-1-

106 20 4
                                    

Ketegangan memenuhi ruangan, bagai angin yang menghembus di pagi hari.
Dia menginjakkan kakinya ke dalam ruangan terang dengan meja besar dan beberapa
orang yang dia ketahui bekerja untuknya.

"Selamat datang!" salah satu mengatakan sambil menyesap cairan dari cangkirnya. Dia menganggukan kepalanya lalu duduk di kursi yang terletak di ujung meja. 

"Jadi, apakah sudah diatur?" dia mulai.

"All set." salah satu menjawab.

"12 Juni, Camp Vindertown. Base sekitar 1-2 km dari pusat camp." perempuan dengan rambut diikat ke atas yang sedang melihat kertas di dekatnya menjawab. 

"Well, get ready. Barang- barang kalian sudah ada di meja kalian masing-masing." dia berkata. Seluruh ruangan mengangguk sambil membereskan barang-barang mereka, bergantian, semua keluar dari ruangan tersebut, ruangan yangmenyimpan banyak rahasia. Rahasia yang dapat membahayakan siapa pun yang terlibat

* * *

'Riiiiiiiiiiiiiing' bel terdengar dengan kencang. Itu adalah hari terakhir mereka
harus mengerjakan ulangan yang membuat kepala mereka meledak berkeping-keping.
Mereka membereskan alat tulis sambil menunggu dengan tidak sabar sampai guru membubarkan kelas dan diikuti oleh beberapa teriakan girang.

"Akhirnya, 2 hari lagi, abis itu wisuda terus udah. Gak perlu belajar, gak sekolah. Selama 2 ½ bulan. 2 ½ bulan Frase!! " Amelie berseru. 

"Iya, iya" Fraser menjawab sambil tertawa kecil.

Morgan hanya memutar matanya melihat tingkah kedua temannya. Terlihat jelas mereka saling menyukai, tetapi terlalu lalai untuk menyadarinya. Sebenarnya Morgan tidak terlalu suka dengan Fraser, karena sejak dia memasuki hidup Amelie pertemanan mereka mulai menjauh, tetapi dia mengabaikannya karena dia tahu Amelie senang. 

"Okay, i'm not planning on sitting here watching you guys flirt all day  jadi aku balik duluan ya, daahh." kata Morgan. Dia berputar, rambut sebahunya bertebaran kemana-mana akibat angin.

"Ingat! 12 Juni jam 6 di rumahku ya!" Amelie berteriak agar Morgan bisa mendengarnya. 

"Okee!" Morgan membalas sambil menjauh dari tatapan mereka. 

"Kamu juga, awas jangan telat." Amelie membalikkan matanya ke sepasang mata disebelahnya.

Fraser mengangguk lalu mereka berpisah meninggalkan gedung sekolah yangsepi. Kosong, seperti gedung terbengkalai yang telah dilupakan. Murid pergi tanpa melihat ke belakang.

* * *

Senin, 12 Juni 

Amelie melirik tasnya yang terletak di sudut kamarnya, penuh terisi dengan barang- barang yang sebenarnya tidak berguna tetapi tetap dia bawa. Dia menyambar ponselnya untuk menghubungi Morgan. Beberapa bunyi 'beep' telah berlalu, Amelie menjadi tidak sabar, pada akhirnya dia menyerah dan pergi ke ruang makan sambil mencoba menghubungi Fraser. 

"Jam 6, jangan lupa. 35 menit lagi" dia mengirim pesan pada temannya yang bermata coklat.

"Sabar, baru juga keluar rumah" temannya langsung menjawab, menyebabkan dia tertawa kecil. Ia mengambil sarapannya lalu balik ke kamarnya, mencoba untuk menghubungi Morgan lagi. Untungnya kali ini panggilanya terhubung.

"Pagi banget ngapain telfon-telfon sih Am?" suara temannya yang mengantuk itu
terdengar. 

"Hah? Ini tanggal 12 Juni Mor, jam 6 di rumahku, inget?" dia menjawab,
sedikit berteriak. Tidak ada suara yang terdengar saluran lain maka Amelie menambahkan.

"Camp! VinderTown Summer Camp! Masa lupa?" 

"OH ITU! Sorry sorry lupa, untung udah packing dari lama, tungguin ya jangan tinggalin, 20 menit sampai kok." suara Morgan terdengar lalu panggilan langsung mati. Amelie menggelengkan kepalanya karena kebodohan teman sejak kecilnya itu. 

* * *

Mereka sampai di lokasi camp tepat waktu, lebih tepatnya 10 menit sebelum acara dimulai. Mereka berkumpul di sekitar papan yang menunjukan tenda masing- masing peserta. Orang -orang menaruh barang-barang mereka dan menuju ke satu-satunya ruangan di hutan itu untuk briefing. Ruangan tersebut tidak terlalu mewah, tetapi lumayan luas, ditata sebaik mungkin oleh pihak panitia agar terasa lebih nyaman. Perlahan- lahan segerombolan remaja masuk lalu menduduki kursi yang belum ditempatkan bersama temannya masing-masing. 

Semakin banyak orang yang mulai berdatangan. Fraser mulai bercakap dengan seorang laki- laki bernama Jaeden dan Dylan, dan sebelahnya ada perempuan yang dia ketahui sebagai Kiera dari obrolan Fraser dan dua orang lainnya. 

Saat semua peserta sudah berkumpul, saat briefing sudah ingin dimulai suara 'BANG!' keras terdengar, semua orang menoleh ke tempat suara keras itu terdengar. Yang mereka lihat sangat tidak menyenangkan hati. Seorang remaja laki laki yang memiliki badan kurus namun tinggi membeku, badannya jatuh ke lantai membuat suara keras dan detail yang tidak bisa dilewatkan, peluru pistol tepat di kepalanya. Di Belakangnya sekitar 7 orang dengan baju semua hitam, masker hitam dan masing masing memiliki senjata. 

Akhirnya 1 berkata "Selamat datang di permainan kecil saya, kalian memiliki 20 detik untuk lari dan mengumpat sebelum saya dan teman saya mengejar anda dan hanya tuhan yang tahu apa yang akan terjadi." Orang- orang berlarian dengan panik seperti laron yang terbang mengelilingi lampu. Mencoba untuk berlari dan mengumpat di tempat yang mereka masih bisa menikmati hidupnya. Fraser mengambil tangan Amelie sambil berlari dan Morgan ikut lari di belakang mereka mencoba untuk tetap hidup.




Kamp Musim Panas VinderTownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang