~Cerita ini hanyalah fiksi belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat, dan lain-lain mohon maaf. Saya tidak bermaksud copas atau plagiat, cerita ini murni pemikiran saya sendiri !!! Terima kasih~
.
.
.
.
.Alunan musik klasik memenuhi ruangan pertemuan ini, semua orang saling menikmati tarian penari kerajaan Estiran yang menghibur mereka. Sampai sang raja datang, semua orang yang hadir berdiri dan menghormat padanya. Suasana menjadi hening, lalu yang raja meminta untuk di lanjutkan lagi acara perayaan ini.
"selamat datang yang mulia" ucap semua orang yang ada disana.
Elose menduduki tahta kebesarannya dengan gagah, lalu ia menaikan tangannya.
"lanjutkan acaranya" titah Elose, lalu suara musik kembali menggema dan tarian-tarian kembali di perlihatkan.
Elose menatap datar semua yang ada disana, namun matanya sempat terdiam pada satu sosok di samping ibundanya. Gadis itu terlihat bosan dan tidak menyukai acara ini, ia berkali-kali berdecih sebal. Ekspresi di wajah gadis itu menarik perhatian Elose, tanpa sadar ia tersenyum tipis.
Elose kembali mengalihkan perhatiannya pada para penari itu, dan tetap mengikuti acara yang dibuat untuk merayakan kemenangannya itu.
Mentari mulai muncul, acara perayaanpun sudah selesai. Semua tamu sudah kembali ke kediaman masing-masing, kerajaanpun kembali seperti semula.
Rena dan Muri sedang merapikan kamar ibu ratu Lusi, sedangkan Lusi sedang membersihkan dirinya. Rena masih berwajah masam dan malas, Muri yang tidak tahan pun akhirnya menegur teman kecilnya itu.
"hentikan wajah bodohmu itu Rena! Kau ingin mati kah?" kesal Muri.
"jika saja aku bisa memilih, aku lebih baik mati daripada harus mengabdi pada orang yang membunuh nenek tercintaku." jawab Rena yakin.
"kau bodoh, nenekmu tidak akan tenang melihatmu seperti ini." celetuk Muri mengingatkan Rena.
"tidak mungkin, nenek meninggal karna mereka. Aku harus membalas kematian nenek dengan tanganku sendiri." ungkap Rena sedih.
Muri terkejut mendengar rencana Rena, ia langsung berlari mendekati Rena dan menyentuh kedua pundak Rena.
"hentikan Rena, kau tidak seperti ini. Ini bukan dirimu, nenekmu juga tidak pernah mengajarkanmu seperti ini." tekan Muri menyadarkan Rena.
"aku tidak tau Muri, tapi tanpa nenekku aku hampa. Aku hanya punya ia seorang, sekarang aku ini siapa?" ungkap Rena, jatuh sudah air mata yang di tahannya.
"kau tidak sendirian Rena, kau masih memiliki aku. Aku temanmu, kita bisa bersama disini. Aku mohon, hargai hidupmu. Jangan seperti ini lagi, jadilah dirimu sendiri Rena. Nenekmu pasti terluka jika melihatmu seperti ini, kau tau bukan harapan nenekmu agar kau hidup bahagia." jelas Muri memeluk Rena.
Rena menangis mendengar kata-kata yang Muri lontarkan, ia merasa bodoh karna tidak menyadari jika temannya itu adalah keluarganya juga.
"terima kasih Muri, kau sudah mengingatkanku." ucap Rena dengan senyumnya.
"nah ini baru temanku, sekarang selesaikan tugas kita." balas Muri senang.
Mereka berbalik untuk merapikan kembali ranjang yang berantakan, namun mereka terpaku saat melihat ibu ratu berada di belakang mereka.
"ya..yang mu..mulia" gugup Muri, sedangkan Rena merasa bingung harus apa. Apakah ibu ratu mendengar pembicaraan mereka?
Tanpa berkata lagi, ibu ratu memeluk Rena dengan wajah sedihnya. Rena yang diperlakukan seperti itu merasa terkejut, begitu juga Muri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Berduri
RandomKisah kehidupan kerajaan, dimana cinta, pengorbanan, kasih, perasaan, sakit, sayang, dendam, kekejaman, dan semua nya ada dalam kisah ini. Dimana penyiksaan dan tawa penderitaan begitu kental, tawa kesenangan dan kebahagiaan kian menebar. Kisah kolo...