Hari minggu itu hari keramat Qayla Anastasia.
Gadis itu bisa saja seharian berada di dalam kamar dari maraton drakor, baca novel, atau seperti sekarang baringan saja tanpa berbuat apa-apa."Qay?". Hingga akhirnya suara Arion memecah keheningan yang ada. Cowok itu berdiri di depan pintu kamar Qayla yang terbuka, pastinya udah ganteng udah rapi. sangat berbanding terbalik dengan Qayla yang lebih mirip gembel kolong jembatan tapi versi cantik.
"Heum?" Qayla menjawab seadanya.
"Dicariin bunda". Qayla langsung melompat turun dari tempat tidur begitu kata 'bunda' terucap dari mulut Arion.
"RION TUNGGU DI BAWAH, QAY MAU MANDI BIAR CANTIK DI DEPAN BUNDA". Emang dasar hobi teriak.
"Di depan bunda doang mau keliatan cantik. Di depan gue boro-boro. mirip gembel iya".
"QAY DENGER YA RION!". gadis itu teriak dari dalam kamar mandi.
"IYA GAK USAH TERIAK!" . Tuhkan Arion jadi ikut ngegas.
"ITU KAMU TERIAK". Arion mengalah. Ia akan menunggu di ruang tamu saja. Meladeni gadis bawel itu akan menguras habis emosinya.20 menit kemudian
"Rion". Sapa Qayla
"Udah?".
"udahlah udah cantik gini".
"Dih buluk".
"RIONNN".
"Apa sayang?" Santai.
"Apasih!". Semburat merah terlukis jelas di kedua pipi Qayla.
Rion berjalan mendekat, ia mengusap lembut puncak kepala Qayla.
"Udah ah ayooo Qay mau ketemu bunda. Kangennnn". Arion tersenyum lalu mengangguk kemudian menggenggam telapak tangan mungil Qayla."Bi Ais Qay main ke rumah Rion. Kalo papa nanyain Qay....bilangin yahh". Tertangkap jelas nada sendu diujung kalimat yang Qayla ucapkan. Arion mengeratkan genggamannya.
"Ayo. Udah ditungguin bunda". Qayla mengangguk. Seulas senyum terbit tapi tidak lama seperti biasanya dan Arion tidak suka itu.Hanya butuh menyebrang jalan untuk sampai ke rumah Arion.
Setelah pintu dibuka, Qayla berlari menuju Vania -bunda Arion yang terlihat menunggu kedatangannya, memeluknya erat dan menyalurkan rasa rindunya.
"Bundaaaaa, Qay kangen".
"Bunda juga sayang". Suara lembut Vania memanjakan telinga Qayla.
"Ayah mana?".
"Di kantor. Nanti malem pulang. Kita makan malem bareng". Vania mengusap kepala Qayla pelan.
"Bunda berapa hari disini?". Arga-ayah Arion dan Vania memang sering melakukan perjalanan bisnis ke berbagai kota bahkan negara. Jarang sekali berada di rumah. Meskipun begitu setidaknya Arga dan Vania masih ingat pulang, tidak seperti Papanya.
"Seminggu?".
"Bener? Yay! Qay mau nginep disini aja! Boleh ya Rion?". Matanya menatap penuh harap pada remaja laki-laki yang duduk santai di sofa.
"Engga. Nanti lo dicari om Dito".
Qayla mengerucutkan bibirnya. Matanya mulai berair. Kelemahan seorang Arion!
"Iya iya ck".
"Yay! Sekarang Qay mau bikin kue sama bunda. Ayo bunda! katanya bunda mau ngajarin Qay bikin Pie Apple".
"Tapi bunda belum beli bahannya sayang".
"Qay yang beli bareng Rion. Bunda kasih catatan yang harus dibeli aja. Yakan Rion?" Yang diajak bicara malah asik dengan ponsel pintarnya.
"Males".
"Bundaaaa liat Rion".
"Iya bawel. Buru. Gue tunggu di mobil".
Vania tersenyum melihat interaksi keduanya.
Bagi Vania, Qayla sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri.Sepulang dari supermarket, Arion memilih jalan pintas yang sedikit sepi. Daripada mereka terjebak macet seperti saat berangkat tadi.
Arion masih mendengarkan celotehan gadis di sampingnya dengan beberapa kali menanggapi. Hingga Arion menyadari sesuatu saat matanya melirik kaca spion. ada yang mengikuti mereka.
"Shit!". Umpatnya pelan.
Arion dengan senang hati menghadapi musuh kecilnya jika saat ini tidak sedang bersama dengan Qayla.
"Pegangan Qay. Gue harus ngebut". Mata Qayla membelalak.
"Jangan macem-macem! Rion jangan coba-coba ya!". Qayla menggeleng ketakutan.
Arion menoleh sebentar ke arah Qayla, "trust me, okay".
Qayla tetap menggeleng, ia trauma!
"RIONNNNN". Teriak Qayla frustasi.
"Maaf". Ucap Arion lalu menginjak pedal gas dalam-dalam. mobil hitam mengkilap itu pun melaju kencang.Setelah dirasa musuhnya ketinggalan jejak, Arion memelankan laju mobilnya.
"Hiks". Segera Arion menepi. Melepas seatbelt-nya lalu menarik Qayla masuk kedalam dekapannya."Maaf". Arion memeluknya erat.
God! Apa yang telah dirinya lakukan. Gadis dalam pelukannya bergetar hebat. Wajahnya memucat.
"Hiks Qay kan bilang jangan ngebut, Qay takut Rion". Suaranya pelan, nyaris tak terdengar.
"Maaf".
"Gimana kalo kita kecelakaan".
"Gimana kalo Rem kamu ga berfungsi!". Kilasan masa lalu kembali menghantui pikiran Qayla.
"Maaf. Tadi terpaksa Qay". Sebelah tangan Arion mengusap pelan kepala Qayla, mencoba memberi ketenangan.
"Qay gamau kejadian yang sama terulang". Suara Qayla melemah di akhir.
Adriana-mama Qayla meninggal saat Dito-papanya melajukan mobil dengan kencang setelah mereka berdua bertengkar. Qayla kecil beserta kakaknya -keysha hanya bisa diam di bangku belakang, menyaksikan semua tanpa mengerti maksudnya.Hingga kecelakaan tak terelakkan itu terjadi. Mobil alphard putih milik Dito menghantam keras pembatas jalan setelah rem-nya kehilangan fungsi. Entahlah, tapi ini seperti disengaja. Akhirnya hanya Dito dan Qayla yang selamat, tidak dengan Ana dan keysha. Qayla kecil harus kehilangan sang mama saat usianya baru menginjak 11 tahun.
"Maaf". Arion menggumam kata itu terus menerus. Memeluk Qayla-nya erat.
Hingga dirasa tangis Qayla sedikit reda Arion melepaskan dekapannya.
"Ayo pulang. Bunda pasti nungguin". Suara Qayla terdengar parau.
"Berenti nangis Qay. Nanti Rion kena marah bunda. Maaf".
Qayla mengangguk pelan. Kepalanya pusing.21.00
Taman indoor keluarga wijaya"Rion".
"Hm". Arion lebih asik dengan benda tipis persegi panjang menyala di genggamannya.
"Rion!".
"ck. Apasih Qay".
"ARIONNNNNN". Tidak ada sahutan.
"Akhhh sakit Qay".
"Qay seriusan sakit telinga gue". Qayla menjewer sebelah telinga Arion.
"Buat apa punya telinga kalo di panggil sok budek?". Qayla menatap Arion horror.
"Iya iya. Ada apasih?".
"Qay ngantuk".
"Yaudah tinggal tidur doang pake laporan".
"Ish Qay gabisa kalo tidur di kamar bawah. Seremmm". Qayla bergidik ngeri.
"Terus?".
"Qay tidur di kamar Rion ya?". Matanya menatap penuh harap.
"Gak boleh".
"Rionnnnn". Qayla merengek.
"Gak boleh Qay".
"Kalian berdua ributin apa sih?". Vania keluar dari arah dapur.
"Bunda belum tidur?". Tanya Qayla.
"Barusan ambil air". Vania mengangkat gelas ditangan kanannya.
"Qayla ngotot tidur di kamar Rion nda". Adu Arion.
"Yaudah. Cuma tidur kan. Kenapa jadi kamu yang sensi atau kamu mau macem-macemin Qayla?". Arion yang ditatap penuh selidik membelalakkan kedua matanya.
"Gak". Kepalanya menggeleng mantap.
"Masalah selesai. Sana tidur".
Arion mendengus kesal.
"Yaudah". Arion menarik tangan Qayla.
"Ha? Apa?". Ternyata Qayla melamun.
"Kenapa?".
Qayla menggeleng. "Engga papa". Seulas senyum tipis terbit di bibirnya.
Tapi memang dasarnya Arion yang terlalu peka, ia paham betul gadis di depannya sedang tidak baik-baik saja. "Kenapa?". Ulang Arion.
"Qay cuma inget mama". Matanya menyorot sendu.
Arion mengangguk mengerti. "Kan masih ada bunda".
Qayla kembali tersenyum.
"Iya. Masih ada Rion sama bunda Vania".TBC.
JANGAN LUPA KLIK IKON BINTANG DI POJOK KIRI LAYAR :*
TQ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Qayla (Hiatus)
Подростковая литератураdimana ada Qayla Anastasia D. disitu pasti ada Arion Oktavian Wijaya. bagi mereka diluaran sana, Arion itu galak, suka marah-marah, ga pandang bulu, anak geng motor, ga ada ramah-ramahnya. tapi bagi gadis cantik bernama Qayla itu, Arion sangat manis...