Bab 3

0 0 0
                                    

"gimana dit PDKTnya?"

"lancar" ujar pria bersetelan jas tersebut sambil mengoleskan nutella pada sepotong roti tawar.

"walaupun judulnya di jodohin, mamah mau kalian kenalan dulu.. Yaaah siapa tau cocok kan"

Pria tersebut hanya bergumam kecil tak tertarik,

"lagian emil juga anaknya baik kok, cantik lagi. Gak kalah lah sama yg dulu. Tapi yang terpenting dia dari keluarga yang baik-baik"

"maaah, please... Gausah dibanding-bandingin" masih pagi ada saja orang yang membuat moodnya hancur

"mama cuma pengen buka pikiran kamu itu loh.."

"adit kenal dia dengan baik, dia gak seburuk apa yg mamah tuduhin"

"terus selama ini kamu fikir mamah cuma nebak-nebak?!"

"kamu itu udah buta kali, diapain si kmu sama dia dit?!"

mirna yang mulai gemas dengan sifat putranya tak sengaja menghentakan teko yg baru saja ia tuangkan di gelas suaminya.

"sayaaang" tio selaku kepala keluarga menengahkan

"lagian dia itu loh paaah... Gak ngertilah mama sama pikirannya"

"udah-udah masih pagi.. Papah pingen sarapan ini"

"adit berangkat duluan deh"

Adit menyesap kopinya dan beranjak dari meja makan, hilang sudah selera makannya pagi ini. Iapun meraih tas kerja dan kunci mobil berjalan cepat sampai punggung itu menghilang dari balik pintu

"kamu siiih.."

"looh kok mamah si pah"

***

"bengong mulu lu, kayak pernah pacaran aja ujan-ujan inget mantan"

Kerkekeh pria tampan bersetelan kemeja putih itu duduk diatas meja yg kini menjadi tumpuan emil bertopang dagu,

Emil hanya menatapnya tanpa minat lalu menghela nafas dan kembali membuang pandangan keluar jendela.

Saat ini memasuki bulan oktober, dimana cuaca tidak dapat di prediksi, awalnya cerah tiba-tiba hujan lebat. Kebetulan guru  biologi sedang absen masuk, murid kelas 12 IPA 2 hanya ditugaskan mengisi soal di buku paket lalu di kumpulkan.

"ngelamuuun mulu, kesambet luu..."
Hana yang barusaja kembali dari kantin membawa sekantong keresek jajanan dan menggeser tubuhnya duduk disebelah emil.

"punya gue mana?"

"eeh laper juga, gue kira kenyang ngeliatin aer ujan" membuka kantong kereseknya

"Nih cilok! Bodo ah pada rame semua males gue"

"lah gue mana han?" ujar aldo yg masih uncang-uncang kaki di meja emil

"apa sih lu?! Nitip gapake duit.! Gak ada!!"

"gua ganti han. Gapercaya bgt gue banyak duit"

"bct. Kemaren tijus lu blm bayar nyet"

"lu juga minum bab"

"au ah ngeselin! udah sono lu pergi dah ganggu pemandangan gua aja lu"

Aldo beranjak sambil mencibir hana kayaknya kekantin juga, hana sudah tidak percaya lg dengannya

"lu kenapa si mil. Pelanga pelongo dah kayak ayam mau mati besok tau ga"

"lu doain gue mati?!"

"lagian lu kayak orang idup segan mati tak mau.. Lemeees bgt"

"duh pusing pala gue. Udah kek mau rontok semua ni rambut"

"botak dong lu" Hana malah terkekeh sambil ngunyah cilok

"B C T banget si haaan"

"kenapa-kenapa sini curhat sama mamah"

Hana menepuk-nepuk pundaknya mengisyaratkan agar emil bersender disana, ia tau seharian ini ada yg tidak beres pada mood temannya itu meskipun emil emang kelakuannya gak beres tapi kali ini berbeda..

****
Hana ikut terdiam, ia juga bingung harus memberi saran apa. Disatu sisi ia prihatin dengan emil yang nanti akan menyandang status janda di usia muda disisi lain emil punya kesempatan besar akan mimpinya dimasa depan.

"nikah itu janji suci yang langsung sama tuhan mil.. Bukan buat main-main, lo mesti pikirin ini baik-baik"
.
.
.
.
.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let's (not) Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang