1. Harsa Renjana

20 5 0
                                    


Rintik hujan tak kunjung berhenti, membuat Renjana semakin ingin berlama - lama di dalam cafe yang sudah menjadi tempat favorit nya selama beberapa bulan terakhir ini.

Tempat baru di depan kampus yang membuatnya nyaman untuk mencurahkan perasaan lewat tulisan.

Selamat senja, buku usang

Rasanya sendu,
memperhatikan beribu air yang jatuh ke tanah
mungkin rasanya sakit.
ah sudah, ini bukan tempat untuk merindu.

Bagaimana kabar dunia hari ini?,
Aku baik. Masih mencari cara untuk melihat
ramainya bangku mahasiswa yang katanya banyak cerita,

Jangan sedih ya dunia, aku akan tetap berdo'a untuk bahagia mu.

Renjana, menutup diary yang hari ini diisi tentang ke khawatirannya pada dunia. Aneh memang mengkhawatirkan dunia daripada diri sendiri yang masih sering menyendiri memikirkan cara berlari dari kosongnya kisah hidup.

Bunyi lonceng mengalihkan perhatian gadis itu, melirik sekilas kepada seorang pemuda yang dia tebak satu kampus dengannya, hanya melihat dari almamater yang tersampir di pinggir tas nya. Lantas Renjanna kembali larut memperhatikan rintik hujan yang semakin deras. Sepertinya dia akan disini sampai malam.

"Permisi, boleh ikut duduk?"

Renjana cukup terkejut, merasa ditarik kembali dari lamunannya tentang hujan. Mendengar suara yang cukup sopan namun dingin masuk ke indra pendengarannya.

Bukannya langsung menjawab, Renjana memilih untuk melirik sekitar. Benar, tempat ini sudah penuh digunakan orang - orang untuk berteduh sekalian berbincang.

"Boleh" jawab Renjana singkat, dan langsung kembali menatap hujan yang meminta untuk diperhatikan.


Adzan Isya berkumandang saat Renjana membuka pagar kost nya, hijab yang sedikit basah karna terkena tetesan air hujan cukup membuat kepalanya terasa pusing sedikit.

"Kata Ibu, kalo abis kehujanan harus langsung mandi" gumam Renjana yang langsung lari menuju tangga ke arah kamarnya di lantai dua.

"Jana, baru pulang ?"

"Iya Kak"

"Mau nitip beli makan ?, Aku sekalian mau ke depan"

Jana menggeleng, sedikit senyum dipajang menambah kesan tenang bagi setiap atma yang melihatnya.

"Selamat istirahat, Jana" Ucap lelaki yang digadang - gadang dekat dengan Jana, Baskara namanya. Yang hanya Jana balas dengan acungan jempol, lalu pergi masuk ke kamar untuk membersihkan badan.

Renjana kadang sulit mengerti dengan orang yang gampang membuat kesimpulan, tanpa bukti. Membicarakan kedekatan orang lain dan membuat asumsi jika dua orang lawan jenis yang lumayan sering berbicara pasti memiliki hubungan khusus.

Berbicara tentang kedekatan, siapa bilang Jana merasa dekat dengan Baskara?. Rasanya biasa saja jika teman satu kost menitipkan sesuatu untuk dibawakan dan disimpan di depan pintu kamarnya.

Saat itu Baskara sedang terburu - buru untuk praktik, dan kebetulan Renjana lewat dihadapannya. Salahkan Nilam, salah satu teman Jana yang mengira jika mereka berdua mempunyai hubungan khusus.

Butuh waktu kurang dari satu jam untuk Renjana membereskan semua hal saat pulang dari penatnya hidup. Melihat ponsel yang menampilkan beberapa panggilan tak terjawab dari ibu, tak membuat Jana mengambil waktu berpikir untuk menelfon balik. Lagipula hari ini dia belum memberi kabar kepada Ibu dan Ayahnya.

kumila asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang