bagian satu

70.6K 5.9K 650
                                    

"Anggara yang cinta mati sama gue, bukan gue yang cinta mati sama dia! Kalau dia nggak ngancam mau bunuh diri, gue nggak bakal mau sama dia!"

Dua gadis di depan Bella mendengkus keras. "Temen lo mulai lagi ngarang cerita." ujar Milea, gadis berambut pendek.

"Tahu, ah, pasti sebenarnya Anggara waktu itu minta putus sama lo tapi lo mohon-mohon biar dia nggak mutusin lo 'kan?" sambung Yana.

Bella hanya menghela nafas frustasi. Sudah empat tahun berlalu sejak dia menjadi milik Anggara. Terikat dengan laki-laki itu. Bella mencoba membebaskan dirinya dari Anggara dengan menyebarkan fakta, namun tidak ada yang pernah percaya.

Semua orang beranggapan Anggara yang sempurna tidak mungkin melakukan hal bodoh itu hanya demi Bella, gadis yang cuma punya aset wajah yang cantik.

Bahkan beredar rumor bahwa Anggara tidak jadi melanjutkan kuliahnya di luar negeri karena Bella. Gadis itu memohon-mohon pada Anggara agar dia tidak pergi meninggalkannya.

Hanya Bella yang tahu bahwa hal itu adalah kebohongan besar. Faktanya, Anggara membuatnya tetap bertahan di Indonesia, padahal Bella sudah mempersiapkan kuliahnya di luar negeri mengambil jurusan desain grafis. Ayahnya telah mempersiapkan segalanya, mulai dari apartemen, hingga kartu-kartu pentingnya disana.

Dan Anggara mengacaukannya. Entah apa yang dia lakukan pada Ayah Bella, Anggara berhasil membuat Ayahnya berubah pikiran. Dan membuatnya berkuliah di salah satu universitas terkenal di Indonesia, bersama Anggara namun beda jurusan.

"Tuh, pacar lo datang," jari telunjuk Yana mengarah pada sosok yang berada di balik punggung Bella.

Gadis itu langsung terdiam. Kepalanya menoleh dan benar saja. Anggara disana, berjalan mendekatinya dengan wajah ramah, beberapa orang menyapanya.

Bella kembali menghela nafas frustasi. Lalu, dalam hitungan detik, sebuah tangan sudah memeluk bahunya. "Halo Yana, Milea," sapa Anggara. "Bella-nya saya bawa pergi dulu, ya."

Yana dan Milea balas tersenyum sok manis. "Bawa aja dia, kak, kita nggak butuh dia lagi." jawab kedua gadis itu.
Anggara tertawa kecil. "Ayo, Bel," bisiknya. Mau tak mau Bella segera bangkit dan Anggara langsung menggandeng gadis itu pergi darisana.

"Aku dengar kamu makan siang sama Ryan kemarin." Anggara berujar tenang, membuka pintu mobilnya untuk Bella. Gadis itu tampak menelan saliva.

"Aku cuma kebetulan ketemu sama dia," jawab Bella gugup. "Sumpah, cuma nggak sengaja ketemu."

Wajah ramah Anggara berubah dingin. "Aku orang yang pencemburu, aku sayang banget sama kamu, tapi kalau kamu main-main sama aku, aku nggak tahu apa yang kedepannya aku lakukan." bisik Anggara serak.

Bella terdiam. Wajahnya pucat pasi.

Tiba-tiba mobil Anggara berhenti. "Aku kangen banget sama kamu, udah dua hari kita nggak ketemu gara-gara aku ada acara," ucap laki-laki itu. "Aku kangen banget sama kamu." ulangnya.

Bella tahu apa yang Anggara inginkan, dia lalu melepaskan seatbelt miliknya, lalu mencium laki-laki itu tepat dibibir.

Anggara tersenyum, memeluk pinggang gadis itu. "Nanti malam kita dinner, mau?"

Bella hanya mengangguk patuh dan Anggara menyukai itu.

***

"Aku bosan sama makanannya," bisik Bella menatap tak minat potongan daging di depannya.

Anggara menghentikan kegiatannya. "Kamu bosan? Apa kita pindah ke restoran lain aja?"

Bella menggeleng. "Sebenarnya aku pengen nasi goreng yang kamu buat waktu itu, rasanya enak, aku bosan kalau makan ini terus." jawab Bella terang-terangan.

The Devil CharmingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang