PROLOG

70 17 2
                                    

"Jiminie cepatlah bersiap, panggil kedua adikmu!" seru seorang wanita dewasa bernama Lee Jihyun pada anak sulungnya.

"Okay!!!" sahut Jimin yg langsung berlari menuju para adiknya yg sedang memakan roti di ruang keluarga.

"Taehyungie, Jungkookie!!! Ayo kita harus pergi sekarang juga!!!" seru Jimin menarik kedua adiknya.

"Hyung pelan - pelan" ujar Jungkook yg kewalahan berlari karena ditarik Jimin.

"Hehe, maafkan aku kook, ayo masuk ke mobil" ujar Jimin lalu membuka pintu mobil dan membantu kedua adiknya masuk.

"Pasang sabuk pengaman kalian dengan benar" ujar seorang lelaki dewasa bernama Park Sohyun mengamati ketiga anaknya.

"Let's go!!!" seru Jimin.

~LIE~

"Ayah apa Jimin bisa menangkap ikan di laut nanti?" tanya Jimin.

"Tentu saja bisa, nanti kita akan sewa kapal dan pergi ke tengah laut untuk menangkap ikan lalu malam harinya kita akan membakar ikan - ikan hasil tangkapan kita" ujar Sohyun. Jimin bersorak senang mendengarnya.

"Lalu apakah kita bisa meminum es kelapa muda?" tanya Jimin lagi.

"Tentu bisa, tapi Jimin harus bantu ayah memanjat pohon ya" ujar Sohyun. Jimin mengangguk semangat.

"Apa kita akan bertemu hiu disana?" tanya Jimin lagi.

"Tidak ada hiu disana, memang Jimin mau mati dimakan hiu?" tanya Sohyun. Jimin menggeleng dengan cepat.

"Sayang awas!!!" teriak Jihyun tiba - tiba.

'Brak!'

"Astaga! Cepat panggil ambulans!" seru seseorang. Penglihatan Jimin sudah buram, ia tak bisa melihat jelas siapa yg berteriak. Yg pasti perlahan demi perlahan, penglihatannya menghilang sepenuhnya. Ia juga mulai kehilangan kesadarannya.

~LIE~

Perlahan Jimin membuka matanya. Awalnya semua buram, tetapi beberapa saat kemudian ia bisa melihat ayahnya yg sedang tersenyun padanya. Ia berlari pada ayahnya.

"Ayah, kita dimana? Aku takut" ujar Jimin.

"Tak perlu takut, kau hanya perlu berlari kesana" ujar Sohyun menunjuk pada arah lain. Jimin melihat bunda dan kedua adiknya.

"Itu bunda, Taehyungie, dan Jungkookie! Ayah ayo kita kesana" seru Jimin. Sohyun tersenyum dan menggeleng. Jimin berbalik dan menghadap ayahnya.

"Ayah tidak bisa ikut Jiminie" ujar Sohyun berlutut agar tingginya sejajar dengan Jimin.

"Kenapa ayah? Kita kan mau camping di tepi pantai, ayo ayah" seru Jimin. Tetapi lagi - lagi Sohyun hanya tersenyum dan menggeleng.

"Jiminie, ayah harus pergi, sekarang cepatlah berlari menuju bunda, Taehyung, dan Jungkook" ujar Sohyun.

"Tapi Jiminie mau ikut ayah, Jiminie akan ikut ayah saja" ujar Jimin.

"Tidak Jimin, apa kau tidak kasihan pada bunda dan kedua adikmu?" tanya Sohyun.

"Lalu ayah bagaimana?" tanya Jimin.

"Ayah akan selalu ada disamping Jimin, Jimin harus selalu bahagia bersama bunda, Taehyung, dan Jungkook, sekarang turuti ayah dan berlarilah ke mereka" ujar Sohyun lagi masih tersenyum. Tapi senyum nya kali ini berbeda untuk Jimin. Senyum yg sendu.

"Baiklah kalo itu yg ayah mau, ayah juga harus bahagia dan cepatlah pulang!" seru Jimin berbalik dan berlari menuju bunda dan kedua adiknya.

"Ayah-" ucapan Jimin terpotong saat ia sudah tak bisa menemukan ayahnya. Padahal jimin baru berlari sebentar.

~LIE~

"Jimin-ah!!! Kau sudah sadar?!" tiba - tiba Jimin mendengar suara bundanya dan penglihatannya buram lagi dan hilang perlahan.

"Bunda?" panggil Jimin.

"Bunda disini Jiminie, apa ada yg sakit?" tanya Jihyun.

"Bunda, bunda dimana? Aku tidak bisa melihat bunda" ujar Jimin.

"Bunda disini Jiminie, coba tutup matamu dan buka lagi secara perlahan" ujar Jihyun. Jimin menurutinya.

"Aku hanya bisa melihat warna hitam bunda" ujar Jimin.

'Deg'

Jihyun memencet tombol untuk memanggil dokter dan suster yg tadi menangani Jimin. Air matanya sudah mengalir sejak Jimin bilang tak bisa melihatnya. Jimin meraba - raba sekitarnya dan menemukan pipi bundanya yg basah oleh air mata.

"Bunda? Bunda kenapa menangis?" tanya Jimin.

"Bunda tidak menangis jim, bunda hanya senang bisa berbicara denganmu yg cerewet ini lagi" ujar Jihyun.

"Apa aku sudah tidur lama bunda?" tanya Jimin.

"Tidak Jiminie, tapi sedetik saja bunda sudah kangen kamu" ujar Jihyun.

"Permisi" ucap dokter yg memasuki ruangan Jimin. Jihyun memberikan tempat untuk dokter tersebut memeriksa Jimin.

"Nyonya Park, boleh ikut saya dulu sebentar" ujar dokter tersebut. Jihyun mengangguk.

"Jiminie diam disini dulu ya, bunda tidak akan lama" ujar Jihyun. Jimin mengangguk patuh. Kemudian Jihyun mengikuti dokter tersebut menuju ruangannya yg berada tepat di depan ruangan Jimin.

~LIE~

"Jadi bagaiman keadaan Jimin dok?" tanya Jihyun.

"Seperti yg saya infokan tadi, pasien Park Jimin memiliki kemungkinan buta permanen yg disebabkan serpihan kaca mobil yg pecah karena kecelakaan tadi. Serpihan kaca tersebut mengenai matanya tepat di kornea matanya" ujar dokter tadi.

Hancur.

Satu kata itu yg mencerminkan Jihyun sekarang. Kematian Sohyun, kebutaan Jimin, mengapa hari yg seharusnya bahagia untuknya dan keluarganya malah menjadi berantakan seperti ini?

~LIE~

"Bunda?" tanya Jimin mendengar suara pintu ruangannya terbuka.

"Aku Taehyung hyung" ujar Taehyung.

"Taehyung? Dimana kau?" tanya Jimin meraba - raba sekitarnya.

Taehyung meraih tangan Jimin dan menaruhnya di pipinya. Ia tadi hendak masuk ke ruangan Jimin tetapi ia mendengar bundanya sedang berbicara dengan dokter yg menangani Jimin. Ia menguping semua pembucaraan mereka dan ikut hancur menerima kenyataan itu.

"Aku disini Jiminie hyung" ujar Taehyung.

"Taehyungie, dimana Jungkook?" tanya Jimin.

"Ia sedang di kantin bersama opa dan oma" ujar Taehyung.

"Taehyungie, aku kesal tak bisa melihatmu, tapi tenang saja, sebentar lagi aku akan melihat ketampananmu kembali Taehyungie" ujar Jimin. Air mata Taehyung menetes. Ia berusaha menahan isakan tangisnya.

"Iya hyung, sebentar lagi kau akan melihatku lagi, sebentar lagi kau akan melihat indahnya dunia ini lagi, sebentar lagi kau akan melihat bulan dan bintang di langit malam yg sangat kau sukai" ujar Taehyung berusaha tenang agar isakan kecilnya tak terdengar oleh Jimin.



~KAI_SAL1426~

LIE (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang