trauma danau

164 110 13
                                    

Terdengar suara high heels Mama dan parfum yang biasa kuhirup di pagi hari dari lorong UKS. Mama datang dengan tergesa-gesa, nafasnya sesak, tidak beratur.

"Siapa yang ditunjuk menjadi penanggung jawab, sih?!" bentak Mama dengan wajah yang memerah. Guru pengawas mundur serentak, jantungnya hampir copot.

"Bu Pelukis, tadi terjadi terlalu mendadak. Saya ga sempat menghentikan-," guru pengawas mencoba menjelaskan, namun malah dibalas dengan tamparan Mama.

"Kamu sudah gila, ya? Dia itu anakku, anakku!".

"Maafkan saya.."

Guru pengawas menemukanku sedang berdiri di ambang jendela. Tentu saja aku tidak sendiri, 2 roh kembar itu menemaniku. Aku berdiri di antara mereka dan mereka menggenggam tanganku lalu kita melompat. Aku seperti terhipnotis oleh mereka, akal pikiranku sepertinya sudah sirna. Alhasil, kakiku patah.

Mimpi buruk yang kukira sudah berakhir dari lama ternyata datang lagi.

♬♩♪♩

Throwback - 10 tahun yang lalu

Setiap hari, aku dan Kakak menggambar bersama dibawah pohon oak yang lebat sambil memakan buah apel hijau.

"Kakak lagi ngeliatin apa sampai kayak gitu?" tanyaku. Kakak yang daritadi menatap batang pohon plum bertanya, "Kamu emang gabisa liat?".

"Liat apa?".

"Kalau dijelasin, agak susah".

Aku membalikkan tubuhku dari posisi tengkurap lalu menatap kertas A4 yang kosong, "Digambar aja, Kak,". Kakak mengangguk lalu mulai mengisi kertas itu dengan ratusan goresan pensil.

"Fazra, udah selesai nih," kata Kakak. Aku menghampiri Kakak dan mengambil kertas itu. Namun yang kulihat hanyalah badan tanpa muka dengan rambut yang panjang dengan seutas tali yang menjerat lehernya. "Kakak sebenernya ngeliat apa?"

Sejak hari itu, Kakak mulai menggambar apa yang dia lihat. Setiap malam, dia selalu berbicara sendirian dan menangis. "Maaf, aku benar-benar minta maaf, ini semua salahku, jangan marah," bisik Kakak pada cermin yang tergantung di sebelah tempat tidurnya. Lama kelamaan, aku takut Kakak berubah menjadi orang lain.

"Nggak bisa, ohok na..fa..s! Tolon..hk! Ohok..ukh," Kakak memegangi lehernya dan mukanya mulai membiru. Dan saat itu juga, aku berpikir, apakah gambaran Kakak adalah penyebab Kakak sakit? Tapi aku yang masih kecil tidak tahu apa-apa.

Di rumah sakit, Kakak terbaring lemas

"Kakak, maaf ya. Seandainya waktu itu aku gak minta Kakak untuk menggambar, mungkin Kakak gak harus menderita kayak gini," kataku.

"Mungkin aku akan pergi, tapi jiwaku akan tinggal. Mungkin aku tidak kembali, tapi hatiku akan tetap singgah disini," kata Kakak sambil menunjuk jantungku. Saat aku mengedipkan mata, aku melihat sosok yang dimaksud Kakak, ya, aku bisa melihat hantu. Kakak tersenyum dan berkata, "Jadilah lebih kuat, ini adalah tantangan baru".

Setelah matahari terbit berikutnya, Kakak ditemukan tidak bernyawa di danau dekat rumah sakit, lalu aku melihatnya dari lukisan Kakak. Saat aku menemukan lukisan hantu di danau, tidak salah lagi, Kakak meninggal karena terlibat dengan makhluk dalam gambar.

♬♩♪♩

"Karena saat itu masih kecil, Mama gabisa nge lindungin Kakak, tapi Mama janji Mama bakal ngejaga kamu selamanya," kata Mama di ruang UKS. Butiran air mata yang ditahan Mama akhirnya keluar, membanjiri kasur dengan memori pahit dan penuh duka.

♬♩♪♩

Sesampainya di rumah, Mama mengeksekusi semua peralatan melukis

"Semuanya sudah disingkirkan, kan?".

"Sudah Bu Pelukis, saya sudah periksa berkali-kali".

"Oke".

"Jangan khawatir, Mama bakal terus jaga kamu," ucap Mama sambil membelaiku yang terjebak di kursi roda. Aku hanya bisa tertunduk dan tersenyum.

♬♩♪♩

Kejadian itu dimulai pada malam itu

"Mama!" seruku. Mama langsung mendobrak pintuku dan kaget karena tanganku dipenuhi darah. Sesosok arwah menyentuh tanganku namun rasanya seperti dihujani 100 silet, sakit dan perih.

"Mama, ini benar-benar menyeramkan," Aku menangis sesegukan.

"Mama bakal jaga kamu, gapapa," Mama memelukku, rasanya hangat, nyaman.

Kamu lakuin aja apa kata Mama, semua bakal baik-baik aja.

Mama mengambil kain lalu menutup mataku, berharap aku tidak melihat 'mereka' lagi.

LukisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang