1

11 1 0
                                    

~Cerita ini hanyalah fiksi belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat, dan lain-lain mohon maaf. Saya tidak bermaksud copas atau plagiat, cerita ini murni pemikiran saya sendiri !!! Terima kasih.~
.
.
.
.
.

"kita menang!!!" seru prajurit Estiran, yang bersorak gembira.

Jasad-jasad bersimbah darah memenuhi tanah lapang ini, setiap sudutnya di aliri aroma anyir darah segar dari tiap prajurit yang gugur dari kedua belah pihak. Baik Estiran maupun Yourd, mereka sama-sama kehilangan ribuan prajurit. Inilah perang, dimana pengorbanan sangat di butuhkan. Untuk sebuah kedamaian, atau bahkan keserakahan?

Raja berjirah besi berdiri gagah di atas kereta kudanya, ia perlahan melirik jasad-jasad prajurit setianya.

"bawa jasad prajurit yang gugur, dan makamkan secara kepahlawanan." titah sang penguasa dengan suara lantang.

Semua ajudan yang mendengar titah itu berteriak bersamaan, mereka berkata "siap" pada sang pemimpin.

Elose, Raja Estiran yang telah memenangkan perang kesekian kalinya. Ia berkuasa penuh atas tanah Yourd, yang kini menjadi bagian dari Estiran.

Para prajurit berlari kesana kemari untuk mengumpulkan jasad teman mereka, lalu mereka akan membawanya kembali ke Estiran dan memakamkannya secara terhormat.

Elose memasuki tenda yang di bangun khusus untuknya, lalu ia menaruh pedang kesayangannya di meja. Lalu ia membuka pakaiannya, dan melihat bagian perutnya yang mengeluarkan banyak darah.

Ya, raja Elose terluka. Ia menahan luka itu sampai perang berakhir, dan membiarkan luka sayat itu terus terbuka. Rasa sakit yang di dapatinya, tidak mematikan semangat perjuangannya untuk meraih kemenangan. Elose sangat berambisi besar, tidak ada yang bisa menghalangi ambisinya itu bahkan ibunya sekalipun.

Seorang pengawal pribadi raja Elose, Vind datang dengan tergesa untuk melaporkan sesuatu. Namun ia membatalkan niatnya itu saat melihat sang majikan terluka, ia segera membantu Elose untuk mengobati lukanya.

"yang mulia saya...." ucap Vind terhenti, matanya terbelalak melihat luka sayat di perut sang raja.

"astaga yang mulai, anda terluka." panik Vind langsung mendekati raja Elose.

"aku tidak apa-apa Vind, ish.. Hanya sedikit saja" tekan Elose dengan ringisan yang menghiasi bibirnya.

"jangan berbohong padaku yang mulia, aku tau kau menahan sakitnya untuk terlihat baik-baik saja." tukan Vind serius, wajah khawatirnya membuat Elose manatapnya sayu.

Elose dan Vind memang sudah bersama sejak kecil, saat itu Vind baru saja di bawa ke kerajaan oleh prajurit sebagai tawanan dari Wilayah Giryl. Lalu Elose meminta pada ayahnya yang seorang raja, untuk membebaskan Vind. Akhirnya sang raja menuruti keinginan sang putra, dan menjadikan Vind pengawal pribadi sekaligus temannya.

Dari sanalah kedekatan mereka tercipta, bahkan Vind sangat melindungi temannya itu. Walau Elose seorang raja, tapi di hadapan Vind ia tetaplah temannya. Karna itulah, tidak ada yang bisa Elose sembunyikan dari teman dekatnya itu.

"aku sudah lebih baik, lalu ada apa kau kemari?" tanya Elose saat lukanya selesai di obati, dan di tutup perban.

"oh iya, aku kesini untuk melaporkan jika tawanan Yourd sudah di kumpulkan di depan. Hanya ada beberapa orang saja, tidak lebih dari 10 orang." jelas Vind serius.

"ya tidak masalah, biarkan mereka menjadi pelayan istana." titah Elose pada Vind.

"laksanakan, yang mulia." balas Vind memahami titah sang raja.

"Vind, katakan pada semua pasukan. Besok kita kembali ke ibu kota, segeralah bereskan barang-barang." titah raja Elose tentang lainnya.

"baik yang mulai, hamba mohon pamit." pamit Vind, lalu ia melangkah mundur dan keluar dari tenda raja ini.

.
.
.
.
.

Seluruh orang telah berkumpul, membentuk sekelompok pasukan. Mereka adalah prajurit Estiran yang siap kembali ke rumah mereka, berbulan-bulan dalam peperang tentu saja membuat mereka rindu akan keluarga mereka sendiri. Mereka menunggu sang raja untuk memimpin perjalanan, namun kini sang raja masih memeriksa para tawanan.

Terlihat delapan orang tawanan berbaju lusuh menatap sedih raja Elose, mereka berharap raja Elose akan membebaskan mereka. Namun itu hanyalah harapan, seorang tawanan tidak mungkin bisa di bebaskan dengan begitu saja.

Namun, ada seorang gadis yang menatap raja Elose tajam. Ia terlihat tidak suka pada raja itu, dan memasang wajah angkuhnya.

"kalian adalah tawanan kerajaan Estiran, tapi kalian tenang saja. Aku raja Elose tidak akan menyakiti kalian, kalian akan menjadi pelayan di kerajaan. Aku rasa kesempatan ini dapat kalian gunakan dengan baik, dan tidak mengkhianatiku. Atau kalian tau sendiri akibatnya." ungkap Elose dengan wajah datar dan nada tegas.

Semua tawanan itu bernafas lega, dan menerima perintag itu. Namun suara decihan seseorang membuat mata semuanya tertuju pada orang itu. Rena Ardelin, anak seorang tabib di wilayah Yourd. Ia tidak setuju dengan perintah itu, bahkan ia menatap raja Elose manantang. Semua yang ada di sana di buat was-was, karna dia telah menyinggung raja Elose.

Baru saja Vind akan mengayunkan pedangnya, namun Elose menahannya. Lalu Elose mendekati Rena dan mengangkat dagu Rena dengan jemarinya. Datar bertemu tajam, kedua soror mata itu saling bertarung untuk saling berkuasa. Terlihat aura tidak suka menguar dari tatapan Rena, namun Elose mananggapinya dengan wajah datar tanpa ekspresi apapun.

"apa kau tidak menyukai keputusanku, tawanan?" tanya Elose dengan nada mengintimidasinya.

"cih, aku bukan tawananmu! Aku berdiri dengan kakiku sendiri, aku bukan milik siapapun." balas Rena dengan nada menuntutnya.

Semua yang mendengar penolakan gadis itu pun terkejut, dan wajah khawatir mulai terlihat disana. Apa gadis itu tidak tau jika menyinggung perasaan raja Elose akan berakhir buruk? Dia mencari mati rupanya.

"kau menentang perintahku?" tanya Elose lagi memastikan.

"aku tidak menentangmu, aku berkata apa yang kurasa benar." jawab Rena yakin.

Sungguh orang yang berada disana tidak habis pikir dengan gadis itu, apa dia tidak tau berhadapan dengan siapa?

"Rena! Hentikan perkataan tidak bergunamu itu, cepat minta maaf pada yang mulia!" gertak seorang wanita paruh baya di depannya, yang juga seorang tawanan.

"untuk apa? Aku tidak salah." balas Rena tidak perduli.

"Nana jangan bodoh, dia raja kita sekarang. Aku tidak ingin kau di habisi dengan keji, minta maaflah padanya." titah teman kecil Rena, Muri khawatir.

"tidak Muri, aku tidak salah untuk apa aku meminta maaf." balas Rena heran dengan orang-orang ini, kenapa semua menyalahkannya?

Elose menatap percakapan mereka dengan wajah datarnya, namun di teliti lebih jauh tatapan matanya sarat akan rasa penasaran pada gadis bernama Rena itu. Ia merasa tertarik, dan ingin menaklukannya.

"jadi kau menolak menjadi pelayan kerajaan?" tanya Elose lagi, memastikan.

"ya, aku menolaknya" jawab Rena langsung.

"baiklak kalau gitu, Vind ayo berangkat"  ucap Elose sambil menaiki kuda putih kesayangannya.

Pasukan pun mulai melangkah perlahan, menuju ibukota Estiran.

.
.
.

"memang, tidak ada yang tau bagaimana takdir akan melangkah. Tapi kita mampu mengintip kemana takdir itu mengarah."
.
.
.

Hai semua, apa kabar?🤗
Gimana chap 1 nya? Seru gak sih?
Jangan lupa tinggalkan jejak yah, vote dan komennya..👌

Terima kasih ya semuanya, sudah mampir. Sampai jumpa🙏

Langkah BerduriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang