"Tiiiiin tiiin" suara klakson menggema di telingaku, Itu bagaikan alarm pagi untuku, hidupku tidak seberuntung anak anak di usiaku. Aku harus bersinggah dipinggir jalan dekat masjid untuk istirahat setiap harinya. Tempat ini sudah kuanggap rumah, hanya ada selembar tikar disini dan jam analog yang sudah sangat lusuh. Bahkan tempat ku ini tidak ada atap yang bisa melindungiku. Setiap malam aku hanya bisa melindungi tubuhku dengan sehelai selimut yang sudah usang dari ganasnya angin malam yang dingin.
Jam analog lusuh yang ada disebelahku menujukan jam setengah lima, aku pun bergegas ke Masjid untuk melaksanakan shalat shubuh. Biasanya setelah shalat aku berdiam di masjid untuk beberapa saat, terkadang mengaji, atau berdzikir. Dengan itu aku merasa lebih dekat dengan orang tuaku yang belum pernah aku temui sekalipun.
Cinta, nama yang bagus. Entah siapa yang memberi nama itu padaku. Aku percaya bukan orang tuaku yang memberi nama itu. Rumor katanya dulu aku ditemukan di tempat sampah dekat panti asuhan. Aku diletakkan dalam kardus tanpa ada pesan apapun dari kedua orang tua ku. Entah apa yang dipikirkan orang tuaku saat itu, yang pasti aku benci akan perbuatan itu.
***
Hidupku sehari hari tidak ada yang spesial. Aku setiap hari hanya berkeliling kota sambil membawa ukulele yang sudah tidak berbentuk. Untuk apa? Yang pasti untuk mencari uang. Aku memiliki banyak profesi, aku adalah musisi, terkadang hari aku pedagang, jika sedang beruntung, terkadang aku di beri perkejaan untuk membagikan flyer sebuah perusahaan. Walaupun uang yang kudapatkan tidak seberapa, yang pasti cukup untuk makan 2 kali sehari di warteg langgananku.
Jika sekiranya sudah puas dengan pendapatanku. Waktunya menjalankan hobi ku apa itu? MEMBACA! Aku pasti ke toko buku, hanya untuk membaca... perbuatan yang tidak baik. Dulu aku sering diusir dari toko buku. Tapi sekarang aku sudah punya tempat untuk membaca buku sesuka hatiku. Beberapa waktu ini aku menemukan toko buku yang membolehkanku untuk membaca buku disitu. Pemiliknya adalah kakek tua yang sudah sepuh.
Nama kakek itu adalah kakek Kino. Beliau sangat baik. Buku buku yang ada di tokonya juga merupakan buku yang sudah lusuh dan antik. Tetapi dari situlah aku mulai meningkatkan kemampuan Bahasa Indonesia. Jika ada kesempatan aku ingin sekali berprofesi menjadi penulis... semoga cita cita ku suatu hari nanti bisa tercapai
Pagi ini aku beruntung. Aku dapat pekerjaan untuk menempelkan flyer disekitaran kota. Kulihat, ternyata itu adalah sebuah flyer sekolah gratis yang diselenggarakan pemerintah. Salah satu kriteria nya adalah harus bisa membaca. Aku kan bisa membaca... tanpa ragu aku langsung menyelesaikan tugasku lalu meminta upahku ke orang yang memberi pekerjaan itu pada ku lalu langsung bergegas ke tempat pendaftaran. Disana ternyata banyak yang ingin mendaftar.
"cepat sekali, perasaan baru saja kutempel" batinku
Akibat terlalu banyak yang mendaftar, akhirnya panitia memutuskan untuk mengadakan seleksi tes masuk, kami semua diminta untuk datang lagi besoknya, panitia memberikan kami nomor urut untuk tes besok. Sepertinya besok aku tidak akan ada pemasukan, karena aku harus fokus mendapatkan kursi disekolah itu. Walaupun aku yakin tes seleksi nya tidak akan susah, tapi aku harus bisa masuk ke sekolah ini. Ini adalah satu satunya cara untukku mengejar mimpiku menjadi penulis. Aku ingin sekali merasakan kehidupan sekolah.
Besoknya, aku datang pukul 8 pagi, hanya ada aku dan satu orang lainnya, akhirnya kami pun dites bersama,kami orang pertama yang di tes. Ketika masuk ke ruang seleksi, kami mengenalkan diri kita masing masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta
أدب المراهقينHidup memang banyak halangan, seperti roller coaster. Pasti akan ada orang yang datang untuk melukai dan pergi tanpa meminta maaf.