PROLOG II

40 9 1
                                    

"Bunda" ujar Jimin memanggil bundanya.

"Ya Jiminie? Ada yg kau butuhkan?" tanya Jihyun.

"Jimin mau bertanya, tapi bunda janji harus menjawabnya" ujar Jimin sambil mengulurkan jari kelingkingnya.

"Bunda akan menjawabnya selagi bunda bisa" ujar Jihyun mengaitkan jari kelingkingnya dengan kelingking kecil Jimin.

"Ayah pergi kemana bunda? Kenapa kita tidak dibolehkan ikut dengannya?" tanya Jimin. Seketika senyum Jihyun luntur. Tetapi ia tetap berusaha tersenyum walau senyum yg sendu. Ia mengisyaratkan kedua anaknya yg lain untuk diam. Taehyung dan Jungkook hanya mengangguk lalu menunduk dan menangis dalam diam.

"Ayah sedang pergi jauh sekali Jiminie, ia pergi ke tempat yg sangat indah, karena tempatnya sangat jauh, ayah tidak membolehkan kita ikut dengannya" ujar Jihyun.

"Kapan ia akan pulang?" tanya Jimin lagi.

"Masih lama Jiminie, tempatnya sangat jauh dan butuh waktu lama untuk sampai kesana" ujar Jihyun. Jimin merengut sedih.

"Hei, hyung tidak boleh sedih seperti itu, disini kan ada aku, bunda, dan Jungkook. Kita harus bahagia agar ayah juga bahagia, jika kita sedih, ayah juga akan sedih disana" ujar Taehyung menggenggam kedua tangan Jimin.

"Aku kesal Tae, penglihatanku belum kembali juga. Aku merindukan wajahmu, bunda, ayah, dan Jungkook. Sekarang aku hanya bisa melihat kegelapan yg jauh lebih gelap daripada kegelapan malam" ujar Jimin.

"Kau harus sabar hyung, Kookie akan selalu membantu hyung selama penglihatan hyung belum kembali" ujar Jungkook.

"Hm, terimakasih kook, aku berharap aku bisa cepat pulih, aku tidak mau merepotkan kalian terus" ujar Jimin menunduk.

"Hei jangan berkata seperti itu hyung! Kami keluargamu, tidak ada yg akan merepotkan kami walau penglihatanmu tidak pulih selamanya" ujar Taehyung.

"Taehyung! Jangan berkata seperti itu! Jimin akan sembuh!" ujar Jihyun tegas. Taehyung menunduk.

"Jangan memarahi Tae bun, tenang saja aku akan segera pulih" ujar Jimin. Taehyung makin menunduk dan tanpa sadar ia kembali menteteskan air matanya.

"Iya nak, kamu pasti akan sembuh, kamu pasti akan segera pulih dan kita bisa melihat bulan dan bintang dilangit malam bersama" ujar Jihyun memeluk Jimin. Jungkook bersimpuh lemah di lantai dekat ranjang Jimin.

"Taehyung, Jungkook, apa kalian tidak mau memelukku?" tanya Jimin. Taehyung mulai menegakkan kepalanya perlahan dan Jungkook mulai bangkit perlahan. Mereka berjalan menuju ranjang Jimin lalu ikut memeluk Jimin sama seperti yg bunda mereka lakukan.

~LIE~

"Jihyun, besok kita akan melakukan pemakamannya" ujar seorang wanita tua bernama Hanju yg merupakan ibu dari Jihyun.

"Pemakaman siapa?" tanya Jimin bingung. Hanju menatap Jihyun. Jihyun hanya menunduk.

"Sebentar ya Jim, oma harus berbicara dengan bundamu sebentar" ujar Hanju. Jimin mengangguk.

~LIE~

"Apakah dia tidak tau tentang kematian ayahnya?" tanya Hanju. Jihyun menggeleng lemah.

"Aku tidak tega jika ia harus menerima fakta yg menyakitkan itu sementara keadaannya belum pulih sempurna" ujar Jihyun lemah.

"Bagaimana bisa kau membiarkan anakmu tidak mengetahui tentang kematian ayahnya?" tanya Hanju. Hanju jg paham akan hancur nya Jihyun, tapi Jimin berhak tau tentang kematian ayahnya.

"Beri aku waktu bu, aku masih belum siap saat ini" ujar Jihyun sambil menunduk. Hanju menarik nafas dalam.

"Iya sayang, yg penting suatu saat nanti kamu harus memberitahunya, dan tentang kebutaannya yg tidak bisa disembuhkan" ujar Hanju yg mengerti kalau Jihyun juga tidak memberitahu Jimin bahwa Jimin tidak akan bisa melihat lagi. Jihyun tersenyum sendu.

"Aku tak bisa berjanji bu" ucap Jihyun dalam hatinya.

~LIE~

"Bunda, kita akan pergi kepemakaman siapa?" tanya Jimin yg sedang duduk di kursi roda yg didorong oleh Jihyun.

"Tetangga kita Jim" ujar Jihyun menahan isakannya. Bahkan Taehyung dan Jungkook memilih berjalan jauh dari Jimin karena mereka tidak ingin isakan mereka terdengar oleh Jimin.

"Lalu dimana Taehyung dan Jungkook?" tanya Jimin.

"Mereka sedang bersama anak tetangga kita" ujar Jihyun lagi.

"Bunda tidak apa - apa" tanya Jimin. Sedari tadi ia mengobrol bersama bundanya tetapi bundanya seperti sedang merenung.

"Bunda tidak apa - apa nak" ujar Jihyun.

'Tes'

Jimin merasa ada tetesan air yg jatuh dipundaknya. Saat ia meraba pundaknya, benar saja. Ada tetesan air di pundaknya.

"Bunda, apa sedang hujan? Atau bunda sedang menangis?" tanya Jimin. Jihyun yg kaget mendengar ucapan Jimin langsung menghapus air matanya.

"Tidak hujan nak, bunda juga tidak menangis, itu hanya embun pagi" ujar Jihyun. Jimin mengangguk paham.

~LIE~

Kini Jihyun memeluk batu nisan suaminya sambil menangis dalam diam. Air matanya tidak bisa berhenti mengalir sejak peti mati Sohyun dikuburkan.

Taehyung tak merasa menangis dan tak ingin menangis sekarang. Ia ingin menjadi anak yg kuat. Tetapi tanpa ia sadari, air matanya terus mengalir. Pikirannya kosong. Merenung menatap bundanya dan batu nisan ayahnya secara bergantian.

Jungkook sudah lemas. Ia bersimpuh disamping tempat peristirahatan terakhir ayahnya. Ia berpegangan pada kursi roda Jimin. Nisan Sohyun menjadi saksi bisu tangisan Jihyun, Taehyung, dan Jungkook.

"Bunda? Kapan kita akan pulang?" tanya Jimin. Sedari tadi ia hanya duduk di kursi roda tanpa tahu apa yg sedang terjadi.

"Sekarang kita akan pulang Jiminie, ayo Tae, Kook" ujar Jihyun. Taehyung membantu Jungkook berdiri dan memapah Jungkook kedalam taxi online yg sudah dipesan Jihyun.

"Kenapa kalian diam saja? Taehyung? Jungkook?" tanya Jimin. Tak biasanya kedua adiknya hanya diam saja.

"Tidak hyung, kami hanya lelah" ujar Taehyung.

"Sini Tae, tidurlah di sini" ujar Jimin. Ia meraba samping kirinya dan menidurkan kepala Taehyung di pahanya. Lalu ia meraba samping kanannya dan menyenderkan kepala Jungkook yg tadinya di kaca mobil menjadi di pundak Jiminie.

"Hyung sangat menyayangi kalian, hyung kangen melihat kalian, doakan agar hyung cepat pulih ya" ujar Jimin. Taehyung dan Jungkook hanya mengangguk.

Sementara itu, Jihyun menatap pemandangan kota Seoul. Kota yg membuatnya bertemu Sohyun untuk pertama kali. Kota tempat dia bermesraan bersama Sohyun. Kota yg sangat penuh dengan kenangan indah. Kota dengan berbagai kejutan didalamnya. Kota tempat ia dan Sohyun mendirikan rumah untuk keluarga kecil mereka. Dan kota tempat peristirahatan terakhir Sohyun.

~KAI_SAL1426~

LIE (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang