Krist berjalan menelusuri sepanjang trotoar. Sesekali ia merapatkan jaketnya. Sore itu hujan baru reda. Hawanya sangat sejuk. Banyak orang berlalu lalang mengejar kegiatan menjelang akhir harinya.
Offrandes de Cafe buka. Krist mendorong pintu menimbulkan gemerincing lonceng. Ini sudah satu bulan lamanya tak berkunjung. Di sana, ia disambut Off dengan sangat antusias.
“Hey, kau Moccachino lama tidak kesini!”
Off memanggil sesuai minum kesukaannya. Hal itu membuat Krist terkekeh.
“Iya. Aku sibuk mengurus sesuatu.”
“Wow, kau cukup banyak mengeluarkan kosakata!” canda Off. Krist terkekeh. “Masih mocachino?”
Krist mengangguk, lalu menunjuk tempat duduk favoritnya namun sayang, tempat itu sudah terisi oleh orang lain. Off yang mengetahui itu, menawarkan untuk duduk di bangku bisa Singto duduk—depan meja barista.
“Kau bisa menempatinya,” kata Off.
“Baiklah.”
Off dengan kelincahan tangannya, membuat racika minuman pesanannya. Krist mengamati. Namun netranya tak sengaja melihat tumpukan selebaran tak jauh dari mejanya.
“Itu apa?” tanya Krist.
Off mengangkat muka. Menatap ke arah yang ditunjuk Krist.
“Oh, itu ...,” Krist meraih selebaran itu. “Temanku hilang sebulan lalu,” lanjut Off.
Di dalam selebaran itu, terpampang foto Singto. Seperti selebaran pencarian orang hilang, di sana disebutkan ciri-ciri Singto.
“Ini moccachino untuk pria menggemaskan sepertimu,” goda Off seraya menyerahkan minuman pada Krist.
Krist meletakkan selebarannya. Ia menerima cangkir moccachinonya.
“Terima kasih.”
“Oh, ya ... Kau pasti ingat dengan temanku itu, 'kan?”
“Singto?” tebak Krist.
“Kau masih ingat ternyata. Apa kau pernah melihatnya dimana, gitu?”
Krist menyeruput moccachino-nya dengan santai. Off menunggu jawabannya sembari mengelap beberapa gelas.
“Tidak. Aku tidak pernah melihatnya.”
Off mendesah kecewa mendengar jawaban Krist.
“Kemana, ya dia? Ponselnya sama sekali tidak aktif.”
Krist menghendikkan bahunya. Tanpa Off sadari, Krist tersenyum miring sangat tipis.
“Tidak biasanya dia hilang seperti ini. Bahkan polisi pun sudah mencarinya. Tapi hasilnya ...,” Off menggelengkan kepalanya.
“Aku turut prihatin atas hilangnya temanmu. Sepertinya dia pria yang baik.”
“Ya begitulah. Terima kasih, Moccachino.”
“Sama-sama.” Krist mengangkat cankirnya lagi dan meminum kopinya nyaris tandas. “Emm ... Off ini uangnya. Aku harus kembali. Terima kasih minumannya. Selalu enak!” Krist mengacungkan jempolnya.
“Eh? Kok buru-buru?”
“Ya. Seseorang di rumahku memerlukan obat.”
“Oh, ada yang sakit?”
“Iya. Dia memiliki banyak luka. Jadi aku harus segera pulang.”
“Oke, deh kalau begitu. Trims ya, udah mampir!” balas Off saat Krist berjalan keluar.
Beberapa saat, Off mengernyitkan keningnya. Ia menatap pintunya yang baru saja tertutup.
“Eh, dia memanggilku Off? Kok ... Dia tau namaku?” Off bergumam heran. Namun sedetik kemudian dia menghendikkan bahunya tak acuh.
Sementara itu Krist, keluar dari Offrandes de Cafe dengan smirk andalannya. Dia berjalan ringan menelusuri jalanan basah dengan riang.
“Singto tidak akan pernah kembali. Karena dia milikku!”
----END----
02/12/20
XoXo
Vin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Or Me [Singto X Krist ~ COMPLETED]
Fanfiction[Completed] PERAYA FANFICTION Pria cantik itu suka duduk di sudut kedai milik Off bersama secangkir kopi. Singto penasaran. Ia kira pria itu seorang yang pendiam dan pemalu, ternyata tidak juga. Rated: M Genre: Fluffy (?) Warning: OOC, LGBTQ, Mental...