Rupanya sempurna, pahat tubuh yang idealis, serta rambut bagai mahkota yang mampu menarik pesona. Agaknya disayangkan, ia begundal, nakal, tidak terarah dan dingin. Memiliki mata yang tajam, dan lengan kekar.
Tiada hari tanpa kekerasan. Maniak tawuran, dan senang menghisap benda berasap; rokok. Ia menginjak usia delapan belas tahun, menduduki kelas akhir; tingkat menengah atas.
Senior yang dijuluki keras, galak, dan kasar. Teman dekatnya bahkan tidak ada yang berani melawan perintahnya. Mau itu buruk, atau baik sekalipun. Nyatanya, ia memang pantas berada di posisi itu, sebab tingkah lakunya benar pemberani.
Ia, Jay Park. Sosok cuek dan dingin yang dijabarkan di atas adalah dia. Murid berandal namun santun terhadap yang lebih tua. Murid bajingan namun tetap pada pendirian Tuhan. Murid keras kepala, namun agaknya tidak bisa merendahkan orang tua.
Seragam sekolah yang compang camping seadanya, motor besar harley davidsonnya dan jaket kulit kesayangan yang sudah sedikit belel. Ciri khas sekali, dengan satu tindikan piercing di telinga kanan.
"Jangan ada yang absen, jam satu malem pada gak keliatan batang idung lo. Siap-siap gue kebiri." Tegasnya, menunjuk keseluruhan anggota kelompok tawuran di sekolahnya. Latar belakang di lapangan rusak dekat sekolah. Menjadi markas tempat kelompok Jay berdiam diri.
Setelah bicara, Jay menyulut rokok di bibirnya dengan korek mahal yang ia punya. Orang tuanya adalah pembawa acara televisi yang terkenal. Ekonominya tercukupi bahkan ia tinggal seorang diri di sebuah apartemen. Jauh dari pengawasan adalah penyebab ia begitu liar.
Seorang pemuda yang satu usia dengan Jay menghampiri, berjalan beriringan keluar dari daerah markas mereka. Namanya Sunghoon, "kumpul disini, atau langsung ke tempat, bro?"
Jay melirik sekilas sambil membuang asap dari dua lubang hidungnya, "langsung, jadi gak perlu buang waktu." Telaknya, jemari sibuk merogoh saku celana seragam abunya. Mengambil kunci motor lalu melempar sebungkus rokok untuk sang kawan; Sunghoon.
"Awas ketauan Jake lo lagi. Isep sekaligus kalo mampu." Mendengar itu, Sunghoon tertawa terbahak. Sudah dilarang merokok sekalipun oleh orang yang berpengaruh dalam hidupnya, nyatanya bebal ya bebal. "Thanks, By." Teriak Sunghoon kemudian mendapat lemparan batu kerikil mengenai dahinya.
***
Tepat pukul sebelas lewat empat puluh delapan menit, kelompok Jay berisi sembilan orang sudah siap tempur dengan sekolah lain yang tentunya sebelum ini dimulai mereka membuat perjanjian. Barang siapa yang memenangkan tawuran kali ini, maka dibolehkan untuk mereka menggauli para murid perempuan di sekolah yang tentunya jika mereka kalah tawuran, kedua belah pihak menjadikan murid perempuan disekolah masing-masing sebagai bahan utamanya.
Mereka yang kalah wajib setor murid perempuan untuk diajak bercinta kepada pihak yang menang. Jika tidak dan mengkhianati perjanjian maka siap menerima konsekuensi yang resikonya lebih besar.
Taehyun, Yeonjun, Heeseung, Chenle, Sunghoon, Haruto, Jaehyuk, Jisung, dan Jay siap memulai tawuran dan sudah matang membahas mengenai aturan main mereka kali ini. Apa saja yang harus dilakukan untuk meluluhlantakkan daya serangan lawan, cara menghindar, mengkode satu sama lain, dan sebagainya.
Tempat yang mereka pilih kali ini adalah tempat di seberang restaurant cepat saji; McDonald's yang tentunya sebuah lapang tidak terpakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Glisten › JayWon Ver.
Fanfic[ COMPLETED ] Di tengah malam yang sunyi sehabis tawuran, Jay memutuskan untuk merawat sosok si pemilik mata berkilau. © jambyu ; sesajaksenja › 2020