Two.
Jay membaca perlahan keseluruhan yang Jungwon tulis dalam secarik buku kecil itu. Jemarinya beralih menggaruk tengkuk tegasnya, ia sedikit tersentuh dengan keadaan sosok si pemilik mata berkilau.
Kasihan sekali tengah malam yang dingin ini ia dibuang oleh suaminya sendiri, tatkala bahkan sedang berbadan dua, "gue gak bisa nolongin lo." Ujar Jay tegas. Ia kemudian menstarter motornya dan berusaha untuk tidak mengalihkan pandang dari nanar sendu Jungwon.
Memilih acuh dan melajukan motornya dari bangunan tua itu, meninggalkan Jungwon sendirian dengan kegelapan malam yang suram pun lampu jalan yang redup, sepi yang hampa dan angin dingin yang menusuk semakin tajam.
Pikirannya menepis untuk menolong tapi perasaan tidak tega hinggap di dalam lubuk hatinya, Jay sudah menghabiskan waktu delapan menit di jalan dengan akalnya yang sibuk berargumen.
Kemudian pemuda Park itu memutuskan untuk memutar balik arah, melaju kecepatan tinggi membelah jalanan untuk menjemput sosok yang sempat membuatnya kehilangan akal waras.
Jay menghembuskan nafas lega ketika melihat siluet Jungwon yang duduk tertunduk bersandar pada pohon besar di tengah bangunan mall tidak laku itu. Sosok pemilik mata berkilau menengadahkan kepala, saat deru motor yang tak asing menyapa pendengarannya.
Kedua mata indah itu berkilau semakin terang, binarnya jernih dengan bulatan sempurna. Ia sedikit memperlebar penglihatannya, tatkala Jay mendekat dan melempar sebuah jaket kulit belel ke arahnya, yang langsung Jungwon terima dengan reflek.
"Buruan, sebelum gue berubah pikiran." Suara berat Jay sedikitnya membuat Jungwon terperanjat kaget. Ia menatap keheranan ke arah jaket yang diberikan si pemuda Park. "Pake bego, bukan dipelototin." Mendekat selangkah ke arah Jungwon, si Park ini merampas jaket yang ada di genggaman Jungwon. Lantas memakaikan Jaket tersebut ke badan ramping sosok pemilik mata berkilau.
Setelahnya duduk kembali di atas jok motor dengan Jungwon yang perlahan menempatkan diri di belakang tubuh tegak Jay. Keduanya selama di perjalanan sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Jungwon tidak tau akan dibawa kemana oleh pemuda ini, akalnya berusaha berfikir positif bahwa sosok yang memboncengnya ini adalah orang baik. Semoga. Karna ia yakin tidak dapat menahan diri di tengah dinginnya malam tanpa baju hangat, apalagi sang janin masih sangat muda. Jungwon mengusap perut agak buncitnya dengan lembut, ia menatap rumah-rumah yang dilewatinya. Sembari di dalam hati meyakinkan sang buah hati bahwa mereka akan baik-baik saja.
Setidaknya walaupun hanya semalam menginap pada orang lain, ia bisa menyelamatkan bagian dari tubuhnya saat ini. Hanya deru motor Jay yang terdengar di antara sepinya malam. Jungwon berpegang erat pada pinggiran baju Jay. Pemuda itu mengendarai motornya dengan kecepatan cukup tinggi, membuatnya semakin bergidik kedinginan.
"Berapa bulan?" Tanya Jay tiba-tiba, suaranya agak keras mengingat ini di jalanan terbuka. Jungwon mengernyit tidak mengerti, ia menatap wajah Jay yang menatapnya balik dipantulan kaca spion.
Jungwon memakai tangannya mengisyaratkan ia tidak mengerti maksud pertanyaan Jay. "Kandungan lo, berapa bulan?" Tanyanya lagi setelah mengerti gerak tubuh isyarat Jungwon tadi.
Sosok pemilik mata berkilau tadi tersenyum menampakkan gigi kelincinya, ia membawa jemarinya ke hadapan wajah Jay dan meregangkan empat jari.
"Empat bulan?"
Mendengar itu Jungwon mengangguk antusias, keduanya saling bertatapan lewat kaca spion motor Jay. Lagi lagi si pemuda begundal ini terpana hebat melihat cantiknya senyuman yang Jungwon beri untuknya.
Giginya rapi dengan kedua di depannya mirip seperti kelinci, bibirnya merah alami.
Selanjutnya, keadaan keduanya kembali hening. Jungwon menikmati perjalanan sembari melihat awan, pohon, dan apa saja yang mereka lewati. Tangannya tidak berhenti mengusap halus perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Glisten › JayWon Ver.
Fanfiction[ COMPLETED ] Di tengah malam yang sunyi sehabis tawuran, Jay memutuskan untuk merawat sosok si pemilik mata berkilau. © jambyu ; sesajaksenja › 2020