🍁🍁🍁
"Ahh ..." Oliv meringis. Tubuhnya meminta pertolongan namun tatapannya, menyorot kebencian.
Gadis berambut pirang itu menatap Dave yang kini terengah-engah sembari memegangi cambuk di tangan. Oliv yakin, lelaki berahang tegas itu terengah bukanlah karena lelah. Melainkan ... menahan amarah.
Terlihat beberapa sayatan panjang, lebam kebiruan hingga darah menetes dari sudut bibir Oliv. Gadis itu, benar-benar dibuat babak belur.
"Kau tahu?" Oliv memaksa berdiri,
"Aku lebih memilih mati menggenaskan saat itu juga ditimbang diselamatkan olehmu, monster."
Mendengar itu, senyuman sinis terlukis pada wajah rupawan Dave. Mata hitamnya mulai berputar, berganti menjadi merah pekat.
"Kau tak tahu diuntung, Oliv." Dave menjawab datar.
Oliv terkekeh kecil seraya mengelap kasar darah di sudut bibir. Kemudian, menatap Levi remeh, "Ingin sebuah alasan?"
Dengan terpincang-pincang Oliv berjalan mendekat, membuat keduanya saling bertubruk netra.
"Karena kau, Mon-ster men-ji-jik-kan," cicit gadis berambut pirang itu sengaja menekankan setiap kata.
Dave tertawa kecil seolah menganggap apa yang dikatakan Oliv adalah sebuah lelucon. Namun setelahnya,
BUGH!
Sekali hentak Dave mendorong Oliv hingga terpojok pada dinding. Mendengar suara remuknya tulang, Oliv yakin bahwa punggungnya mungkin kini sudah tak berbentuk. Dave mendorongnya secepat kilat, bahkan saking cepatnya mampu membuat darah segar terbatuk dari mulutnya
"Uhuk-uhuk! Hoshh ... hosshh ..." Deru napas Oliv terdengar jelas, air matanya turun tanpa dititah. Mungkin, rasa ngilu pada punggungnya memberi respon pada air matanya untuk keluar.
"Ulang apa yang baru saja kau katakan, pelac*r," titah Dave, mencekik leher Oliv dengan satu tangan namun mampu membuat gadis itu melayang.
Napas Oliv tercekat, oksigen sudah tidak terasa kembali. Kakinya meronta-ronta dengan mulut terbuka lebar mencoba meraup udara sebisa mungkin. Walau kini nyawanya tengah diambang kematian, Oliv tidak menunjukkan raut menyesal atau meminta bantuan.
"K-kau ... egh-hanya ... m-mon--ster ..." lirih Oliv sebisa mungkin.
Dave mengeratkan cekikkannya, berupaya membuat Oliv tunduk dan memohon pengampunan. Tapi melihat raut wajah Oliv yang tersiksa dengan mata yang mulai terpejam membuat Dave mendecih pelan.
BRAK!!
Dave melempar tubuh Oliv asal. Suara pertubrukkan tubuh sang gadis dengan barang sekitar terdengar keras.
Oliv mencoba mengatur napasnya, menarik napas panjang-panjang. Dadanya terasa sangat sesak. Sekali lagi, dia batuk darah. Darahnya menetes melewati dagu hingga terjatuh pada lantai.
Sedangkan Dave tidak peduli, lelaki itu menghilang cepat dengan kekuatan telepati-nya. Tetapi sebelum itu, kata-katanya terus terngiang pada gendang telinga Oliv.
"Sadari tempatmu, j*lang. Aku bisa saja membunuhmu saat ini jika bukan karena kegunaanmu di atas ranjang," ucap Dave dingin.
Satu kalimat yang mampu membuat harga dirinya sebagai wanita benar-benar pupus. Namun Oliv hanya mampu tersenyum sinis, karena bagaimana pun---
Dia berhadapan dengan seorang monster.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire's
Vampire15+ [Fantasi Story] Dave menyorot tajam. Mencengkram kuat rahang Oliv dengan tangan dinginnya. Mata merah pekatnya berputar menjadi emas terang dengan pupil mata teduh yang semakin melebar. Sedangkan Oliv yang melihat itu, memejamkan matanya ketaku...