Yusuf dengan santai meninggalkan gadis itu dan bergegas menuju ke kelasnya, tak lama kemudian masih di area lapangan dia mendengar orang jatuh tepat di belakangnya, langsung dia menoleh dan ternyata.
"ARA!!"
Yusuf segera menghampiri Ara gadis kesayangannya itu, terlihat dari sangat jelas raut wajahnya yang khawatir. Dia memandangi Ara yang terlihat kesakitan dengan banyak luka di sekitar tangan dan kakinya.
Ara yang melihat Yusuf menghampiri dirinya, merasa kesal dan ingin rasanya pergi dari hadapan Yusuf. Setelah itu Ara dengan sekuat tenaga berusaha untuk berdiri walaupun dia tau kakinya tak sanggup untuk berdiri bahkan berjalan.
"Ara.. Sini aku bantuin.." Kata Yusuf dengan lembut sambil mengulurkan tangannya.
Ara yang melihat uluran tangan Yusuf langsung dia tepis dengan kasar.
"Gak perlu bantuan lo!! Sana pergi..." Kata Ara mengusir Yusuf, dan dia masih berusaha untuk berdiri.
Setelah semua tenaga dikeluarkan ternyata tidak berhasil, terjatuhlah lagi dia dan terlihat air mata Ara yang jatuh entah kapan.
"Udah sini aku bantuin, nanti dilihat banyak orang kamu gak malu?" Kata Yusuf masih sama lembutnya dan lebih baik mendekat untuk membantu membopong Ara ke UKS.
Ara hanya bisa pasrah dan menerima tawaran Yusuf, dia akan malu jika masih duduk di situ dengan darah yang masih mengalir entah sejak kapan.
Mereka berdua menuju ke arah UKS yang hanya disamping lapangan, sampai disana Yusuf dengan hati-hati membantu Ara untuk duduk di ranjang. Yusuf segera mengambil obat merah dan kapas di kotak P3K, dengan hati-hati dia membersihkan luka di tangan dan kaki Ara.
Setelah itu Yusuf melihat Ara semakin tidak berdaya dan terlihat pucat, dengan cepat dia membantu Ara untuk berbaring. Di UKS belum ada petugas yang jaga, terpaksa dia meninggalkan Ara sendiri di UKS dan menutup pintu ruang itu.
Dia langsung berlari ke arah kantin yang jaraknya cukup jauh, dia ingin membeli roti dan segelas teh hangat untuk Ara. Dia yakin jika tadi pagi Ara tidak sarapan, setelah mendapatkan roti dan teh Yusuf segera kembali ke UKS dan terlihat Ara tertidur.
Dengan pelan Yusuf membangunkan Ara, tak sulit untuk membangunkan gadis itu dengan lembut dia menyuruh Ara untuk makan dan juga disitu kesempatan Yusuf bertanya.
"Ara kenapa sih gak biasanya?"
"Aku? Kamu kali yang kenapa! Diemin aku.. Emang aku salah apa?" Kata Ara sedikit membentak.
Ara masih menatap Yusuf yang diam seribu bahasa, dengan menunduk seakan merasa bersalah dan dia tahu jika telah melukai hati gadis itu.
"Cuma bisa diem kan! Aku itu sakit waktu kamu dengan yakin bilang mau gapai cita-cita mu! Tapi kamu mikirin perasaanku gak?! Aku disini sendirian! Emang aku egois, tapi tolong pahami keadaan dan perasaanku!! Hiks... Hiks.." Kata Ara dengan nada tinggi seolah semua yang membebani pikirannya hari ini dia sampaikan.
Semua sudah tersampaikan, Yusuf yang mendengar itu terkejut tak percaya jika Ara keberatan jika dirinya lebih menggapai cita-cita. Dan Ara bukan orang yang egois, Yusuf merasa masih banyak luka yang dipendam gadis itu.
Tangis Ara kian pecah disaat itu dan dia merasa menjadi orang yang bodoh, sudah 7 tahun dia bersahabat dengan gadis itu tapi ternyata masih saja ada luka yang belum dia ketahui. Dan seingatnya gadis itu selalu memberikan suatu teka teki saat dia menanyakan tentang apa yang terjadi.
"Maaf.." Satu kata yang hanya bisa diucapkan Yusuf. Bahkan terlihat dia menunduk tidak berani melihat Ara yang ada di depannya.
Untuk sekian kalinya Ara melamun lagi entah apa yang membebani pikirannya, dia merasa bahwa tidak ada seorang pun yang mengerti keadaannya sekarang.
Yang Ara butuhkan sekarang bukan orang yang datang lalu pergi, tapi orang yang selalu ada untuknya sampai kapanpun dalam kondisi apapun itu dan menjadi tempat singgahnya jika dia sedih.
"Suf..." panggil Ara saat melihat Yusuf terdiam.
"Kamu gak egois Ra hanya aku yang gak peka sama perasaanmu .." Satu kalimat yang langsung dikeluarkan Yusuf.
"Udah gausah dipikirin... Kamu gak ke kelas? Ini udah jam 8 lho..." Tanya Ara dengan lembut setelah dia melihat jam dinding yang ada di UKS itu.
"Gak... Aku pengen nemenin kamu disini aja" Jawab Yusuf sambil mengusap ujung kepala Ara.
"Aku disini sendirian gapapa.. Kamu udah kelas 12 lho dan bentar lagi ujian, masak mau bolos kemana Yusuf yang gak pernah absen? "
"Ra.... Bolos sekali gapapa ya? Aku pengen hari ini nemenin kamu... Pliss Ara cantik....." Kata Yusuf yang memohon dan ternyata tak ada jawaban dari Ara.
Ara hanya bisa tersenyum karena melihat wajah Yusuf yang sangat imut apalagi bibir manyunnya karena Ara tak menjawab kalimat yang dilontarkan Yusuf dan dia merasa kadar kegantengan Yusuf bertambah kali lipat.
"Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Yusuf sambil melihat dirinya apakah ada yang salah hari ini.
"Hehe... Gapapa cuma kalo kamu manyun gitu lucu, aku suka"
"Hah apa?"
"Gapapa"
"Ih apaan coba ulangi..."
"Dah gak ada pengulangan" Kata Ara tersenyum sedikit menjahili Yusuf.
Yusuf yang merasa kesal akhirnya memutuskan untuk balik menjahili Ara.
"Yaudah terserah aku pergi" Yusuf beranjak dari samping Ara dan berjalan mengambil tas yang ada dipojok UKS.
Ara yang melihat Yusuf ingin pergi langsung mencegahnya.
"Mau kemana?"
"Balik ke rumah" Kata Yusuf dingin tapi disisi lain perasaannya sungguh berdebar apakah Ara akan mencegahnya atau membiarkannya.
"Oh yaudah sana..." Kata Ara membiarkan Yusuf pulang.
"Gitu doang ngambek" Lanjutnya saat Yusuf berjalan menuju ke pintu UKS.
Yusuf yang mendengar itu langsung menoleh ke arah Ara dan ada satu kalimat yang membuat dirinya terkejut.
"AKU SUKA KAMU... MUHAMMAD ADITYA YUSUF PRAWIRA"
Enjoy guys... Maaf telat baru hari ini semangat nulisnya.
Jangan lupa vote dan komen❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSAMA
Teen FictionSebuah pertemuan pasti akan ada perpisahan, dan sebuah perpisahan pasti akan ada yang bersama untuk sementara ataupun selamanya. Dia yang pergi meninggalkan pasti akan kembali untuk bersama, yang dekat dan selalu ada belum tentu bersama tapi bisa j...