Matahari sudah tenggelam, dikala senja
Pemandangan yang indah,
Namun tidak bisa dinikmati
Tidak indah seperti disini, di penjara
Kelam, seram, kejam dan penuh kesedihan
***
Menatap pemandangan yang indah itu, membuatku rindu dengan dunia luar. Aku terperangkap disini, dimana tidak ada yang mau mendengarku. Mereka pikir aku gila, mereka bilang aku mengada-ngada. Akhirnya aku menulis jurnal ini, ini pengalamanku.
Namaku Revo, aku adalah siswa SMA, yang bersekolah di salah satu SMA populer di Jakarta. Aku berasal dari keluarga yang biasa saja, aku mampu bersekolah disini karena aku mendapat beasiswa. Walaupun aku cukup pintar, aku juga mempunyai sisi nakalku. Aku bergabung disebuah geng motor di Jakarta, aku tergila-gila dengan motor, walaupun keluargaku tidak mampu membelikanku motor yang kuimpikan. Aku sering pergi tengah malam bersama geng motorku sampai orangtua ku khawatir dengan aku. Aku suka bermotoran dengan geng motor ku, tapi yang aku paling benci di geng motor itu adalah Vincent. Vincent merupakan salah satu siswa di SMA yang sama dengan aku, Vincent adalah orang yang paling aku benci.
Suatu malam, saat aku sedang merapikan buku pelajaranku, tiba-tiba terdengar dering dari HP ku. Pada saat aku menatap layar HPku, tertulis nama 'Marshel' di layar HPku. Dia adalah ketua geng motorku, dia merupakan orang yang paling baik yang pernahku kenal seumur hidupku. Dengan cepat, aku menjawab panggilan itu.
"Halo? Vo, jalan yuk" seru Marshel,
"Gak ikut malam ini Shel, kemarin dimarahin ortu" aku menolak.
sebenarnya bukan karena dimarahin orang tuaku, tapi karena ada Vincent disana.
"Ayolah Vo, gak seru kalau gak ada kamu!" Seru Marshel. Aku sebenarnya sangat tidak mau, tapi bagaimana lagi? Aku sangat tergila-gila dengan motoran.
"Yaudah, tungguin ya di pom bensin kayak biasa" jawab ku kepada Marshel dengan singkat.
Setelah itu aku pun langsung keluar dari rumah, dengan perlahan-lahan aku mengeluarkan motorku. Dengan rasa bersalah aku pun menyalakan motorku di depan gang agar suara motorku tidak terdengar oleh orang tua ku. Aku selalu mengingat perkataan mama saat sedang di jalan,
"Revo, kamu jangan motoran lagi, nanti masalah akan terus datang" kata mama.
Dan mama benar, masalah terus datang. Tapi bagaimana lagi, aku sangat tergila-gila dengan motoran.
"Akhirnya datang juga si Revo, kirain gak bakal datang" seru Marshel
"Dateng dong" seru ku pada Marshel.
Aku berharap bahwa Vincent tidak datang malam itu. Marshel mengabsen siapa saja yang sudah datang, dan Vincent tidak ada.
"Eh, ini Vincent mana?" tanya Marshel
"Vincent tidak masuk ke sekolah tadi, sakit kayaknya" seru ku kepada Marshel,
"Oh gitu, langsung jalan aja kita".
Akhirnya kita memulai perjalan dan meninggalkan Vincent. Hatiku sangat gembira mengetahui kita meninggalkan Vincent. Karena kita sudah lelah, kita pun berhenti untuk makan dan beristirahat. Pada saat beristirahat, aku pun pergi ketoilet, tanpa ku ketahui, Vincentpun datang. "Shel, kok aku di tinggal sih" seru Vincent kepada Marshel,
"Lah kata Revo kamu sakit".
"Wah, bener-bener tuh si Revo, Marshel jangan bilang aku dateng ya" seru Vincent,
"Mau ngapain emang?" Tanya Marshel,
"Liat aja nanti" kata Vincent dengan penuh misteri.
Pada saat aku keluar dari toilet kita langsung melanjutkan perjalanan. Tapi, aku melihat muka Marshel, mukanya menunjukan kekhawatiran dan kecemasan.
"Shel, kamu kenapa, kok kayaknya khawatir banget?" tanya ku,
"Nggak kok, kita langsung lanjut aja biar gak kemaleman".
Aku masih curiga degan Marshel, pasti ada sesuatu yang terjadi. Kita pun lanjut motoran mengelilingi kota. Semua berjalan lancar dan santai, tapi aku melihat sesuatu di ujung kaca spionku, ada suatu cahaya yang bersinar sangat terang seperti lampu motor. Aku berpindah jalur agar kendaraan tersebut bisa mendahalui ku, tetapi kendaraan itu tetap berada belakangku. Cahaya itu pun berlaju dengan kencang dan langsung menyalipku dan membuatku tergelincir. Cahaya itu pun berhenti di sebelahku dan berkata
"Makannya jangan cari masalah sama aku!" seru Vincent.
Ternyata Vincent sedang membalas dendam. Telingaku berdengung kencang setelah mendengar suara mesin dari motor Vincent. Aku menguatkan diriku dan berdiri. Aku pun langsung pulang dan tidak melanjutkan motoran pada malam itu, aku tidak memberitahu siapapun tentang kejadian itu, karena masalah akan memburuk jika aku bercerita.
Aku pun pulang, sambil mendorong motor dengan kaki dan tangan yang lecet. Aku takut kembali ke rumah, apa reaksi orang tua ku? Aku memberanikan diri untuk membuka pagar rumah dan memasukkan motor secara perlahan-lahan. Untung saja, orang tua ku masih tertidur. Aku langsung membersihkan tubuhku yang lecet.
Matahari menyinari mataku dari celah-celah jendela kamar, menyadarkanku bahwa hari sudah pagi. Aku masih takut untuk keluar kamar, apakah reaksi orangtuaku? Aku akhirnya keluar kamar untuk siap-siap pergi ke sekolah. Pagi hari berjalan mulus, orangtua ku tidak marah, karena aku mampu menyembunyikan celana jeans ku bekas semalam.
Waktu sudah menunjukan jam 6.30, aku segera berangkat ke sekolah karena takut terlambat, aku sebenarnya khawatir akan apa yang Vincent lakukan pada ku selanjutnya. Aku sangat lega karena sepanjang hari ini Vincent tidak sekalipun mengganggu ku. Tapi, sepulang sekolah Ia datang kepada ku, saat aku sedang bersama-sama dengan teman geng motoranku.
"Eh, Revo, liat motor aku dong! baru lagi nih, emang kayak punya kamu!" Seru Vincent
aku sebenarnya kesal sekali, tapi bagaimana, aku akhirnya diam dan berjalan pergi.
"Orang tua gak mampu ya!" "Lah kok pergi? Kesel ya?" ejek Vincent
Aku langsung pulang dan mengabaikan kata-kata Vincent.
KAMU SEDANG MEMBACA
Motoran
HorrorDendam, yang membara di dalam hati ku, membutakan aku tentang apa yang aku perbuat. Penyesalan, datang setelah perbuatan, menghantui dan merusak hidup kita.