02. KEBERSAMAAN

135 38 8
                                    

HAPPY READING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING

02. KEBERSAMAAN


Terlihat dua orang remaja tengah bekerja di dapur. Wajah dan tubuh mereka penuh dengan noda dan juga adonan. Kondisi dapur itu sangat berantakan.

"Jeno, kecilkan suhunya. Itu nanti hangus, rasanya akan pahit," ujar Jaemin mengingatkan.

Jeno hanya menuruti perintah Jaemin, ia mengecilkan apinya. "Sudah."

"Dimana Haechan? Tumben sekali belum datang." Jaemin kebingungan karena sedari tadi Haechan belum sampai dirumahnya.

"Perlu aku telepon dia?" tanya Jeno menawarkan.

Jaemin menghentikan aktivitasnya sejenak. "Tunggu, aku akan mengecek diluar."

Jaemin berjalan menuju teras untuk melihat keberadaan Haechan. Sekitar kurang lebih sepuluh menit dirinya menunggu. Haechan pun menampakkan wajahnya.

"Kenapa kamu lama sekali?"

Haechan melepas jaketnya dan melemparnya ke sofa. "Aku mampir ke toko buah untuk membeli lemon."

"Wah, kebetulan sekali aku akan membuat lemon juice. Apakah kamu mau?" tawar Jaemin.

"Tentu saja, Na Jaemin."

Jaemin meraih kantong plastik yang dibawa oleh Haechan. Lemon itu tampak begitu segar dan masih baru.

"Akan aku buat sekarang, kamu ke belakang saja. Di sana ada Jeno," ujar Jaemin sambil berlari kecil untuk mencuci lemon tersebut.

Haechan meninggalkan Jaemin yang tengah menyuci buah. Pandangannya tertuju dengan sebuah bingkai foto yang terletak di meja.

"Ini siapa, Jaemin?" tanya Haechan.

Jaemin menoleh ke arahnya. "Oh, itu kakak ku. Dia sedang berkuliah di luar negeri."

"Jaemin ini sudah matang?!" teriak Jeno dari belakang.

"Tunggu aku akan kesana!"

Jaemin menghampiri Jeno di susul oleh Haechan. Aroma kue tercium begitu lezat. Jaemin segera mengeluarkan kue itu dari pemanggang.

"Ah, ini terlihat lezat," ujar Haechan kagum.

Jeno melepas celemeknya dan melipatnya. "Tentu saja, ini untuk kita. Maka kita harus membuat seenak mungkin."

"Hahaha, jika kamu tadi tidak mengecilkan suhunya mungkin hasilnya akan berbeda."

"Aduh, ayolah. Aku sudah tidak tahan," sela Haechan.

Jaemin menyiapkan minuman yang tadi ia buat dan membawanya ke atas. Dibelakangnya ada Jeno dan juga Harchan yang membawa kue beserta camilan.

"Setidaknya sudah empat bulan kita tidak berkumpul di sini," ujar Jeno.

Haechan meraih potongan roti didepannya. "Namun, kita selalu bertemu di tempat lain bukan?"

"Maksudku, kita sudah lama tidak berkumpul di ruangan ini," jelas Jeno.

"Oh, ahahaha. Maafkan saya."

"Itu bukan masalah, Haechan." Jeno menepuk pundak Haechan seperti remaja pada umumnya.

Jaemin menaruh gelas dan juga teko kaca berisi air lemon yang tampak segar. Sedangkan botol disebelahnya adalah jus lemon yang ia buat.

"Apakah kalian ingin minum?"

Jeno menyodorkan gelasnya. "Tentu saja, aku selalu menunggu jus lemon buatan mu."

"Betul, itu sangat manis sekali. Buatkan aku satu liter, Jaemin," sahut Haechan menimpali.

"Itu terlalu banyak, lebih baik untukku saja."

"Ah, kamu pasti iri kan."

"Sudah sudah, ayo menikmati kue dan juga jus lemon," ujar Jaemin menenangkan mereka.

Jeno meminum jus lemonnya dengan pelan. "Rasanya baru kemarin kita kenalan, secepat itu, ya."

"Aku juga tidak menyangka, ini sudah sangat lama." Haechan menimpalinya.

"Jika sesuatu terjadi, apakah kita tetap bersama?" tanya Jaemin di tengah-tengah pembicaraan.

Haechan menaruh gelasnya di meja. "Tentu saja, Jaemin. Masalah akan segera selesai, dan keadaan akan kembali seperti semula."

"Namun, bukankah keadaan untuk kedepannya bergantung dengan apa yang kita lakukan sekarang?"

"Jika keadaan berubah, aku akan tetap menjadi teman kalian. Itu tidak akan memutuskan hubungan pertemanan kita," ujar Jeno.

"Itu sangat melegakan, ayo kita habiskan lalu pergi keluar untuk bermain."

Wajah mereka dipenuhi senyuman lebar. Hati mereka tampak gembira sekali. Bahkan sorot mata tidak dapat membohongi perasaan mereka.

TO BE CONTINUE

OVER ONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang