BAGIAN 5

208 15 0
                                    

Hantu Pencabut Nyawa dan Iblis Wajah Sebelah termangu-mangu dengan sikap tidak sabar bercampur rasa cemas.
"Sebaiknya, mulai sekarang kalian bersatu untuk menghadapi orang-orang persilatan yang datang ke tempat ini,'" ujar Dewi Kemuning memutuskan.
"Apakah kami harus kembali ke Hutan Jati Barang, Gusti Ratu?" tanya Hantu Pencabut Nyawa.
"Mengapa harus kembali ke sana! Kalian bisa menunggu kedatangan mereka di pinggir Lembah Putus Nyawa," jelas Penguasa Istana Goa Darah.
"Kalau begitu kami mohon diri, Gusti Ratu!" pamit kedua laki-laki bertampang angker ini sambil bangkit berdiri dan melangkah.
"Tunggu!"
Langkah mereka terhenti. Dan cepat mereka berbalik sambil menjura penuh rasa hormat.
"Ada apa lagi, Gusti Ratu?" pelan suara Iblis Wajah Sebelah.
"Kalian harus membawa, paling tidak lima orang pengawal untuk menjaga kemungkinan yang tidak terduga...!" tegas Dewi Kemuning.
Keduanya sama-sama mengangguk. Tidak lama kemudian, mereka menelusuri lorong demi lorong sambil menghubungi para pengawal pilihan yang akan menyertai.
Sementara itu, tidak jauh dari Lembah Putus Nyawa, tampak seorang laki-laki bertampang tolol sedang duduk ongkang-ongkang di atas sebuah cabang pohon. Pakaiannya yang berwarna putih lusuh dikipas-kipaskan ke bagian wajah. Sedangkan tongkat bututnya diketuk-ketukkan ke cabang pohon berulang-ulang, sehingga menimbulkan suara bunyi yang tidak teratur.
"Istana Goa Darah sebenarnya sudah berada di depan mata. Tapi tidak ada jembatan yang menghubungkan ke pintu goa. Tampaknya orang-orang di dalam sana enggan menerima tamu sepertiku. Huh...! Siapa sudi menerima Raja Pembual!" dengus kakek berjenggot putih dan berkumis putih yang mengaku sebagai Raja Pembual sambil terus mengetuk-ngetuk tongkat ditangannya.
Sekarang perhatian Raja Pembual tertuju ke arah Lembah Putus Nyawa yang terletak tidak begitu jauh dari tempatnya berada. Di hatinya timbul keyakinan bahwa di dalam lembah tersebut hidup berbagai jenis ular berbisa. Ini terbukti dengan terciumnya bau amis khas ular berbisa.
"Para dedemit itu ternyata cukup licik juga! Mereka memaksaku agar turun ke Lembah Putus Nyawa, untuk sampai ke Istana Goa Darah. Sungguh undangan ini dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab," gerutu Raja Pembual kesal.
Sekali lagi, Raja Pembual melayangkan pandangan ke arah pintu-pintu goa yang berwarna merah darah. Paling tidak, jarak antara tebing lembah dengan pintu goa sekitar empat puluh batang tombak. Mustahil bagi Raja Pembual yang memiliki nama asli Baskara ini dapat melompati tebing lembah yang demikian lebar.
"Eh...! Aku seperti mendengar langkah-langkah kaki mendekat kemari! Orangnya memang belum kelihatan. Tapi bau busuknya sudah tercium sampai kemari. Jangan-jangan, kucing kurapan yang datang kemari?" gumam Raja Pembual tanpa kehilangan watak konyolnya.
Pendengaran Raja Pembual yang tajam memang tidak dapat tertipu. Tidak lama kemudian, segera terlihat dua orang bertampang angker berbaju putih bersimbah darah. Tidak jauh dibelakang kedua laki-laki itu, muncul lima orang laki-laki lain berbaju mirip pengawal kerajaan.
"Hm, bukan kucing kurapan. Ternyata yang datang iblis haus darah. Eh...! Darah tuaku mana enak. Rasanya paling pahit,"
Raja Pembual menggaruk-garuk hidungnya yang berwarna kemerahan beberapa kali. Sikapnya tetap duduk tenang-tenang di atas cabang pohon. Sementara tangannya yang memegang tongkat telah berhenti mengetuk.
"Terus cari! Aku yakin, ada orang lain yang bukan anggota kita telah bersembunyi di sekitar sini!" ujar Hantu Pencabut Nyawa pada lima orang pengawal bersenjata tombak yang menyertainya.
Lima orang pengawal langsung menyebar. Hantu Pencabut Nyawa dan Iblis Wajah Sebelah juga mulai memeriksa tempat-tempat yang dicurigai.
Tapi setelah sekian lama mencari-cari, mereka tidak menemukan apa-apa. Raja Pembual yang duduk uncang-uncang kaki di atas pohon, terus memperhatikan orang-orang Istana Goa Darah sambil tersenyum-senyum.
"Ternyata iblis bukan harimau. Kalau penciuman mereka tajam, tentu sudah menemukan aku di sini!" gumam Raja Pembual, pelan saja.
Tapi salah seorang laki-laki berwajah angker rupanya sempat mendengar gumaman Raja Pembual. Maka dengan curiga dia pun memandang ke atas, merayapi cabang-cabang pohon yang terdapat di sekitarnya.
"Itu dia monyetnya!" teriak Iblis Wajah Sebelah sambil menunjuk ke arah salah satu cabang pohon yang terletak tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, secara hampir bersamaan Hantu Pencabut Nyawa dan Iblis Wajah Sebelah langsung mengeruk kantong celananya. Kemudian, tangan mereka mengibas ke arah Raja Pembual yang duduk terkantuk-kantuk.
Seketika seleret sinar putih keperakan langsung melesat ke arah kakek berjenggot putih ini. Itulah senjata-senjata rahasia yang berupa bintang segi empat yang dimiliki para pembantu Gusti Ratu Penguasa Istana Goa Darah.
Namun Raja Pembual dengan seenaknya langsung bangkit berdiri. Sementara tongkat di tangannya dikibaskan ke depan, kemudian langsung diputar sedemikian rupa. Maka sinar hitam dari tongkatnya yang menimbulkan suara angin menderu-deru, langsung menahan serangan senjata-senjata rahasia yang dilemparkan kaki tangan Penguasa Iblis Goa Darah itu.
Trang!
Terdengar suara berdentang berturut-turut disertai berpijarannya bunga api, ketika tongkat hitam di tangan Raja Pembual menghantam runtuh senjata rahasia milik lawannya. Bahkan beberapa diantaranya langsung berbalik menyerang pemiliknya. Jika Iblis Wajah Sebelah dan Hantu Pencabut Nyawa tidak membuang tubuh ke tanah. Niscaya termakan senjata milik mereka sendiri. Tapi...?
Crap...!
"Aaa...!"
Tidak jauh di belakang mereka, terdengar pekik dan jerit kematian. Rupanya, ada senjata rahasia yang mengarah dan menghantam tubuh dua pengawal yang berdiri tak jauh dibelakang kedua tokoh Istana Goa Darah. Tubuh mereka kontan ambruk. Tangan yang memegang tombak langsung mendekap perut yang tertembus senjata milik pimpinan mereka. Kedua pengawal berbadan tegap ini berkelojotan sebentar, lalu terdiam untuk selama-lamanya.
Iblis Wajah Sebelah dan Hantu Pencabut Nyawa terkejut bukan main. Terlebih-lebih setelah melihat kematian dua orang pengawal mereka. Ketika mereka memandang keatas pohon. Raja Pembual tampak mengumbar tawanya.
"Manusia keparat! Cepat turun dari pohon itu! Atau aku yang akan menyeretmu kemari!" bentak Hantu Pencabut Nyawa sudah tidak mampu lagi mengendalikan amarahnya.
Raja Pembual menghentakan tawanya. "Bicaramu kasar seperti monyet kebakaran jenggot, Kisanak! Sebagai tuan rumah, seharusnya kau menyambutku dengan ramah. Mana ada tamu disuruh makan benda keras seperti tahi binatang tadi?" ejek laki-laki berambut jarang ini sambil menggosok-gosok hidungnya yang berwarna kemerahan.
Kedua rahang Hantu Pencabut Nyawa langsung menggembung. Kalau saja tidak ditahan Iblis Wajah Sebelah, sejak tadi dia sudah melabrak Raja Pembual.
Iblis Wajah Sebelah maju dua langkah. "Rupanya Kisanak tamu kehormatan kami. Maafkan kawanku ini, karena kurang mengenal mana tamu dan mana yang bukan tamu! Turunlah dari pohon itu, Kisanak. Kita dapat membicarakan segala sesuatunya di dalam Istana Goa Darah!" ujar laki-laki yang sebagian wajahnya bersimbah darah kering.
"Huh! Siapa yang mau percaya dengan mulut manis manusia iblis? Aku sudah tahu tipu muslihat kalian. Raja Pembual jangan dibodoh-bodohi!" dengus laki-laki tua berambut jarang ini dalam hati.
"Bagaimana, Kisanak? Mengapa hanya diam saja di situ? Turunlah.... Semua hidangan telah dipersiapkan sebagaimana mestinya!" Iblis Wajah Sebelah terus berusaha membujuk, sehingga membuat kesal Hantu Pencabut Nyawa.
"Ucapanmu memang sangat sopan, Iblis Muka Belang. Tapi kalau boleh tahu, apakah wajahmu yang kemerahan itu kau lumuri tahi kuda atau darah monyet?" selak Raja Pembual sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Merah muka Iblis Wajah Sebelah mendengar penghinaan Raja Pembual. Sekujur tubuhnya tampak bergetar hebat menahan amarah. Sementara Hantu Pencabut Nyawa yang berdiri di sampingnya sudah tidak sabar lagi dan ingin cepat-cepat melepaskan pukulan dahsyat. Tapi sebagaimana tadi, Iblis Wajah Sebelah menahannya dengan gelengan kepala.
Rupanya Hantu Pencabut Nyawa tidak mengerti kalau sekarang sedang berhadapan dengan salah satu tokoh rimba persilatan yang memiliki ilmu olah kanuragan sulit dijajaki. Bahkan juga merupakan seorang tokoh yang mempunyai segudang pengalaman dalam bertarung.
"Maafkan aku, Kisanak. Wajahku memang buruk begini rupa sejak dilahirkan orang tuaku. Terkadang aku pun menyesal mengapa terlahir seperti ini Tapi..., kalau boleh tahu, apakah Kisanak yang berjuluk Raja Pembual?" tanya Iblis Wajah Sebelah. Sementara, di hatinya dia berusaha mati-matian menahan amarah.
"Aku memang raja di atas raja. Walaupun hanya seorang Raja Pembual. Tapi mengenai keadaan dirimu, kurasa kau tidak akan menyesal jika mau bunuh diri di depan mayat orang-orang yang telah kau culik!" bentak Raja Pembual, sehingga membuat Iblis Wajah Sebelah tersentak kaget.
Saat itu juga, Hantu Pencabut Nyawa melentingkan tubuhnya ke udara. Dan seketika satu pukulan jarak jauh dilepaskannya ketika tubuhnya berjumpalitan diudara.
Seketika seleret sinar hitam menebar bau busuk dan berhawa dingin luar biasa menderu ke arah Raja Pembual. Namun laki-laki tua ini sambil tertawa-tawa segera mengebutkan tongkat ditangannya. Maka dari ujung tongkat Raja Pembual, melesat secepat kilat dua leret sinar kuning menerjang ke arah sinar hitam yang melesat dari telapak tangan Hantu Pencabut Nyawa.
Glar!
"Akh...!" Hantu Pencabut Nyawa memekik kaget, ketika suara ledakan keras akibat dua tenaga dalam tingkat tinggi bertemu. Pukulan Pelepas Sukma dari Hantu Pencabut Nyawa yang berhawa dingin membekukan, ternyata berbalik oleh satu kekuatan berhawa panas yang melesat dari ujung tongkat Raja Pembual. Laki-laki yang wajahnya bersimbah darah masih dapat menjejakkan kedua kakinya di atas tanah, walaupun terhuyung-huyung.
Melihat kenyataan ini, Iblis Wajah Sebelah tampak kaget bukan main. Tiba-tiba dari atas pohon, Raja Pembual melompat turun. Begitu kedua kakinya menjejak tanah, maka tiga orang pengawal Istana Goa Darah langsung mengurung dengan tombak menderu. Raja Pembual tertawa terkekeh. Tongkat di tangan kirinya cepat berkelebat kian kemari.
Sementara dua batang tombak di tangan pengawal menyodok ke bagian perut Raja Pembual. Sedangkan tombak di tangan pengawal yang satu-nya lagi, menghantam bagian punggung. Kakek tua berambut jarang ini cukup melompat ke samping kiri sejauh dua langkah dengan tangan kiri menghantam dada salah seorang pengawal. Sedangkan ujung tongkat di tangannya mengibas ke arah dua batang tombak yang menusuk ke perut.
Trak! Trak!
Tombak di tangan dua pengawal ini terpental dan patah menjadi dua. Dua orang pengawal memekik kaget sambil memegangi tangannya yang sempat bergetar dan sakit bukan main. Kesempatan ini tidak disia-siakan Raja Pembual. Tongkat ditangannya langsung berkelebat lagi kedua arah secara berturut-turut.
Cras! Cras!
"Aaa...!"
Kedua pengawal itu menjerit setinggi langit. Tubuh mereka mengejang. Bagian perut yang terluka parah akibat sabetan tangan Raja Pembual tampak mengucurkan darah yang tidak henti-hentinya. Tubuh mereka sebentar saja telah jatuh tergelimpang di tanah tanpa mampu bangkit kembali.
Melihat keadaan dua orang tewas secara mengenaskan, pengawal yang satu lagi bukannya ciut nyalinya. Sebaliknya malah melesat laksana kilat ke arah Raja Pembual dengan teriakan menggetarkan. Tombak di tangannya menghantam ke bagian leher laki-laki tua itu. Walaupun gerakan yang dilakukan pengawal ini termasuk cepat luar biasa, namun dengan hanya merundukkan kepala, serangan itu melenceng satu jengkal di atas kepala Raja Pembual. Ketika tubuh pengawal itu masih melayang di udara, Raja Pembual cepat mengirimkan satu pukulan menggeledek ke arah dada.
Buk! Krak!
"Aaa...!" Pengawal itu langsung jatuh terbanting di atas tanah. Tulang iganya yang terhantam tinju Raja Pembual kontan patah disertai suara berderak keras. Darah menyembur dari mulut pengawal ini. Tubuhnya berkelojotan sebentar, kemudian terdiam untuk selama-lamanya.
Mata Hantu Pencabut Nyawa dan Iblis Wajah Sebelah tampak terbeliak lebar. Mereka seakan tidak percaya dengan apa yang dilihat. Hanya dalam waktu sebentar saja, lima orang pengawalnya tergelimpangan roboh tanpa nyawa.
"Sekarang hanya kalian berdua!" dengus Raja Pembual dengan wajah tampak berubah kelam. Tongkatnya sudah melintang didepan dada. "Aku yakin kau dan kawanmu merupakan pembantu utama ratumu yang keparat itu! Tinggal kalian pilih saja, kematian bagaimana diinginkan?!?"
"Mulutmu kelewat takabur, Tua Renta! Heaaa...!" teriak Hantu Pencabut Nyawa.
Laksana kilat, tubuh Hantu Pencabut Nyawa melesat kedepan. Satu serangan beruntun dengan tangan kosong dilakukan. Sementara itu, dari arah samping kiri Iblis Wajah Sebelah juga tidak tinggal diam. Baju putihnya yang longgar dan bersimbah darah dikebutkan. Maka seketika melesat tiga leret sinar berwarna putih keperakan ke arah Raja Pembual.
Menghadapi serangan yang datangnya dari dua arah, Raja Pembual terkesiap. Tangan Hantu Pencabut Nyawa yang terpentang dan mencengkeram ke arah perutnya juga sangat berbahaya. Terlebih-lebih, setelah melihat tangan laki-laki berwajah aneh itu telah berubah berwarna hitam. Pertanda jari-jari tangan itu mengandung racun yang sangat mematikan. Sedangkan dari arah samping, senjata rahasia berbentuk bintang segi empat juga tidak dapat dianggap enteng.
Satu-satunya yang dapat dilakukan Raja Pembual adalah dengan melompat mundur kebelakang. Tongkat di tangan dikibaskan ke arah tangan Hantu Pencabut Nyawa. Kemudian, tubuhnya terus berputar ke samping kiri, menyongsong datangnya senjata rahasia yang dilemparkan Iblis Wajah Sebelah.
"Uts!"
Hantu Pencabut Nyawa terpaksa menarik balik tangannya.
Trak! Trak!
Senjata rahasia berbentuk bintang sepi empat yang dilemparkan Iblis Wajah Sebelah runtuh terhantam tongkat ditangan Raja Pembual.
Hantu Pencabut Nyawa terkejut setengah mati melihat kehebatan yang dimiliki laki-laki bernama asli Baskara ini. Tapi dia merasa tidak punya waktu lebih banyak lagi untuk memikirkan segala sesuatu yang telah terjadi. Sekali ini, Hantu Pencabut Nyawa langsung mencabut pedang pendek dari warangkanya.
Sret! Bet!
Ketika pedang Hantu Pencabut Nyawa dikibaskan ke udara, maka terdengar suara mendengung disertai berkelebatnya sinar merah menyilaukan mata. Raja Pembual sempat terkesiap sambil menggumam tidak jelas. Tidak sampai sekedipan mata, Hantu Pencabut Nyawa telah melompat ke arah laki-laki itu sambil menyodokkan pedang pendek berwarna merah di tangannya.
Serangan ganas dan berlangsung sangat cepat ini tidak mungkin dapat dihindari Baskara alias Raja Pembual. Cepat tongkatnya dihantamkan kebagian pergelangan tangan Hantu Pencabut Nyawa dengan maksud membuat jatuh pedang milik lawannya.
Wut! Slap!
"Heps!" Lebih cepat lagi, Hantu Pencabut Nyawa menarik pedangnya. Begitu tongkat di tangan Baskara lewat dibawahnya, dia melakukan satu tusukan menyilang.
"Akh...!" Raja Pembual walaupun sudah berusaha menghindar, tetap saja dadanya tergores ujung pedang Hantu Pencabut Nyawa. Dengan terhuyung-huyung, Baskara melompat kebelakang. Luka yang ditimbulkan akibat tusukan pedang Hantu Pencabut Nyawa, menimbulkan rasa sakit bukan main. Sadarlah Raja Pembual kalau senjata itu mengandung racun mematikan. Raja Pembual menotok jalan darah dekat luka untuk menghindari penyebaran racun lebih cepat lagi.
"Sekali lagi kau tidak akan lolos dari kematian, Raja Pembual!" teriak Ibhs Wajah Sebelah.
Sret!
"Hiyaaa...!" Dengan tombak pendek berbentuk pipih dan bermata tiga di tangannya, Iblis Wajah Sebelah menerjang ke depan sambil menyodokkan tombak di tangannya. Gerakannya sangat cepat dan sulit diduga.
Bet!
"Yeaaah...!"
Walaupun dalam keadaan terluka. Raja Pembual masih mampu menahan serangan Iblis Wajah Sebelah. Tongkat di tangannya didorong ke depan untuk menyambut kedatangan tombak yang mikian cepat.
Trak!
"Hap...!"
Tongkat di tangan Baskara alias Raja Pembual terjepit di tengah-tengah mata tombak yang bercabang tiga milik Iblis Wajah Sebelah. Raja Pembual berusaha menarik lepas tongkatnya yang terjepit, namun sangat sulit dilakukan. Dengan geram Baskara mengerahkan tenaga dalamnya. Tapi celaka! Tenaga dalam yang dimiliki tidak dapat bekerja sebagaimana yang diinginkannya. Sementara pada saat yang sama, Hantu Pencabut Nyawa telah menyerang kembali sambil mengibaskan pedang pendek berwarna merah di tangan.
"Hiyaaa...!"
Bet! Slap!
Dengan terpaksa, Raja Pembual melepaskan tongkatnya. Kemudian tubuhnya dibanting ke tanah sambil melepaskan satu tendangan telak kebawah perut Hantu Pencabut Nyawa.
Buk!
"Hugkh...!" Hantu Pencabut Nyawa merasa bagian bawah perutnya seperti remuk. Napasnya tiba-tiba terasa sesak. Tubuhnya bergetar hebat, walaupun tidak sampai terpelanting.

***

152. Pendekar Rajawali Sakti : Istana Goa DarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang