cinta yang salah

13 0 0
                                    

malam ini langgit tidak menangis dan bintang-bintangnya masih saja menampakan sinarnya yang indah itu bahkan udara malam tidak mencengkam, masih seperti biasanya menenangkan untuk siapa pun yang menghirup udara malam ini.

entah berita apa yang membuat gadis yang bernama keila itu terduduk lesuh dengan ditanggan kanannya mengengam sebuah phonsel pintar berwarna hitam, matanya tiba-tiba saja berkaca-kaca sepertinya hujan akan turun segera dari kedua bola mata berwarna hitam pekat itu.

Dari layar phonsel pintar itu, kita dapat melihat sebuah akun sosmet yang terbuka dan dalam akun sosmet itu kita bisa melihat ada sebuah foto seorang perempuan dan laki-laki yang saling berpelukan dengan busana berwarna putih susu dan dibawah itu tertera kata ‘selamat berbahagia atas pernikahannya’.

Keila masih sama terduduk lesuh diatas tempat tidurnya dan masih sama dengan seragam kerja hitam dan putih yang masih melekat dalam tubuhnya “kenapa harus dia?” serunya lirih seperti bisikan kepada dirinya sendiri karna didalam kamar itu tidak ada orang selain dirinya.

“hiks,hiks...kenapa harus dia?” kembalinya berucap lirih dan phonselnya sekarang tergeletak tidak beraturan diatas tempat tidur, kedua lututnya dia peluk dengan kepalanya yang ditekuk diatas lututnya.

Keila masih sangat inggat siapa orang yang ada di foto itu dia adalah rita sahabat kecilnya dan rahmat adalah  kekasih ku yang dua hari yang lalu sebelum aku putus.

Hari itu keila inggat sekali rahmat mengajak ku keliling kota jakarta seharian itu dengan canda tawa yang terus saja kuinggat inggah kini.

“keila, apakah kamu suka?” tanya rahmat untuk kesekian kalinya ketika dia memberikan ku sebuah es krim rasa coklat dan vanila adalah rasa favoritku dengan ukuran zumbo, bukan hanya disitu saja dia juga akan bertanya ketika pada moment-moment tertentu yang membuat aku selalu menyungingkan senyum dari bibirku.

Aku dan rahmat sudah berpacaran empat tahun dan hari itu adalah hari aniversery kami yang ke empat tahun, dia masih sama seperti biasanya membawakan ku sebuket mawar merah yang dirakit oleh tanggannya sendiri untuk diberikan padaku.

Rahmat adalah salah satu pemilik tokoh bungga dikota ini, dan dia dengan senang hati selalu menyempatkan diri untuk merakit bungga mawar merah yang melambangkan cinta itu untukku disetiap aniversery atau ulang tahunku.

Kami memang pacaran, tapi kami tidak pernah memanggil kata sayang baik aku atau rahmat sendiri, karena kami merasa terlalu alay dengan bahasa itu sehingga kami hanya menyebut nama saja karna itu lebih nyaman dibibir kami.

Hari itu, aku merasah sangat bahagia begitu pun rahmat kami saling melemparkan kata ‘love’ dan bahkan rahmat tidak sedikit pun bergelangat akan memutuskan kan ku hari itu.

Sesekali rahmat akan mengecup jidat ku dan mencium tanggan ku begitu rohmatis.

“ i love you keila” teriak rahmat sore itu dilapangan kota tua  dengan suasananya begitu ramai dan membuat beberapa pasangan iri dengan ku karna rahmat begitu memuja ku yang tidak pernah lelahnya mengatakan ‘love you’.

Setelah mengatakan itu, akupun langsung memeluknya dengan senyum bahagia yang terarah padanya dan banyak sorak-sorak suara yang saling bersautan ‘ciee...,rohmatisnya, sungguh beruntungnya pasangan itu dan mendoakan pasangan itu langen selamanya’.

Tentu saja aku sangat berterima kasih pada mereka semua karena mendoakan kami menjadi pasangan abadi.

“apakah kamu bahagia?”.

“tentu saja aku bahagia” balas ku ketika itu kami berdua sedang makan di restoran cepat saji yang tidak jauh dari kota tua itu.

“makanlah banyak, aku tidak mau melihat pipih tembemmu tirus setelah ini..”.

“tentu saja dengan senang hati, aku akan memakan ini semua tanpa tersisah karena semua cacing diperutku juga sepertinya sudah laper ” ucapku sambil menyuapkan makanan yang sudah ada didepan mataku dengan hikmat.

“baiklah, kalau begitu segera lah habiskan makanan mu sebelum semua cacing diperutmu demo kepada ku” serunya dengan senyum gelih yang ditunjukkan pada ku dan tentu saja aku inggin membalas seruannya karena aku tidak setuju apa yang dikatakannya, akupun baru membuka mulutku dan dia langsung menutupnya dengan sesuap makanan dari tanggan nya untuk membekam mulutku.

“ hahaa...” tawanya kepadaku karna sekitar bibirku berselemotan saos karena ulahnya, dan aku hanya memanyunkan bibir tipisku seperti bibir bebek “ sorry..” sambil menganjungkan tangannya berbentuk ‘V’ dengan senyum terlihat gigi putih yang terarah padaku.

Rahmat pun mengambil selembar tisu diatas meja, kemudian langsung mengusapnya dengan lembut dan telaten pada bibirku “ tapi kalau kau seperti tadi kamu lucu, haha.. kalau sekarang kamu cantik” dan kata-katanya itu membuat kedua pipihku menyeburkan warna merah mudah yang tipis pada pipihku.

Didalam restoran itu kami terus saja melemparkan canda tawa yang membuat kami tertawa dan tersenyum,  hingga hari sudah tergantikan oleh gelapnya malam “kring, kring...” suara bunyi phonsel rahmat yang membuyarkan canda tawa kami.

Rahmat pun langsung membuka phonselnya,sepertinya ada sebuah pesan masuk  ke phonselnya itu dan yang pastinya dari mana dan isinya apa aku tidak tau “ keila, sepertinya sudah malam sebaiknya aku harus mengantarmu pulang” ujarnya dan langsung mengandeng tanggan ku, akupun mengikuti langkahnya dan tanggan ku masih digengam olehnya dengan tanggan hanggatnya yang semakin mulai dinggin.

Entah mengapa suara lembutnya tergantikan oleh suara ketus dingginnya, rasanya aku inggin bertanya padanya apa yang terjadi padanya, dan apa isi pesan yang membuat dia seperti itu pada ku.

Aku hanya menurut padanya, ketika dia menyuruhku untuk masuk kedalam mobilnya yang sudah dia buka dan dia masih sama dengan tatapan kosong dan wajahnya seperti baru saja kenah badai yang sangat besar.

“ rahmat kamu kenapa? cobalah cerita padaku, mungkin aku bisa membantumu?” tanyaku ketika mobilnya sudah berada didepan pagar rumahku, karna jujur aku tidak nyaman dihabaikan seperti ini dan biasanya dia selalu melemparkan berbagai lelucuan sepanjang perjalanan kami.

“maaf kan aku kaila..”serunya dengan mata kosongnya yang masih setia lurus kedepan tanpa mau melihat wajahku “aku telah menghianatimu..” serunya ketika aku inggin membuka mulutku.

Aku belum dapat mencerna apa yang dikatakan rahmat padaku, karna aku tidak merasa dia menghianatiku “ aku tidak mengerti apa maksudmu? Dan siapa yang berhiyanat”.

“aku telah menghiyanatimu keila, dan dua minggu yang lalu aku telah melalukan dosa besar..pada seorang wanita..”diapun menatap mataku dengan kosong “aku telah menghamilinya, dan pesan barusan adalah pesan darinya menyatakan kalau dia menggandung anakku”.

“hiks,hiks..tolong katakan pada ku rahmat kalau semua hanya sebuah prenk aniversery kita” seruku dengan lirih dengan hujan yang sudah turun dari kedua mataku.

“maaf kan aku keila, aku sudah menghianatimu...maaf semua harus kita akhiri disini, karna aku tidak mau menghianati anak ku juga cukup aku menghianatimu tidak untuk kedua kalinya” rahmat pun langsung memelukku dengan sangat herat dan aku hanya terus saja memukul dadanya yang datar itu dengan kedua tanggan ku.

“ hiks, hiks..kau jahat rahmat..hiks...” dengan tubuhku gemetar dan suara tanggis histeris ku memenuhi dalam mobil itu.

“maafkan aku...”.

Itulah kata-kata rahmat yang selalu memenuhi otakku hari itu, dan kini aku sudah tau siap perempuan yang di hamilinya dan betapa bodohnya aku karena bukan hanya kekasihku saja yang menghiyanatiku tapi juga sahabat kecilku yang tau baik dan buruk ku.

“hiks,hiks..kenapa harus dia?Kalaupun rahmat aku dapat membencinya namun wanita itu adalah sahabatku dan sudah kuanggap menjadi adik kecilku tapi apakah aku sanggup membencinya?”.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang