Chapter 1 - Segelas Kopi -

31.8K 1.6K 30
                                    

Quila menatap kamar kakaknya yang baru saja dimasuki oleh pria tampan yang menggunakan kemeja putih.

Beberapa teman Kak Akhza memang sering sekali datang main dan langsung masuk ke dalam rumah kemudian ke kamar Kakaknya itu.

Namun pria itu tidak pernah dilihat sebelumnya. Quila yang tadi kebetulan baru saja dari dapur untuk membuat makanan berpapasan dengan pria itu yang naik keatas.

Tetapi pria itu tiba-tiba berhenti dan menatap balik kearah Quila. Hal itu membuat Quila seakan terpaku dan tubuhnya berubah membeku

Pria yang entah kenapa mampu menggetarkan hal yang ada di dalam Quila. Kegilaan ? Ekspetasi ? Kreativitas otak ? Entahlah apa namanya. Namun rasa itu ada dan untuk pertama kalinya terasa.

"Sialan kenapa pikirannya berkeliaran kemana-mana ya" Ucap Quila sambil menepuk kepalanya sendiri.

Berusaha mengenyahkan pikiran kotor yang sedang berkeliaran di dalam otaknya. Jika pria itu merupakan teman Kak Akhza berarti pria itu umurnya hampir mendekati tiga puluhan seperti kakaknya itu.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ini waktunya Kak Akhza pulang dan tentu saja Quila tidak ingin ketahuan mengintip teman kakaknya itu.

Bisa-bisa uang jajannya akan dipotong. Kakaknya itu begitu galak dan menyeramkan bagi Quila. Jadi lebih baik tidak mengusik area teritorial Kakaknya.

Quila membalikkan badannya dan ingin kembali ke kamarnya sendiri. Namun sebuah tangan tiba-tiba menariknya dengan paksa memasukkannya ke dalam kamar Kakaknya.

Belum sempat keterkejutannya selesai punggungnya di tekan ke dinding. Sebuah lengan kokoh menahan belakang kepalanya agar tak terbentur.

Tatapan mata itu membuat Quila terbungkam dan tak bisa mengatakan apapun. Mata itu begitu mempesona dan menariknya hingga bagian terdalam.

Astaga apa Quila gila jika mengatakan mata pria di depannya berwarna abu-abu ? Tunggu itu warna perak. Indah dan mengagumkan.

Namun dapat dilihat dengan jelas jika mata itu terlihat sangat dingin dan mematikan. Mata predator yang membekukan mangsanya.

"Kau terpesona ?" suara yang begitu berat dan maskulin terdengar dengan sopan di telinganya.

Quila meneguk ludahnya dengan susah payah. Seharusnya hal yang dilakukannya berteriak dan memaki pria yang mengurung tubuhnya seperti ini. Bukannya diam dan terbungkam.

"Quila itu namamu bukan?" suara itu mengalun lagi tepat ditelinga Quila

Hingga kesadaran menampar Quila ketika tangan pria itu turun dan merasa punggungnya. Dengan cepat Quila mendorong dada bidang pria itu.

"Brengsek apa yang kau lakukan?!" Jerit Quila dengan menatap pria itu

Mata Quila masih sangat jeli ketika melihat sebuah senyum di wajah dingin itu. Oh smirk pria itu menampilkan smirk yang membuat tingkat ketampanan semakin tinggi.

"Menilai mata-mata yang sejak tadi berdiri di depan pintu" Rasa panas langsung menyebar di kedua pipi Quila.

Sialan! Kenapa kamar ini terasa begitu panas dan menyesakkan astaga

"Permisi" ucap Quila yang memilih membalikkan badannya dan pergi karena memang tidak ada pembelaan yang mampu keluar dari mulutnya

Namun tangan sialan itu kembali menahannya dan mengurungnya kembali di dinding. Wajah pria itu begitu dekat membuat deru nafas pria itu terasa di wajah Quila

"Kau takut, Quila ?" 

Quila memejamkan matanya dengan rapat berusaha menahan rasa ingin menangis karena terkurung dengan suasana seperti ini.

Moon Sky ( Baca di Dreame )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang