Hari ini akhirnya aku pulang ke kosan setelah menumpang di kontrakan Eca selama hampir 2 minggu. Selama itu juga aku gak tau kabar Dery atau Juan atau Raras bagaimana.
Ah, ngomong-ngomong tentang Raras. Kayaknya cewek itu menghindariku. Alasan terburuknya mungkin ia mengetahui Dery menyukaiku atau karna hal lain yang tidak sengaja aku lakukan hingga membuatnya seperti sekarang ini.
Tapi, kalau Raras tau soal itu? Siapa yang ngasi tau? Jelas-jelas hal ini gak pernah aku ceritakan pada siapapun kecuali Eca.
Taulah, bodo amat!
Segera aku membereskan kosanku yang kotor setelah aku tinggal selama 2 minggu. Debu bertebaran dimana-mana sehingga aku harus menyapu, mengepel, dan mengganti sprei tempat tidurku. Untung hari ini libur kuliah karena cuti bersama, jadi sekalian saja aku beres-beres satu kamar.
Perlu waktu sekitar 2 jam lebih untuk membereskan kamar kosanku sampai benar-benar bersih. Yang awalnya hanya membereskan bagian-bagian yang berdebu saja, tapi aku berinisiatif untuk menyuci baju dan merapikan kembali buku-buku yang berantakan diatas meja belajar. Totalitas.
Baru saja aku merebahkan badanku diatas kasur, ketukan dipintu mengalihkan perhatianku. Aku melirik jam pada dinding kamarku yang menunjukan pukul 6 sore. Perasaan aku tidak memiliki janji dengan siapapun termasuk Eca dan seingatku aku tidak memesan apapun kalau-kalau itu layanan pesan antar makanan.
Dengan malas aku berdiri dan membuka pintu.
Shit.
Ngapain orang ini disini?
Aku mengatur sedemikian rupa raut wajahku agar tidak terlalu kaget dengan kedatangan Juan ke kosanku. Orangnya sendiri sedang menampilkan senyum kecilnya sambil menatapku. Lalu, Juan masuk begitu saja kedalam kamarku bahkan sebelum aku mempersilahkannya.
"Ngapain?" Tanyaku begitu melihat Juan melengos masuk ke kamarku dan menuju ke arah sink wastafel tempat aku meletakan peralatan makan.
Juan menghiraukanku. Ia tetap mengambil dua buah piring dan sendok lalu kembali berjalan kearahku.
"Makan, gue tau lo belum makan."
"Ya, terus? Urusannya sama lo apa?" Aku kepalang kesal melihat Juan disini.
Apa-apaan maksudnya ia datang setelah berhari-hari gak ada kabar dan seakan-akan kami gak ada masalah? Apa dia tiba-tiba terkena amnesia?
Juan menghembuskan napasnya. "Makan, lo marah-marah juga butuh tenaga, Ki."
"Terserah. Cepetan, lo kesini mau ngapain?"
"Makan dulu, baru gue mau cerita." Paksa Juan. Cowok itu menatapku tajam.
Aku tidak lagi membalas omongannya. Ku biarkan ia membuka bungkusan coklat itu dan langsung menampilkan nasi goreng kesukaanku, nasi goreng seafood. Shit, mana bisa aku melewatkan ini. Seketika, perutku langsung meronta untuk segera diisi.
Juan mendorong piring berisikan nasi goreng ke arahku. "Makan."
Aku mengambil piring nasi goreng itu dan memakannya dalam hening. Aku melihatnya juga melakukan hal yang sama. Kami sama-sama melihat kearah tembok sambil menyandar di dipan kasurku.
Ternyata beres-beres tadi, membuatku kehilangan banyak energi. Terbukti aku menghabiskan nasi gorengku lebih cepat dibandingkan Juan. Entah memang kelaparan atau nasi goreng ini terlalu enak. Setelah itu, aku berdiri berniat untuk mengambil minum untuk kami berdua. Setidaknya tau diri, udah dibeliin makan malam.
"Thanks," kata Juan begitu aku meletakkan gelas minum di sebelahnya.
Seumur-umur aku belum pernah secanggung ini saat bersama dengan Juan. Bahkan, kayaknya ini pertama kalinya ia bilang makasih padaku setelah aku mengambilkan ia air. Dulu-dulu mah mana pernah, biasa juga ngambil air sendiri, cuci piring sendiri.
Akhirnya, kami berdua selesai makan. Aku menunggunya yang sedang mencuci peralatan makan yang ia pakai barusan. Lalu, setelah selesai mencuci piring ia kembali duduk di sebelahku.
"Ki," panggilnya setelah beberapa menit hening.
Aku enggan menatapnya, jadi kualihkan pandanganku ke arah kuku-kuku ku yang ternyata sudah panjang.
"Hm."
"Sorry, gue gak maksud ngejauhin lo."
Aku rasa Juan belum selesai ngomong, jadi aku biarkan saja pembicaraan ini mengarah kemana. Walaupun, di dalam hatiku ada tanda tanya besar yang ingin aku utarakan padanya.
"Gue awalnya gak mau kayak gini, tapi Dery gak bisa gue diemin gitu aja, Raras berhak bahagia."
Detik berikutnya, kepalaku menoleh kearah Juan. Keningku berkerut tanda aku sama sekali tidak mengerti dengan topik pembicaraan ini. Kenapa harus ada Dery dan Raras di kalimat yang sama?
"Maksud lo?" Hanya itu yang sanggup keluar dari mulutku.
"Sorry, gue gak maksud buat lo jadi punya beban pikiran mengenai perasaan gue sama Dery. Tapi, maaf banget Ki, lo jangan marah sama gue, sebenernya gue gak punya perasaan apapun sama lo.."
Aku memejamkan mata sebentar lalu kembali menatap Juan. "Oke, hubungannya sama Raras?"
"Gue suka sama Raras dan gue tau Raras suka sama Dery. Tapi, Dery sukanya sama lo, Ki. Sebelumnya, lo harus tau kalo Raras pernah one night stand sama Dery dan itu yang bikin dia suka sama Dery. Gue gak terima, gue..."
Nafasku tercekat. Informasi yang diberikan Juan terlalu tiba-tiba. Aku belum siap mendengarkan lebih dari yang ia bilang. Tiba-tiba kepalaku merasa pening, hal-hal buruk langsung berputar di dalamnya. Jangan bilang kalau ini...
"Gue pakai lo buat balas dendam, Ki. Kalo Raras gak bisa dapetin Dery, Dery juga gak bisa dapetin lo... sorry." lirih Juan.
---
Kenapa dia cantik banget disini sih?:")
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Dery
Short Story[COMPLETED] Series 1: Hendery as Dery "Gue hanya laki-laki normal biasa yang bisa suka sama siapa aja, termasuk lo." Benar kata orang. Tidak ada persahabatan murni diantara cewek dan cowok. Salah satunya pasti menyimpan perasaan dan Dery mengalami...