7. Golden & Green

159 22 6
                                    

Ini hanyalah kepingan momen kala kedua manik mereka saling menatap ...

***

Iris emas itu berbinar, menyatakan cinta lewat setiap kedipan.

Iris hijau itu berkilau, menatap malu-malu sang pujaan.

"Jadilah kekasihku!"

Satu anggukan, hamburan pelukan, kecupan singkat, mata menatap ...

Mereka telah memiliki satu sama lain ..

****

Iris emas itu menatap penuh keyakinan kala menatap lapangan lawan di depan. Senyuman lebar menghiasi tanda kepercayaan diri yang pasti.

Sorakan semangat dari tribun penonton sekolahnya menggaung, memberi energi untuk sang pemuda agar bisa melakukan service ace mematikan.

Namun, sumber semangat sang pemuda bukan 100% berasal dari teriakan mereka.

Seorang gadis bersurai putih yang diikat ponytail. Iris hijaunya menatap lamat-lamat sang pemuda, mengirimkan semangat lewat setiap kedipan. Dalam hati terus membisikkan kalimat yang sama,

'Kou pasti bisa ...'

... dan Bokuto selalu mendengar perkataan gadisnya.

****

Iris emas dan hijau itu saling memerangkap. Keramaian bandara diabaikan oleh mereka.

"Aku ..."

Gadis itu hendak berucap. Namun, tak sanggup. Iris hijaunya pun lari dari iris emas yang memerangkapnya.

"Aiza ..."

Pipi ditangkup, kening beradu.

Iris hijau itu berkaca-kaca, menahan likuid yang hendak tumpah. Iris emas itu bersinar redup, menatap sang gadis begitu lembut.

"Aku akan sangat merindukanmu ..."

Satu pelukan erat dan lama sebelum melepaskan kepergian ...

****

Iris emas dan hijau itu saling beradu. Layar ponsel menjadi perantara mereka. Keduanya terpisah di tempat yang berbeda.

Si gadis berada di Milan, Italia, sedang mencecapi pendidikan di sana. Si pemuda masih berada di negara kelahiran, menjadi atlet voli yang membanggakan Jepang.

Semua cerita mereka akan hari ini telah habis menguap. Sisanya kerinduan mereka yang selalu mengendap.

"Aiza, aku tak akan pernah bosan mengatakan ini. Aku sangat merindukanmu .."

"Aku juga, Kou .."

Iris hijau menatap malu-malu walau jarak mereka terpaut.

"Ya, pokoknya kau harus terus berjuang di sana, teruslah tangguh, ya, Aiza! Aku di sini juga sedang berjuang untukmu .."

"Berjuang ... untukku?"

"Ya, berjuang agar bisa merubah namamu menjadi Bokuto Aiza secepat mungkin setelah kau pulang! Sudah dulu, ya, putri salju. Ingat, aku selalu merindukanmu!"

Bagus Bokuto Koutarou, kau membuat Takahara Aiza tak bisa tidur dengan degupan kencang dan rona yang memekat.

****

Iris hijau itu menatap antusias kala dirinya sudah berada di bawah tribun. Gadis itu menatap pinggir lapangan yang dipenuhi oleh wartawan dan pemain yang berpeluh keringat. Pertandingan telah selesai, para pemain masing-masing tim menjadi incaran untuk diwawancarai.

Gadis bermahkota putih yang digerai sepinggang itu mengedarkan irisnya, mencari sosok kekasih yang merupakan salah satu pemain. Bingo! Ia menemukan Bokuto sedang berbincang dengan rekan lamanya.

Aiza melangkah menuju sang pemuda yang memunggunginya. Akaashi, salah satu rekan Bokuto menyadari kedatangan Aiza dan ia hanya diam saja. Pura-pura tidak tahu.

Semakin mendekat lalu satu tepukan di bahu sang pria yang masih memakai jersey hitam Black Jackals. Bokuto pun menoleh dengan senyuman yang masih terpatri.

"Ya?"

"Halo Koutarou, lama tak bertemu!"

"..."

"..."

"AIZA?!"

Bokuto menatap syok terhadap gadis yang mengenakan sweater warna biru langit dan celana panjang warna putih sedang berdiri di hadapannya. Di tangannya tersampir mantel warna hitam.

Sang gadis mengulas senyum manis dengan rona indah di pipi. Irisnya menatap Bokuto sarat akan penuh kerinduan. Dadanya serasa ingin meledak karena berhasilnya kejutan yang telah dilakukannya. Membohongi Bokuto tentang tanggal pulangnya seusai menyelesaikan pendidikannya di Italia. Lalu, datang diam-diam ke pertandingan sang kekasih untuk menemuinya.

Lihatlah, Bokuto masih syok menatapnya.

"A-Akaashi ... to-tolong tahan aku .. a-aku ingin memeluknya ta-tapi aku masih bau keringat .."

Seketika Aiza tertawa lembut. Kedua tangan pun direntangkan, siap menerima pelukan dengan senyuman lebar menghiasi. Untuk kali ini Aiza berusaha menguburkan sifat malu-malunya jika bersama Bokuto.

"Tadaima, Kou!"

Selanjutnya hamburan pelukan menyambut Aiza. Begitu erat, bahkan sampai mengangkat gadis itu ke udara. Alhasil mereka jadi tontonan.

"Okaeri, Aiza!"

Iris saling beradu, mereka telah menyatu ...

****

"Koutarou, berhenti menatapku terus ..."

Aiza menunduk sedalam-dalamnya saat memergoki sang kekasih sedang menatapnya lekat-lekat.

Kini mereka sedang berjalan-jalan di pinggiran kota Sendai seusai acara peluk-pelukan di pinggir lapangan gym tadi. Tentunya Bokuto sudah mandi dan mengganti pakaiannya yang lebih keren. Sweater warna hitam bergaris putih yang dilapisi mantel warna coklat muda, celana panjang warna hitam, serta sepatu kets warna putih.

Aiza fokus menatap flatshoes hitamnya, menghindari iris Bokuto yang menatapnya dalam iringan langkah mereka.

Tiba-tiba Bokuto menghentikan langkah lalu menarik Aiza kembali dalam pelukannya.

"K-Kou?"

Aiza merona seketika. Menyadari mereka berpelukan di pinggir jalan, banyak orang berlalu lalang.

Kening beradu, iris emas memerangkap keindahan sang hijau. Menatapnya penuh damba dengan senyuman lembut yang menghangatkan. Aiza terdiam, terpana akan sinar emas yang menyapunya. Degupan dan merah yang mekar menghiasinya.

"Sudah siap menjadi Bokuto Aiza?"

Bisikan permohonan yang lembut menyapu telinganya.

Manik itu saling mengikat ...

****

Sumpah telah diucapkan. Keindahan menghiasi seluruh penjuru ruangan. Putih dan suci.

Mereka berdiri berhadapan. Bokuto dengan setelan jas putih dan rambut yang disisir ke belakang, Aiza dengan gaun putih dan rambut yang disanggul. Mereka telah menjadi makhluk paling menawan seketika di hari yang tak akan pernah mereka lupakan.

Cincin telah tersemat, tudung dibuka, emas dan hijau itu beradu di antara kecupan yang lembut. Kedua iris itu saling mengikat sepenuhnya dan ... selamanya.

Mereka bersiap mengarungi hidup baru ...




828 kata
mbakaiza

Among Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang