Bingung. Inilah yang dirasakan Dian. Dia bingung harus apa, sedangkan dia sendirian di mall. Hujan juga mulai turun. Mau tak mau Dian harus rela hujan-hujanan di hari yang beranjak malam.
Handphone nya low bat, dia harus benar-benar pulang dengan jalan kaki. Mau naik taksi? Heol, dia harus pesan dulu karena di jaman sekarang taksi tak bisa berhenti sesuka hati, harus memesan terlebih dahulu. Mau naik bus? Dian takut, dia punya trauma tersendiri untuk naik bus. Lagipula hari mulai gelap, tambah lah ketakutan Dian.
Hari sudah benar-benar gelap. Dian dengan terpaksa keluar mall dan rela hujan-hujanan berjalan kaki untuk pulang. Didalam hatinya merutuki kebodohannya untuk mengiyakan ajakan Farel untuk menemaninya jalan-jalan. Jelas saja, Farel pasti sangat bosan jika harus menunggu Alika untuk perawatan yang membutuhkan waktu seharian.
Betapa malang nasibmu Dian.
Sementara Farel, setelah mengantar Alika ia buru-buru untuk kembali. Menepati janjinya untuk mengantar adik kelasnya itu.
"Kamu mau kemana sayang? Main dulu di rumahku,"ucap Alika manja ketika hendak keluar dari mobil.
"Aku ada urusan. Barang aku ada yang ketinggalan di mall tadi,"jawab Farel tergesa-gesa.
"Yaudah, hati-hati,"kata Alika lalu mencium pipi Farel, kemudian keluar dari mobil.
Farel langsung pergi kembali ke mall tadi. Hatinya benar-benar gelisah mengingat dia lupa akan janjinya tadi. Didalam hati dia merasa kesal pada dirinya sendiri karena bisa-bisanya dia lupa akan tanggung jawabnya. Janji adalah tanggung jawab yang harus dilaksanakan, itulah pikirnya.
Apalagi hari mulai gelap dan hujan, Farel sangat merasa bersalah jika nanti Dian kenapa-kenapa. Dalam perjalanan kembali, ia melihatnya. Farel melihat gadis itu, adik kelasnya yang tadi begitu ceria menemaninya. Dian sedang berjalan kaki dipinggir trotoar sambil hujan-hujanan. Farel langsung memutar arah dan berhenti tepat disamping Dian.
Dian terkejut melihat mobil berhenti disampingnya. Ia takut. Bagaimana jika itu mobil yang akan menculiknya. Dian menangis, dia berlutut menyembunyikan wajahnya diantara lututnya. Tubuhnya bergetar. Ia benar-bener berpikir berlebihan. Takut jika apa yang ia bayangkan terjadi padanya.
Farel dengan cepat keluar dari mobil menghampiri Dian yang berlutut ketakutan.
"Dian?"panggilnya sambil menyentuh bahu Dian yang bergetar karena ketakutan.
Dian mendongak ke atas melihat siapa yang menegurnya. Suaranya begitu familiar, dan dia tau siapa itu.
"Kak Farel?"
Dian berdiri. Farel kaget melihat Dian yang menangis dibawah kucuran hujan dan ketakutan di bawahnya malam. Tanpa pikir panjang dia memeluk gadis itu. Entah dorongan darimana Farel memaluk gadis itu. Ia tak bisa membiarkan seorang perempuan menangis apalagi karena dirinya. Farel sangat merasa bersalah. Ini semua salahnya karena meninggalkan Dian, dan salahnya melupakan fakta bahwa ia tadi sedang mengantar Alika di salon bukan pergi sendiri.
Dian dibawa mausk ke dalam mobil. Farel mengambilkan jaket untuk Dian. Dian masih sesenggukan karena takut dan juga kaget mendapat perlakuan manis dari Farel.
"Apa apaan ini? Kak Farel khawatir sama aku?"itulah yang ada dipikiran Dian.
"Dian, maafin gue,"ucap Farel sambil menatap Dian dalam.
Dian masih terdiam. Badannya menggigil kedinginan.
"Dingin,"gumamnya.
Farel langsung memeluk Dian lagi, menyalurkan kehangatan. Btw ini posisinya Dian ada di kursi samping pengemudi ya dan Farel ada di kursi pengemudi nya .
"Kakak kenapa balik lagi?"tanya Dian.
"Bodoh, tentunya untuk jemput Lo. Kan tadi gue janji mau nganterin Lo pulang,"jawab Farel.
Farel melepas pelukannya. Dia tersenyum sambil menatap mata Dian dalam. Hidung Dian memerah karena kedinginan. Mata Dian yang lebar berkaca-kaca karena habis menangis. Tak lupa bibir pink Dian yang mengerucut karena merasa kesal. Farel sungguh gemas dengan adik kelasnya yang ada dihadapannya itu.
Farel menangkup kedua pipi Dian. Dan...
Cup.
Farel menciumnya. Dian terkejut mendapat perlakuan Farel. Bukannya berontak, Dian hanya diam saja. Masih efek kaget gaes bukan keenakan ya.
Farel juga tak kunjung melepaskan ciumannya. Ia malah semakin dalam. Dia melumat bibir pink yang manis itu. Sadar akan kelakuan kakak kelasnya yang salah, Dian mendorong tubuh Farel sehingga ciuman itu terlepas.
Manis.
Itu pikir Farel.
Dian diam. Dia masih mencerna apa kejadian barusan. Salah. Ini semua salah. Farel milik Alika. Dan Farel tadi menciumnya.
"Dian, maaf,"ucap Farel membuka suara.
Dian masih diam.
"Tadi gua cuma spontan pengen cium Lo. Maaf, anggap aja gue nggak pernah lakuin hal tadi,"ucap Farel enteng.
"Pahit. Lo bilang cuman spontan dan Lo bilang lupain kejadian tadi? Mana bisa! Dengan seenaknya Lo bilang kayak gitu Kak, Lo ambil first kiss gue!"Dian berteriak dalam hati.
Setelah kejadian itu, Farel membawa Dian pulang. Dalam perjalanan itu Dian tak berhenti mensumpah nyerapahi dalam hati Farel yang berani menciumnya.
Dibawah hujan dan sepinya malam, ciuman manis bagi Farel dan ciuman Pahit bagi Dian yang merasakan sakit atas kenyataan bahwa Farel bukan miliknya. Ia sadar betul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bar-bar Girl
Romance🅱︎🅰︎🆁︎-🅱︎🅰︎🆁︎ 🅶︎🅸︎🆁︎🅻︎ w͜͡a͜͡t͜͡t͜͡p͜͡a͜͡d͜͡ : s͜͡w͜͡a͜͡s͜͡t͜͡i͜͡k͜͡a͜͡d͜͡w͜͡i͜͡20 ˢⁱⁿᵒᵖˢⁱˢ Aku menyukai kakak kelasku, tapi dia sudah memiliki kekasih. Dia memiliki sifat yang dingin, jauh berbeda denganku. Tapi entah mengapa hatiku sela...