Fraser mulai membuka matanya perlahan.
"Sudah bangun dari tidur nyenyakmu saya lihat?" kata orang bersuara berat dan serak. Fraser mulai sadar atas keberadaannya. Semua yang sebelumnya buram terlihat jelas. Sebuah ruangan kecil dengan jendela- jendela besar. Banyak mayat tubuh orang atau orang yang nyaris mati yang bisa dilihat melalui kaca tersebut. Dihadapannya ada sosok Amelie dan Jaeden yang diikat ke sebuah tiang. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya namun dia tersadar bahwa tanganya diikat dan kedua kakinya dirantai pada tiang di belakangnya, mulutnya masih ditutup, ditempel oleh selembar lakban.
Sebuah tangan mendekatinya mulai mendekatinya. Dia mencoba memberontak agar tangan itu tidak mendekat lagi. Tetapi tangan itu tetap mendekat. Dia menonggak, mencoba melihat siapa pemilik tangan itu. Seringai puas terlukis di wajahnya sambil ia membuka labkan dari bibir Fraser. Fraser menatapnya, darahnya mendidih. Kemarahan mengambil alih tubuhnya.
"Surprise, surprise! Awww, gak bisa gerak untuk berantem?" Kiera menggoda.
"KAMU!" dia menyadari. Kiera telah menipu mereka semua untuk memercayainya, namun dia adalah pengkhianat.
"LEPASKAN SAYA!" Fraser berteriak sambil mencoba melepas ikatan ditangannya yang hanya berhasil membuat tangannya terluka.
"Lepaskan saya sekarang juga atau tidak-"
"Atau tidak apa? Kamu mau bunuh saya? Kamu sadarkan kamu yang merupakan sandera disini dan kamu tidak memiliki senjata. Jangankan senjata, tanganmu terikat! Kakimu dirantai! Kamu mau apa?" potong Kiera.
"Anak-anak! Cukup" suara serak dan berat itu kembali bersuara. "Tamu -tamu lain kita sudah bangun."
Mereka menoleh ke arah yang ditunjuk pria tinggi berjenggot itu. Mata mereka membelalak melihat Kiera yang berupa pengkhianat. Kiera mendekat ke Amelie dan Jaeden lalu melepas lakban di mulut mereka secara sembarangan. Mereka mengerang kesakitan sebagai tanggapan.
"Selamat datang Amelie." pria itu lanjut berbicara dengan rambutnya yang mulai memutih.
"Bagaimana anda tahu nama saya?" Amelie menjawab gemetar ketakutan.
"Sekarang izinkan saya memulai cerita saya dengan perkenalan." pria itu menambahkan, mengabaikan pertanyaan Amelie.
"Nama saya Warden, dan sepertinya kalian sudah tahu bahwa saya tahu nama-nama kalian. Saya seorang weapon engineer tetapi saya memiliki perusahaan sendiri. Dan jika kalian bertanya mengapa kalian ada disini sekarang, kalian lebih baik dengar saya baik- baik. Saya teman baik Jennifer saat SMP dan SMA, ya Jennifer ibumu Amelie. Kami adalah sahabat sejak lama, saya menyukainya namun dia tidak menyukai saya balik. Tidak, kalian perlu merasa kasihan kepada saya, kami jadian kok diakhirnya. Aku mencintainya, dan saya pikir dia juga mencintaiku, tetapi dia membohongi saya, lalu meninggalkan saya. Tak lama sehabis kuliah dia langsung menikahi Tom dan memilikimu. Sejak saat dia mengkhianati saya, saya terus berencana untuk balas dendam yang dapat menyakitinya sebanyak dia menyakitiku. Dan akhirnya saya sadar cara terbaik untuk menyakiti Jennifer adalah untuk menyakitimu. Kalian tidak tahu berapa lama saya menunggu untuk momen ini untuk terjadi. 20 tahun dan akhirnya saya bisa membalas dendam." Warden menyelesaikan ceritanya.
Amelie mulai gemetar ketakutan, air mata mengalir dari matanya membayangkan apa yang akan terjadi kepadanya. Badannya membeku, tidak bisa bergerak. Tatapannya kosong seolah-olah jiwanya telah meninggalkan tubuhnya.
"Anda sudah gila ya! Anda adalah psikopat! Anda pantas mati!" teriak Fraser.
"Oh! Iya, untuk kalian berdua, kalian cuma menghalangi jalan saya kok, kerusakan tambahan, jangan khawatir saya akan membunuh kalian dengan cepat, janji kalian bahkan tidak bisa merasakannya." Warden tersenyum lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamp Musim Panas VinderTown
Misteri / ThrillerAmelie dan teman-temannya baru saja lulus SMP dan di waktu liburannya mereka memutuskan untuk pergi kamping bersama lembaga VinderTown. Sedikit yang dia tahu ada psikopat yang sudah merencanakan kejahatnnya disitu. Mengapa dia memilih Kamp Musim Pan...