"Kekreatifan lah yang kita butuhkan untuk menjalani masa sulit yang kini kita hadapi."
- Malvin -
-
***"Bu, Malvin ingin melanjutkan pendidikan ke Universitas impian Malvin yang ada di Jakarta," tutur seorang pemuda kepada ibu nya.
Senyum simpul teretak di wajah wanita paruh baya itu, "Kalo ibu ada uang ya nak," ujar nya sambil mengelus pelan puncak kepala Malvin.
Malvin Adiputra Ardeva, Pemuda kelas 12 Sekolah Menengah Atas yang tinggal di Bandung, memiliki cita-cita untuk bisa meraih gelar Sarjana sebagai seorang Karya Sastrawan. Namun, kondis ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan di tambah lagi dengan pengesahan RUU Cipta kerja mengbuat ayah Malvin yang bekerja sebagai buruh harus mencari pekerjaan sampingan, karna gaji di tempat ia bekerja kini mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga nya untuk hari hari kedepan.
"Sebaiknya kamu lupakan saja mimpi kamu itu. Lihat kondisi keluarga kita sekarang, untuk makan saja kita sudah susah, apalagi untuk biaya kamu kuliah," sahut ayah Malvin dari arah luar.
Malvin yang mendengar itu pun segera menunduk. ayah nya benar, kini perekonomian mereka sangat tidak memungkinkan, ia tidak mungkin membebani kedua orang tua nya dengan mimpi yang ia miliki. Ia harus bisa merelakan mimpinya di rampas oleh perekonomian keluarga.
Ibu Malvin yang menyadari perubahan sikap anak nya segera mengerti, ia menepuk pundak Malvin pelan seolah menguatkan. "Sabar ya nak."
Malvin tersenyum kecil, "gapapa kok bu. Yaudah Malvin ke kamar dulu ya, mau tidur," pamit Malvin lalu beranjak menuju kamarnya.
Ibu Malvin menatap nanar kepergian putra nya, "Kamu harus jadi sarjana nak, kamu harus bisa mengangkat derajat keluarga. Karna, kini hanya petinggi petinggi negara yang akan di hargai di negeri ini."
***
Malvin menatap pantulan dirinya di cermin, apakah ia harus menghapus semua mimpi mimpinya? Ia sungguh sungguh bingung saat ini, satu sisi ia ingin sekali mewujudkan cita cita nya untuk menjadi seorang sarjana, namun satu sisi ia tidak ingin membebani kedua orang tuanya.
Drrtt.. Drttt..
Ponsel Malvin yang berdering, seketika membuyarkan lamunan pria itu. Ia segera mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas. Malvin melihat nama Aira terpampang jelas di layar ponsel nya, tanpa menununggu lama, Malvin segera mengangkat panggilan dari sahabat sedari kecil nya tersebut.
"Assalamualaikum, iya ra kenapa? Tumben nelfon malem malem gini,"
"Waalaikumsaalam, vin cepet lo liat chat dari pak Gunawan di grup kelas!"
"Gue ga ada kuota. emang kenapa?"
"Yaelahh, Nanti minggu bakal ada lomba kepenulisan di SMA kita dan yang menang bakal di kasih beasiswa di Universitas mana aja yang kita mau, dan kaya nya peluang ini cocok buat lo."
"Lo serius ra? SMA kita ngadain yang kaya begituan?"
"Serius lah. Katanya sih ada donatur penulis novel gitu yang kerjasama sama pihak sekolah buat ngembangin bakat siswa nya di bidang kepenulisan. Terus nanti pemenang bakal di kasih kesempatan buat bikin novel dan nanti karya nya bakal di gaji sama donatur itu."
"Makasih info nya ra gue izin dulu ke ibu sama Ayah gue, nnti besok atau lusa gue kesana buat daftar."
"Lo cukup minta izin aja, biar gue sama Raka yang ngurus pendaftaran nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
KREATIF DI ZAMAN SULIT ( CERPEN )
Teen FictionMalvin Adiputra Ardeva, Pemuda kelas 12 Sekolah Menengah Atas yang tinggal di Bandung, memiliki cita cita untuk bisa meraih gelar sarjana sebagai seorang Karya Sastrawan. Namun kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan di tambah lagi dengan p...