Ibunyasegera dilarikan ke rumah sakit. Rina sangatlah risau akan kondisi ibunya. Tetapi,takdir berkata lain. Ibunya dinyatakan telah wafat hanya 15 menit setelahdimasukkan ke IGD. Hati Rina semakin hancur. Sekarang, ia tak memiliki siapa –siapa. Kenangannya dengan keluarganya pun tidak banyak. Rina pun teringat bahwaia memiliki sebuah boneka dari ibunya semasa ia kecil. Yah, mungkin itulah satu– satunya kenangan yang tersisa dari ibunya.
KontrakanRina direbut kembali oleh sang pemilik tanah, dan Rina pun dibawa ke pantiasuhan. Ia sangat berharap bahwa ia bisa memiliki teman baru. Belum juga limamenit menginjakkan kaki ke panti asuhan, sudah terdengar bisikan dan tawaananak – anak di panti terhadap Rina.
"Lihattuh, lusuh banget."
"Iya, orang kayak dia gausah ditemenin dah."
Rasanya ia ingin menghilang saja dari dunia ini. Meskipun panti dipenuhi anak – anak yang usil dan membencinya, tetap ada seorang penjaga panti bernama Bu Ros yang tetap perhatian kepada Rina.
Padasuatu malam saat semua anak panti telah tertidur lelap, terdengar suara langkahkaki pelan mengendap – endap. Suaranya semakin dekat dan tiba – tiba berhenti.Rina yang awalnya hanya melamun tidak bisa tertidur mulai berdegup hatinya. Iasangatlah takut sampai tidak bisa bergerak. Ia pun memutuskan untuk menutupidirinya di dalam selimut. Rina berharap agar langkah kaki tersebut berhenti.Benar sesuai harapan Rina, suasana pun kembali sunyi.
Alangkah Rina tau, bahwa sebenarnya langkah kaki tersebut bukannya pergi, tetapi berada tepat disampingnya. "Jleb". Ingin sekali Rina berteriak karena ia tahu jelas bahwa suara tersebut adalah suara orang menusuk dengan pisau.
Tetapi,apa dayanya. Ia harus menunggu setelah orang tersebut pergi. Setelah memastikanbahwa keadaan sudah aman, dirinya akhirnya dengan sigap mengecek. Tidakdisangka – sangka, bukan satu, dua, maupun tiga, tetapi enam anak panti telahberbaring tak bernyawa akibat pendarahan yang terlalu lama. Rina terheran –heran. Jelas – jelas tadi ia sempat bergerak sedikit, tetapi mengapa yangdibunuh bukanlah dirinya.
Keesokan harinya, panti pun dikosongkan dan semua orang didalamnya diungsikan sementara sampai polisi selesai menginvestigasi tempat pembunuhan massal tersebut. Akibat kurangnya bukti, polisi pun menutup kasus ini. Trauma yang dialami Rina dan teman – temannya yang tersisa sangatlah mendalam dan tidak bisa diungkapkan dengan kata – kata. Alhasil, banyak dari mereka yang patah semangat untuk melanjutkan hidup.
Berbeda dengan yang lainnya, Rina justru mencoba menghibur teman – temannya. Anehnya, semua yang meninggal adalah mereka yang mengolok – olok Rina. Ia pun berpikir bahwa semua hal ini hanyalah kebetulan. Dua minggu berlalu, mereka pun bisa kembali ke panti asuhan yang kini telah direnovasi agar ingatan – ingatan tentang masa lalu bisa dilewati.
Beberapa bulan kemudian, tibalah harinya dimana Rina harus berpamit kepada teman – temannya di panti asuhan. Rina telah diadopsi oleh Ibu Gina dan Pak Mulyo. Saat mendengar berita tersebut, Rina cukup senang karena ia setidaknya akan memiliki keluarga baru yang ia harapkan akan lebih baik. Di lain hati, ia juga sedih karena harus meninggalkan teman – temannya dan Bu Ros. Dengan bijak, Bu Ros pun berkata kepada Rina bahwa inilah keputusan yang terbaik.
![](https://img.wattpad.com/cover/244305406-288-k656228.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemberian
TerrorMelihat orang lain bahagia dengan keluarganya, Rina hanya bisa memalsukan senyum yang ia pasang di wajahnya. Ia juga ingin merasakan kehangatan dalam keluarga. Tapi, apa boleh buat?