Coffee Boy

743 93 15
                                    

a/n. Cerita ini kelanjutannya sudah alu upload di twitter. Bisa di cek di akun @stroberilongkek di pin serba-serbi juga ada.

 Bisa di cek di akun @stroberilongkek di pin serba-serbi juga ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Roda yang berputar tak menampakkan lelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Roda yang berputar tak menampakkan lelahnya. Aspal yang licin tak lagi menghalangi. Singto mengendarai motornya dengan berhati-hati. Ditemani dengan cuaca mendung berkabut menerpa wajahnya sejuk menusuk. Untung saja ia memakai jaket kulit yang dapat menghalau tubuhnya dari hawa dingin.

Singto bukan penakut. Hanya saja berada di tempat yang seperti ini cukup membuatnya waspada. Binatang buas atau bahkan manusia begal pasti berkeliaran disekitarnya.

Demi Krist. Pria yang baru kemarin ia ajak kenalan. Pria yang menarik perhatian sejak tiga minggu lalu di Offrandes de Cafe.

Berbekal tekad dan sebuah peta pada ponselnya, sesekali ia harus memelankan lajunya untuk membuka ponsel dan memastikan bahwa jalan yang ia tempuh sesuai.

Alamat yang diberikan Krist cukup asing. Mengira dia salah jalan. Benar saja. Sejak ia dan motornya memasuki jalanan penuh hutan belantara yang sangat sepi. Hanya ada satu, dua kendaraan yang berpapasan dengannya. Setelahnya, ia sama sekali tak melihat satu pun orang yang lewat. Sudah 4 km atau lebih, entahlah, Singto tak menghitungnya dengan pasti. Ia terus berkendara. Tapi belum juga menemukan permukiman seperti kata Krist tadi.

“Apa masih jauh, ya?” gumamnya. Singto mulai ragu. Tapi ini kepalang tanggung. “Jauh juga dari kota. Apa itu berarti dia melewati ini setiap hari?”

Sementara itu Krist dengan bajunya serba hitam, menatap layar ponselnya. Kedua sudut bibirnya tertarik ke samping. Senyumnya mengembang sampai menampakkan lesung pipinya.

Ia menyimpan ponselnya, lalu tatapnya beralih pada nisan yang dingin membisu. Krist duduk berjongkok, mengusap nisan tersebut.

“Akhirnya aku menemukan penggantimu. Dia sama persis denganmu, brengsek!” Krist tersenyum miring. “Seperti ekor kucing di bawah kursi goyang.”

Coffee Or Me [Singto X Krist ~ COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang