multiverse

564 85 9
                                    

Multiverse

.

Naruto belongs to Masashi Kishimoto

.

.

Waktu ialah semesta, dimana semua yang pergi akan kembali dan yang kembali tiada pergi lagi.

Maka biarkan, biar saja garis kita melingkar, berkelok, bahkan menyiku, selama kita tak lagi tersaruk dalam semesta tanpa asa ini di balik aku dan kamu, kita akan baik-baik saja dan tidak sia-sia.

.

.

happy reading!

.

Menyusuri rak yang sama untuk kesekian kali, Hinata memekik kegirangan ketika berhasil menemukan apa yang ia cari. Novel terbaru dari penulis kesukaannya ternyata sudah benar masuk ke toko buku ini. Berjejer dengan manis bersama novel-novel lain di rak paling atas yang kerap luput dari atensi. Dengan segera, ia berjinjit sambil mengulurkan tangan dalam upaya meraih novel itu. Namun dengan tubuh mungil serta kondisi rak yang menjulang tinggi, tentu saja jemarinya hanya bisa meraih udara dan jatuh kembali ke sisi tubuh dengan hampa.

Menggembungkan pipi, sang jelita tentu tak lantas kehilangan akal. Ia menolehkan kepala ke kanan dan kiri, barang kali ada petugas yang bisa dimintai bantuan terkait hal ini. Namun alih-alih mendapatkan sosok petugas yang sedang berpatroli, matanya malah menangkap sebuah tangga yang terlipat di ujung rak. Selama sedetik, dan sedetik saja, tangga itu seolah bercahaya dan bisa menjadi solusi bagi masalahnya. Maka tanpa berpikir lebih dari dua, ia langsung saja bergerak meraih benda itu dan menyeretnya ke depan deretan buku yang ia mau.

Dengan cekatan, Hinata membuka tangga itu dan memposisikannya sedemikian rupa. Lalu ketika ia benar merasa semuanya sudah aman, ia memanjat dengan segera.

Undakan pertama, semuanya baik-baik saja.

Undakan kedua, masih tidak ada apa-apa.

Undakan ketiga, Hinata melengkungkan tubuh dan mengulurkan tangan guna meraih novel yang ia inginkan.

Dan, berhasil!

Senyum sang jelita terbit lagi, menampilkan sederet gigi putihnya yang rapi. Ia memeluk novel itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya masih erat mencengkeram ujung tangga. Sambil berpikir bahwa ia harus segera pergi ke kasir dan bergegas pulang supaya bisa menikmati cerita yang ia nanti, Hinata menurunkan tubuhnya. Kakinya menjejak undakan kedua, dan mulai saat itu, baru semuanya berlangsung tak sesuai dengan apa maunya.

Segala hal kini bergerak begitu cepat dan melaju di luar kendalinya. Tangga yang ia pijak mendadak oleng ke samping, membawa serta tubuhnya yang kini hilang keseimbangan. Kepalanya bekerja dalam panik, novel yang semula melekat di dadanya dalam peluk hangat kini hilang entah kemana, menyisakan tangannya yang terbuka dan melayang di udara dalam upaya mencari pegangan. Meski hasilnya tetap saja nihil, dalam detik demi detik yang tak kunjung melambat, tubuhnya jatuh menembus udara bebas.

Hinata mengatupkan bibir rapat-rapat dan memejamkan mata erat-erat. Ia sudah pasrah, siap menghujam lantai karena gegabah. Dan—

Buk!

Sesuatu berdebam menghujam lantai, tetapi Hinata yakin itu bukan dirinya. Sebab alih-alih tersungkur pada alas yang dingin, ia bisa merasakan pendar hangat yang samar menguar menyelimutinya—menahan massa tubuhnya dengan dua buah tangan yang melingkar kuat di pinggangnya. Masih dengan mata yang terpejam erat dan malu yang merambat lambat, perlahan-lahan rona merah muda menjalar pada kedua pipinya.

Multiverse [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang