Singto's Side

1.6K 164 11
                                    



Disclaimer: Singto dan Krist bukan milik saya tapi milik mereka sendiri. Saya hanya halu bikin cerita fiksi pinjem nama.


__________________________

Singto POV.

Sore itu hujan, aku berlari kecil sambil membawa payung kuningku ke sebuah kedai kopi. Ku tutup payung itu dan ku sandarkan pada dinding kedai. Sesaat sebelum masuk, tanganku mengibaskan bagian jaket denim army-ku yang terkena cipratan air hujan.

Ketika aku mendorong pintu, lonceng di atas berbunyi. Kakiku melangkah masuk, kemudian ku tutup pintu berkaca tersebut. Beberapa saat ku sapukan pandanganku menyeluruh. Dan tatapku terpaku pada satu sosok. Dia di sana. Duduk sendirian bersama secangkir kopi. Tanpa sadar, aku tersenyum.

Itu dia. Dia yang berwajah cantik untuk ukuran seorang pria. Kulitnya putih, hidungnya bangir, bibirnya tipis ranum, matanya bulat hitam kecoklatan, alisnya tersisir rapi, bulu matanya lentik terbalik, dan rambutnya yang legam. Sempurna. Setiap ke kedai ini, aku selalu mencarinya. Mataku selalu terpaku padanya. Pria yang duduk di sebelah jendela besar. Berdiam diri bersama asap mengepul dari cangkirnya di pukul empat sore.

Aku tidak mengenalnya. Aku tidak tahu apapun tentangnya kecuali wajah lugunya yang tak mengeluarkan ekspresi apapun. Benar-benar diam, tenang, dan menyesap kopinya dengan pelan. Aku tebak dia suka sendirian, pemalu, dan lebih mencintai buku daripada teman. Tipikal orang yang tertutup.

“Hey, Sing ... baru selesai kuliah?” sapa Off dari balik meja bar. Aku pun mengalihkan pandanganku pada Off dan mengangguk singkat. Lalu berjalan ke arahnya. Duduk tepat di depan meja bar-nya. “Seperti biasa?” tanyanya.

Aku mengangguk lagi. Off selalu tahu apa yang ingin ku minum. Sudah hafal katanya. Ku amati Off yang sibuk dengan mesin kopinya. Tanganku terlipat di atas meja setelah ku gosokkan keduanya agar hangat.

“Akhir-akhir ini cuaca sedang kurang bersahabat. Tadi kesini bawa payung?” tanya Off sembari sibuk dengan kopi dan susu.

“Iya. Sering hujan. Mungkin sudah memasuki musimnya. Tadi aku bawa payung. Aku taruh di depan.”

Off menuangkan air panas ke dalam cangkir hingga kopi itu timbul nyaris menyentuh bibir cangkir. Lalu ia mengambil sendok kecil untuk mengaduknya sebentar.

“Bagaimana skripsinya? Bimbingan lancar?” Sepertinya Off selesai dengan pesananku. Dia menyerahkan cangkir itu padaku.

Ketika aku meraih kopiku, hal pertama yang ku sentuh adalah aromanya. Asap yang mengepul hangat itu merambat ke indera penciumanku dengan lembut. Sangat menenangkan dikala sedang penat oleh skripsi.

“Akhirnya lanjut bab,” jawabku. Kemudian menyesap pelan kopiku. Rasa manis pahit menyentuh lidahku dengan nyaman. “Selalu enak, ya? Pas sekali.” Komentarku mengenai kopi buatannya.

“Siapa dulu yang buat?” narsisnya. Aku hanya terkekeh sembari meletakkan lagi cangkirku ke meja. Tanganku bertumpu, mengamati Off yang sedang mengelap cangkir-cangkirnya. “Aku bahkan tidak keberatan jika kau memesan untuk cangkir yang kedua,” lanjutnya.

Coffee Or Me [Singto X Krist ~ COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang