Vira memperhatikan Bryan yang kini kebagian untuk maju di depan menceritakan tentang orang tuanya dan itu semua berlaku untuk seisi kelas.
"Selamat pagi bu guru, selamat pagi teman-teman."
Vira tersenyum ketika Bryan membungkuk memberi hormat padanya dan seisi kelas.
"Selamat pagi nak." Balas Vira, lalu di ikuti oleh seisi kelas.
"Selamat pagi."Bryan tersenyum kemudian mulai bercerita dengan wajah riangnya.
"Nama daddy-nya Bryan, Ifrandesti August." Ucap Bryan memperkenalkan nama ayahnya.
"Daddy itu super sibuk tapi daddy selalu pulang tepat waktu buat main sama Bryan dan kak Al. Tiap pagi kalau Bryan bangun, daddy pasti udah berangkat kerja. Tapi pagi ini nggak, daddy pagi ini antar Bryan ke sekolah."Semua di kelas tampak antusias mendengar cerita murid tercerdas di kelas. Tak terkecuali Vira. Wanita itu penasaran ingin mendengar cerita Bryan tentang ibu.
"Kata mbak Sesil, daddy pergi keliling dunia. Daddy sering bawain mainan buat Bryan dan kak Al. Superman, lego, super Mario dan miniatur pesawat yang besar banget, seperti ini."
Bryan memperagakan sebesar apa miniatur pesawat yang dibelikan ayahnya dengan lucu hingga membuat semua murid disana melongo.
"Bryan boleh kita lihat pecawatnya?" Tanya salah satu teman sekelas Bryan bernama Gino.
Bryan tersenyum bersemangat. "Boleh, besok Gino datang aja ke rumah Bryan."
Gino mengangguk mengiyakan. Ia sudah sangat sering bermain di rumah Bryan namun ia baru tahu ternyata Bryan memiliki miniatur pesawat.
Bryan kembali bercerita pada teman-temannya. "Setiap liburan Bryan selalu pulang ke Forks atau Jerman, ke rumah daddy. Waktu itu salju turun. Dingin. Terus daddy buatin Bryan snowman."
"Apa Forks enak?"
Tanya salah satu murid perempuan yang ikut mendengarkan."Forks itu di Indonesia bagian mana?"
Tanya teman Bryan yang lain."Forks itu di Amerika." Jawab Bryan.
"Di tempatnya penguin Madagascar?"
Bryan tampak berpikir sejenak, ia mengernyitkan dahinya.
"Bryan gak tahu. Nanti Bryan tanyakan ke daddy ya.""Papa Bryan bule?"
Bryan mengangguk mengiyakan.
"Iya daddy Bryan bule.""Milip Justin Biebel?"
Bryan menggelengkan kepalanya. "Bukan, daddy mirip Sehun hyung."
Seisi kelas kembali melongo mendengar ucapan Bryan.
Vira yang asyik mendengarkan cerita Bryan, kini tertawa geli. Ada-ada saja si kecil menggemaskan ini. Tapi memang benar. Vira tak membantah kalau ayah dari si kecil memang mirip dengan idolanya."Sehun hyung Siapa?"
"Bryan, mama Bryan kok gak pernah di ceritain?"
"Sehun hyung, artis Korea. Terus kalau mami Bryan, kata daddy mami udah ada di Surga." Jawab Bryan dengan wajah lesu.
Vira terenyuh mendengar jawaban Bryan. Jadi, ibu Bryan sudah meninggal?
Entah mendapat dorongan dari mana, Vira menghampiri Bryan lalu mengelus puncak kepala Bryan dan berjongkok dihadapan Bryan. Naluri keibuannya bekerja.
"Cerita Bryan cukup sampai disini ya nak. Ceritanya bagus banget. Bu guru suka. Teman-teman ayo tepuk tangan buat Bryan."
Suara riuh tepuk tangan terdengar memenuhi seisi kelas.
Vira mengantar Bryan untuk duduk dibangku si bocah tampan. Ia sedikit khawatir karena Bryan yang awalnya ceria kini masih lesu akibat mendapat pertanyaan prihal ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Daddy (Rryra)
Teen FictionBagaimana jadinya jika menjadi seorang ayah di umur 16 tahun? Itulah yang di rasakan oleh Ifrandesti August. Ia mengasuh putranya sendirian hingga suatu hari ia bertemu dengan gadis bernama Vira.