04. RUMAH SAKIT

60 23 0
                                    

HAPPY READING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


HAPPY READING

04. RUMAH SAKIT

Jaemin menoleh ke sumber suara tersebut. Matanya terlihat seolah-olah tak percaya dengan apa yang ia lihat. Pria itu tampak lebih tua dari Jaemin.

"Kak Mark?"

Mark mendekati Jaemin. "Apa yang terjadi dengan Haechan?"

"Aku tidak tahu, aku takut untuk berbicara," jawab Jaemin.

Mark tersenyum di depan muka Jaemin. "Tidak perlu takut."

"Tadi ada mobil yang menabrak Haechan. Aku tidak tahu betul siapa yang di dalam mobil. Aku panik dan segera menyuruh Jeno untuk mengantarnya ke rumah sakit, dan sekarang..." Jaemin berhenti berbicara.

Jeno mendorong Jaemin dengan keras. "Seandainya kamu tidak setuju dengannya. Ini tidak akan terjadi bodoh!"

"Diam, Jeno." Mark membantu Jaemin untuk berdiri.

"Maaf," ujar Jaemin lirih.

Air matanya tak dapat ia tahan. Pertahanan Jaemin sudah tidak kuat. Jaemin berlari keluar dari zona rumah sakit. Sedih, hancur, dan pilu bercampur menjadi satu.

━━━ • • ✦ • • ━━━

Haechan tersenyum di kasur rumah sakit itu. "Kak Mark, kapan kakak pulang?"

"Tadi kakak mengantar nenek berobat. Lalu kakak melihat Jaemin dan Jeno bertengkar," jelas Mark.

"Mereka bertengkar? Ada apa?"

Mark hanya mengangkat kedua pundaknya. "Aku tidak tahu persis, yang aku tahu hanyalah. Jeno dan Jaemin bertengkar karena kecelakaan tadi."

"Oh, ayolah. Ini bukan masalah besar, seandainya aku hati-hati tadi. Ini seharusnya tidak akan terjadi." Haechan merubah posisinya.

"Jangan beranjak dari ranjang, Haechan. Kamu perlu beristirahat sejenak," ujar Mark.

Haechan kembali merebahkan tubuhnya. "Aku ingin pulang, kapan aku pulang?"

"Entahlah, tunggu saja. Aku lelah sekali."

Haechan tidak menggubris perkataan Mark. Ia terdiam sejenak, tenggelam dalam pikirannya. Entah apa yang terjadi dengannya tadi. Haechan benar-benar telah lupa apa yang terjadi tadi.

Suara itu masih terdengar jelas di telinganya. Suara tertawa, suara aneh dalam mobil itu.

"Kak?"

"Apa?"

Haechan memasang wajah serius. "Suara, ada suara tertawa di dalam mobilnya."

Mark menaikkan satu alisnya. "Suara? Maksud mu ada yang sengaja?"

"Entah, aku tidak tahu hal yang sebenarnya. Namun, aku mendengar suara tertawa di dalam mobil itu," jelas Haechan.

"Kamu melihat wajah orang itu?" tanya Mark.

Haechan menggeleng pelan. "Aku tidak melihatnya."

"Hubungi Jaemin dan Jeno sekarang!" perintah Mark.

Dalam dua puluh menit, Jaemin dan Jeno tiba di rumah sakit. Tidak ada yang berani memandangi satu sama lain.

"Maaf, Haechan." Jaemin tertunduk.

Haechan menggelengkan kepalanya. "Ini bukan salahmu, yang aku tahu adalah kesengajaan."

"Maksudmu itu disengaja?" tanya Jeno.

"Aku mendengar suaranya. Suara tawa dari dalam mobil yang menabrakku," jelas Haechan.

Jaemin menatap Haechan. "Itu aneh, aku yakin jalan itu sepi. Namun, dari mana asal mobil tersebut datang."

Mark menaruh minumannya. "Aku yakin ini direncanakan sejak awal."

"Namun, tidak ada clue atau hal yang sekiranya membantu kita untuk menemukan pelaku," timpal Jeno.

"Jika tidak ada bukti, kita bisa membuat bukti. Namun jika tidak ada clue, kita harus mencarinya."

"Haechan, apakah ada hal aneh yang kamu lihat?" tanya Jaemin.

"Selain suara, aku hanya melihat logo besi dibelakang mobil. Logo itu berbentuk bunga sakura," jelas Haechan.

Mark mengacak-acak rambutnya kasar. "Apa cuma itu saja?"

"Entahlah, aku lupa apa yang terjadi tadi." Haechan kembali memasang wajah cemberutnya.

Suasana menjadi hening, seolah-olah ruangan kosong. Semua kembali terjun dipikirannya masing-masing.

"Dia, seorang laki-laki."

TO BE CONTINUE

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OVER ONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang