03. KECELAKAAN

111 28 16
                                    

HAPPY READING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING

03. KECELAKAAN

Jeno berdiri ditengah taman, ia menunggu kehadiran mereka. Haechan sudah menuju taman, tetapi Jaemin tidak di hubungi. Berkali Jeno menghubunginya dan hasilnya sangat nihil.

"Jeno? Dimana Jaemin?" tanya Haechan yang baru datang.

Jeno memasukkan handphonenya ke kantong celana. "Entah, aku sudah mencoba menghubunginya. Namun tidak ada jawaban darinya."

"Aneh, biasanya dia sangat awal."

"Bagaimana kalau kita kerumahnya?" tanya Jeno.

Haechan mengembangkan senyumnya. "Baiklah, ayo!"

Jeno dan Haechan berjalan menuju rumah Jaemin. Sekitar dua puluh menit mereka berjalan. Rumah Jaemin sudah terlihat di depan mata.

"Oh, bukankah itu Jaemin?" tanya Haechan sambil menunjuk seorang pria yang memegangi lengannya.

Jeno bergegas menghampirinya. "Apa yang terjadi? Mengapa ada darah di lenganmu?"

"Tolong berhenti, ini bukanlah luka parah." Jaemin membuka pintu rumahnya.

Haechan langsung mengambil peralatan untuk luka Jaemin. "Mau itu parah atau tidak, pasti harus segera diobati."

Haechan membersihkan luka hasil goresan itu. Kemudian ia membalutnya dengan kapas yang sudah diberikan obat.

"Bisa kau ceritakan sekarang?"

Jaemin memegangi balutan lukanya. "Ah, tidak ada yang perlu aku ceritakan. Aku hanya tergores karena tadi aku terjatuh."

"Maksudmu terjatuh di jalan raya? Terkena kendaraan?" tanya Jeno.

"Ah, tidak apa. Aku baik baik saja," ujar Jaemin.

Haechan menutup kotak obatnya itu. "Seharusnya kamu menghubungiku tadi, aku akan menjemputmu."

"Maaf, karena aku telah membuat rencana jalan-jalan kita gagal," ujar Jaemin.

Jeno menepuk pundak Jaemin pelan. "Itu bukan masalah, Jaemin. Kesehatanmu juga lebih penting daripada jalan-jalan."

"Bagaimana kalau kita pergi ke danau seperti waktu itu? Itu sangat dekat."

"Ayo, tidak masalah. Sudah lama sekali kita tidak berada di danau itu," timpal Jaemin.

Haechan berlari menyebrangi jalan tanpa melihat situasi. Tampak kendaraan yang berasal dari kanan Haechan melaju dengan cepat. Mobil itu menabrak Haechan hingga tubuhnya terlempar.

"HAECHAN!" teriak Jaemin dan Jeno bersamaan.

Pengendara mobil itu kabur tepat sebelum mereka tiba. Jaemin menutup luka yang mengeluarkan darah dengan bajunya.

"Jeno, nyalakan mobil sekarang! Cepat, kita harus ke rumah sakit!" perintah Jaemin dengan kepanikannya.

Jeno menyalakan mobil milik Jaemin dan segera keluar dari garasi. "Jaemin? Bisakah kamu menggendongnya?!"

"Tentu saja!" Jaemin menggendong tubuh Haechan dan menidurkannya di mobil.

"Jeno ayo cepat, kasihan Haechan!"

Jeno menginjak gas dan membiarkan mobil itu berjalan dengan cepat. Ia khawatir dengan sahabatnya itu. Rumah sakit sudah terlihat dari kejauhan, Jeno menambah kecepatannya.

Beberapa dokter langsung mengambil alih Haechan. Jaemin dan Jeno menyusul di belakangnya dengan panik.

"Jaemin, tenanglah. Haechan akan baik-baik saja," ujar Jeno.

"Ini salahku, seharusnya aku tidak menyetujuinya tadi." Tubuh Jaemin bergetar hebat.

"BAGUSLAH KALAU KAMU SADAR!"

Jaemin menatap Jeno dengan tatapan tak percaya. "KAU?! MENGAPA KAMU MENYALAHKAN AKU?!"

"JIKA KAMU TADI TIDAK TERJATUH! KITA AKAN ADA DI TAMAN, JAEMIN! TIDAK ADA YANG NAMANYA KECELAKAAN!" bentak Jeno.

Jaemin mendorong dada Jeno dengan keras. "LALU KAMU MENGAPA HANYA DIAM?! MENGAPA KAMU TIDAK MENCEGAHNYA?!"

"BERHENTI NA JAEMIN!"

Jaemin terdiam, begitu pula dengan Jeno. Keheningan menyelimuti keduanya. Dokter juga belum keluar dari ruangannya.

"Jeno, kamu benar. Ini adalah salahku," ujar Jaemin.

Jaemin menarik napasnya dalam-dalam. "Aku tidak pantas untuk menjadi teman Haechan, aku hanya membahayakan dia."

"Apa maksudmu?"

Jaemin melepas gelang pemberian Haechan. "Berikan gelang ini kepada Haechan, sampaikan juga permintaann maaf ku."

"APA MAKSUDMU, NA JAEMIN?!" Jeno berdiri dari kursi dan memasang wajah tegas.

Jaemin tersenyum. "Terima kasih banyak, sebuah hal istimewa bisa berteman dengan kalian."

"Jaemin...?" ujar pria di belakangnya dengan lirih.

TO BE CONTINUE

OVER ONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang