2. When You Sleep I Fall

189 30 17
                                    

Bokuto Koutarou adalah pemuda yang berisik. Suaranya menggelegar, tawanya begitu khas, dan teriakan HEY HEY HEY! selalu ia gaungkan ketika bersemangat.

"HEY HEY HEY!! AKU MEMANG ACE TERBAIK!!"

"HEI, MINTA BENTO PUNYAMU, DONG!"

"NILAI SEJARAHKU 80!! AKU MEMANG TERBAIK!!"

"TAKAHARA!! LIHAT CATATAN KIMIAMU YA!"

Ya, bisa dibayangkan kan berisiknya seperti apa pemuda yang satu ini. Takahara Aiza, gadis dengan mahkota putih yang selalu diikat ponytail itu selalu meringis kala suara Bokuto yang menggelegar mencapai indra pendengarannya. Tiga tahun sekelas tidak bisa membuatnya terbiasa akan suara Bokuto yang volumenya melebihi 100% itu.

Selain berisik, Bokuto Koutarou adalah pemuda yang terlampau hiperaktif. Pemuda itu tak bisa berdiam diri saja di satu tempat. Ada saja kelakuannya. Contohnya,

"HEY HEY HEY! ACE TERBAIK DATANG!"

"BOKUTO, JANGAN SALTO DI KANTIN YANG SEDANG RAMAI!!"

BRAK!

Pemuda itu tak sengaja mengenai kakinya ke salah satu gadis yang sedang berjalan di depannya, membuat semangkuk ramen yang dibawa gadis itu tumpah ke lantai dan mangkuknya pecah berkeping-keping. Dan gadis itu adalah Takahara Aiza.

Tak hanya itu, ketika pelajaran kesenian ...

"ACE TERBAIK JUGA BISA MENJADI SENIMAN!"

"BAWA CAT AIRNYA HATI-HATI, BODOH! TERCIPRAT SANA-SINI!!"

Termasuk seragam Aiza dan wajah guru kesenian yang terkena cipratannya.

Lalu, ketika pelajaran olahraga ...

"RASAKAN SPIKE MAUTKU!!"

"BOLA BASKET JANGAN DI-SPIKE TOLOL!!"

"ITTAAIIII!! TANGANKU!!"

DUAGH!!

Bola jingga itu pun menggelinding tak tentu arah dan membuat Aiza yang sedang lewat tergelincir seketika karena tidak melihat bola yang datang. Kakinya pun keseleo dan sebagai permintaan maaf, Bokuto pun mengantarnya pulang menggunakan sepeda milik Konoha.

Berisik dan hiperaktif saja tidak cukup untuk mendeskripsikan seorang Bokuto. Ada satu hal lagi yang bikin geleng-geleng kepala. Mood pemuda itu cepat sekali berubah.

"Emm ... Bokuto, kenapa Bokuto duduk di bawah meja?"

Aiza mengerjap heran kala mendapati teman sekelasnya selama tiga tahun itu duduk memeluk lutut dengan wajah murung di bawah mejanya yang kebetulan bersebelahan dengan Aiza.

"Itu karena aku tak sengaja membeli roti yakisoba terakhir kesukaan Bokuto-san di kantin dan sudah kuhabiskan."

Akaashi entah dari mana tiba-tiba saja sudah berdiri di sebelah Aiza membuat gadis dengan manik hijau mint meneduhkan itu sedikit terkejut.

"Eh?"

Aiza mengerjap sambil menatap Bokuto yang murung di bawah meja. Iris emasnya meredup dan bibirnya merengut. Tampak sekali jika pemuda itu kesal setengah mati.

"Bokuto-san, sebagai permintaan maaf aku akan menemanimu latihan hingga malam."

Akaashi mendekat ke meja Bokuto, berjongkok di bawahnya.

"Benarkah?!"

Bokuto langsung menoleh ke arah Akaashi dengan iris berbinar dan kurva bibir yang perlahan melebar. Aiza hanya bisa mengerjap saat melihat perubahan mood Bokuto yang begitu cepat.

Akaashi hanya mengangguk sebagai jawaban membuat binaran di iris emasnya semakin terang.

"YOSH! Aku memaafkanmu! Ah, kan masih ada hotdog! Sebaiknya aku langsung beli sebelum kehabisan lagi!"

Aiza pun menatap hotdog yang baru saja dibelinya dan itu adalah hotdog terakhir yang tersisa di kantin.

"Bokuto ... maaf. Hotdog di kantin sudah habis dan yang aku beli ini ... adalah yang terakhir .."

"..."

.
.
.
.

Berisik, hiperaktif, dan mood swing -an. Bokuto Koutarou termasuk pemuda yang terlampau ekspresif dalam mengungkapkan apa yang dia rasakan, membuat Aiza tak pernah meluputkan pandangannya dari sang pemuda.

Baginya, Bokuto adalah orang yang unik. Selama tiga tahun sekelas, Aiza tak pernah bosan keheranan akan sifat Bokuto yang penuh warna. Kekanakkan yang menyenangkan dan kadang kedewasaan yang mengagumkan.

Hal itu terlihat ketika Bokuto bermain voli di lapangan, bertanding dengan penuh percaya diri untuk mewakili sekolah. Menjadi sosok kapten dan ace yang diandalkan.

Selalu menempatkan atensinya terhadap Bokuto lama-lama menumbuhkan rasa kagum dan penasaran. Lalu, rasa kagum dan penasaran itu berubah menjadi rasa suka.

Berisik, hiperaktif, kekanakkan, dan bisa diandalkan. Itu adalah pesona Bokuto yang membuat Takahara Aiza jatuh di dalamnya. Tidak hanya itu, ada satu hal lagi yang membuat Aiza semakin jatuh.

Wajah damai Bokuto yang terlelap menjadi pesona tersendiri bagi Aiza. Iris emas yang selalu berbinar itu tertutup rapat. Bibir yang selalu tersenyum lebar itu menipis. Tiada ekspresi namun memikat hati.

Menemukan Bokuto yang terlelap di bawah rindangnya pohon di taman belakang sekolah adalah anugerah tersendiri bagi Aiza. Mensyukuri keputusan Bokuto yang membolos di pelajaran terakhir sehingga Aiza bisa menemukannya di belakang sekolah kala ia sedang membuang sampah kelas sebagai bagian tugas piketnya.

Kini Aiza duduk bersimpuh di sebelah tubuh Bokuto yang telentang. Salah satu tangannya diletakkan di atas perut dan satunya lagi berada di sebelah tubuhnya. Napas pemuda itu naik turun dengan teratur.

Iris hijau mint Aiza menatap lamat-lamat wajah damai Bokuto yang tertidur pulas. Tampak menawan dan ingin terus-terusan dipandangi. Bokuto yang terlelap tampak begitu kalem dan tenang. Berbeda sekali jika pemuda itu dalam keadaan sadar.

Rona pun merekah di pipi putih Aiza kala menyadari bahwa ia terlalu lama menatap sang pemuda. Kepala digeleng-gelengkan, pipi ditepuk pelan. Teringat tugas piket yang belum selesai. Hari juga sudah semakin sore, Aiza pun memutuskan untuk membangunkan Bokuto keburu hari menggelap.

Namun, gadis itu tak bergerak. Ia masih duduk bersimpuh di sebelah Bokuto. Menatap lekat sang pemuda yang begitu memesona.

Tiba-tiba saja Aiza membaringkan tubuhnya di sebelah Bokuto, menatap wajah pemuda itu dari samping. Aiza tidak tahu mengapa ia melakukan hal ini. Jantungnya bergemuruh, pipinya terasa panas. Ini memalukan, tapi Aiza tak beranjak.

Angin sore membelai, gemerisik pepohonan terdengar. Teduhnya sinar senja membawa Aiza dalam kantuk yang tak tertahankan. Setelah beberapa lama, matanya pun menutup perlahan. Terlelap mengikuti jejak sang pemuda.

****

"Hoaam---woaa, Takahara?!"

Bokuto yang baru saja terbangun  dikejutkan oleh pemandangan Aiza yang terlelap di sebelahnya.

Kebingungan dan berbagai pertanyaan pun melandanya saat melihat sosok Aiza. Gadis itu tampak damai dalam tidurnya. Tidak terganggu oleh suara Bokuto yang setengah berteriak tadi.

Masih dalam mengumpulkan kesadaran, Bokuto menatap lamat-lamat Aiza yang berbaring di sampingnya. Surai putih yang diikat ponytail itu sudah agak berantakan, beberapa anak rambut jatuh di dahinya. Iris hijau mint yang tertutup, wajah putih pucat, tampak berminyak di hidung dan dagu, bibir merah ranum yang terkatup rapat.



Cantik dan ... menawan


Telunjuk terulur untuk menyentuh bibir gadis itu perlahan. Iris emasnya meneduh, rona merekah di pipi, dan senyuman tipis yang menawan menghiasi wajah tampannya.

Bokuto Koutarou jatuh dalam pesona Takahara Aiza yang terlelap ...


993 kata
mbakaiza

Among Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang