejut, ia tak melihat wajah lelaki itu dan memanggilnya pak karna tubuhnya jang terlalu jangkung untuk anak remaja akhir. Aya mendekat dan melepas topi Zulfan dari tempatnya berada, ia terlalu reflek hingga tak menyadari kalau dirinya terlalu dekat dengan wajah Zulfan.

"Mbak bisa munduran dikit? Kalo gini orang bisa mikir aneh aneh, dikira kamu sedang mencabuli saya" goda Zulfan.

Sontak saja aya mendorong dada zulfan yang membuatnya jatuh ke bawah. Aya kembali duduk dan menyedot kopinya sampai habis tanpa ada niat untuk membantu Zulfan yang jatuh.

"Ini saya gak di tolongin?" Pertanyaan Zulfan membuat Aya salah tingkah, ia hanya melirik Zulfan yang sudah berdiri.

"Menurut ngana? Udah berdiri gitu masih minta ditolongin? Modus ya?" Sindir aya.

"Hahaha udah lama ga ketemu sekali ketemunya disini, emang jodoh ya kita" tutur Zulfan yang membuatnya kaget, kisah klasik yang belum usai menurut aya. Dimana saat Sekolah Menengah Pertama ia dan Zulfan dekat sebagai junior dan senior, hubungan yang terlalu dekat membuat Aya menganggap Zulfan lebih dari kakak tingkatnya.

Aya mengingat betapa konyolnya ia dulu saat mengungkapkan perasaannya kepada Zulfan membuatnya bergidik ngeri, " mata lo! ini cuma kebetulan bego," tegas Aya.

Zulfan hanya tertawa, gadis itu masih sama sifatnya saat ia tinggal beberapa tahun lalu. "Mau ikut ga? Kebetulan saya bawa motor," ujar Zulfan.

"kaga, ntar lo ngepoin seluruh kehidupan gue kalo sampe lo tau rumah gue awas lo ya!? Yes akhirnya bus terakhir dateng! bye nyet," Aya pergi dengan tatapan mengejek Zulfan, sang empu hanya tertawa gemes melihat gadis yang tak berubah itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DaffodillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang