"Nay, aku pingin berenang ke kolam pocari," ucapku bersemangat di tengah siang yang panas.
"Hah? Yang benar saja. Lagian kau ngapaian ngayal yang aneh-aneh waktu puasa gini? Bikin haus saja." Nayla bangkit untuk duduk berteduh di pondopo SD. Dia mulai sibuk memainkan gadgetnya sambil mengenakan earphone.
"Pasti K-Pop kan." Kuusili Nayla berpura-pura kepo apa yang sedang dilakukannya. "Ish, gaje banget sih Ren. Rebahan lagi gih sana!" Nayla mengusirku judes. Sepertinya mood Nayla jelek, apa yang dia pikirin sih?
"Rena..."
Bisikan serak sekilas kudengarkan. Tadi itu suara laki-laki, tapi siapa? Disekitar kami tidak ada orang. Teman-teman sekolah juga sudah pulang 2 jam lalu. Bimbingan dan les ditiadakan saat puasa. Ah, mungkin itu efek dari sengatan terik matahari. Semoga Ayah cepat datang, aku sudah lelah ingin tidur di rumah.
"Sing!"
Sebuah kilatan hijau sepintas mengelilingiku. Samar-samar suara sekitar meninggikan frekuensi sampai telingaku peka. Mataku kosong, kaku tertuju pada satu titik. Hmm, apakah ini dehidrasi? Kakiku melangkah tanpa kukendalikan. Sangat ringan gerakanku seperti melayang. Yang kulihat adalah spiral bercahaya ungu terus memutar menenggelamkanku.
"Tin! Tin!"
"Bahaya!"
Pandanganku buram, seorang anak laki-laki berseragam SMP tengah menggendongku pose Fireman's Carry. "He, kenapa ini?!" Seruku terkejut menyadari kami berlari vertikal di tower. Ini mengerikan, kapanpun dia lengah aku akan terjun bebas menghantam semen.
"Tenanglah, detak jantungmu sedikit berisik!" Pekiknya menambah kecepatan. Apa hubungannya dengan jantung?
"HEY!", "Ck!"
Karena angin semakin kuat aku tak sengaja berteriak. Sepertinya konsentrasi laki-laki ini buyar. Decak kesalnya seolah mengatakan "Dasar perempuan merepotkan."
Tch!
Kini laki-laki itu berhenti dan berpegangan pada salah satu besi tower. "Ada apa ini?" Tanyaku mencengkram bahunya erat dengan satu tangan memegang besi. Hii, tinggi sekali. Di sini anginnya kencang, tapi hawa kemarau tetap saja panas.
"Tenangkan dirimu, detak jantung dan suaramu sungguh menggangguku. Kau hampir membuat dunia dalam bahaya jika aku tidak datang." Dia menjawab terengah.
Aku baru sadar rambut coklat kelamnya cukup panjang menutupi mata. Kulitnya pucat dan dia lebih tinggi 10 cm dariku. Aku kagum dia bisa menahan beratku yang melayang di udara sekarang.
"Apa maksudmu?" Aku teringat perkataan tentang dunia dalam bahaya.
"Astaga yang benar saja, kau benaran jenius semesta kan? Apa otakmu sudah tumpul bermain-main di SD selama 1 tahun?" Dia mengucapkannya seperti sudah mengenalku lama.
Kucebikkan bibirku bete. Kepalaku sudah pusing tanpa peneduh, ditambah gejala dehidrasi ini mengganggu.
"Uwa!"
Dia menarik nafas panjang kembali berlari, bagaimana ritme jantungku beraturan jika dia tidak berhenti melakukan hal tiba-tiba?
Damn! Mataku berkunang-kunang dan merasa mual. "Kurasa aku akan jatuh," kataku melepaskan pegangan. "Payah!" Panggilnya agar aku tetap sadar. Asal bunyi, dasar tak jelas!
Hari itu, entah mimpi atau fatamorgana. Laki-laki yang membawaku tanpa sebab yang jelas dan kupahami melakukan terjun bebas berdasar kolam dalam. Hah! Apa mungkin aku bisa hidup setelah ini? Untuk apa dia mempertaruhkan diri memanjat tower sedangkang setelahnya dia kembali turun?
"RENA!!!"
Sayup-sayup terdengar suara Rian dan Nayla. Mungkin mereka melihatku dari bawah dengan heran. Wajar saja aku langsung dikenali, tubuhku berbody sehingga cukup menjadi ciri khas. Rambutku cokelat kemerah maronan saat terpantul cahaya matahari. Kupastikan mereka sempat ragu menyaksikan sekelabat sosokku.
"BYUR!!!"
"Bukankah hal seperti ini yang selalu kamu inginkan dalam fase bosan gilamu?!"
Kami mendarat keras menciptakan gelombang cukup tinggi. Dia melingkarkan tangan di pinggangku. Jarak terbuat oleh batas dorongan arus bawah.
Laki-laki itu membuka matanya perlahan. Cantik sekali, selaput pelanginya sebiru langit polos sedikit berkabut. Tunggu, dia tunanetra?!
Air kolam terus kuteguk sampai sangat berat bernafas. Tangan laki-laki itu bergerak bmenggunakan bahasa isyarat. Kala otakku lelah tak mampu memikirkan hal wajar. Sebuah keajaiban membuatku paham apa yang dikatakannya.
"Na-ma-ku, Sa-ga-ra, Ta-ka-hi-ro"
*Note : Picture by Nailah-Senpai 🧕🏼
KAMU SEDANG MEMBACA
NELFA&NineBall Season! : Lachesism
AdventureKeinginan agar hidup yang didambakan berjalan normal secara terus-menerus memang suatu hal umum. Jangan lupakan kalau masa muda harus dihabiskan dengan belajar dan berguru pada guru paling diandalkan semesta. Yup! Itu adalah pengalaman. Jika kau mem...