Pukul 5 sore Hana selesai kuliah. Hari ini cukup melelahkan baginya, selain jam kuliah yang full, dia harus menyusun proposal kegiatan disela-sela pergantian jam kuliah. Yah begitulah nasib seorang sekretaris proker.
"huh akhirnya selesai ini proposal," gumam Hana sambil merenggangkan badannya.
Hana kemudian langsung mengirimkan file proposalnya ke sekretaris himpunan agar dicek. Setelah terkirim Hana bergegas membereskan barang-barangnya untuk segera pulang.
Hana pulang berjalan kaki, karena jarak kampus dengan kostnya cukup dekat. Saat di perjalanan Hana seperti melihat seseorang yang tidak asing baginya. Laki-laki dengan tubuh jangkung berboncengan dengan cewe kemeja garis-garis merah.
"Ah gak mungkin," tepisnya. Hanapun melanjutkan jalannya.
Sesampainya di kost, Hana langsung menyerbu kasurnya. Ah ini tempat ternyaman baginya. Ia perlahan menutup matanya.
*Kriiinggg kriiinggg* telpon Hana berbunyi. "ah shit ga jadi tidur,"umpatnya.
Dilihatnya Vivi, sahabatnya yang menelponnya, ia pun mengangkat telpon itu.
"halo apaan? Tumben lo?"
"santai kali han anjir ngegas bgt dah"
"haha iya iya, ada apa tuan putri tumben menelpon upik abu ini"
"hahahaha sampah lo, gue mau ngasih tau sesuatu tapi lo jangan syok ya"
"hah? Apaan sih? Cepetan gausah buat gue kepo ya lo"
"pindah vidcall cepeetttt," pinta Vivi.
"han gue sebenernya gamau lo sakit hati, tapi itu beneran si Rama kan? Terus cewe itu Cindy anak fakultas sebelah itu kan?"
Hana masih syok dengan apa yang dilihat. Ternyata apa yang dia lihat tadi bener. Dia gak salah llihat.
"han? Lo gapapa? Gue ke kost lo deh habis selesai makan ini"
"vi, sebenernya tadi gue lihat pas jalan pulang tapi gue kira gue salah lihat," cerita Hana dengan nada suara getar.
"emang bangsat itu cowok, gue bentar lagi ke kost lu ya,"
"iya vi, gue matiin ya gak sanggup gue liat mereka rangkul-rangkulan gitu"
"iya han iya, bye,"
"bye vi, makasih." Hana mematikan telponnya.
Ternyata apa yang dia lihat tadi gak salah. Itu beneran Rama. Kenapa rasanya sesek banget dadanya. Seperti ada sesuatu besar di dadanya.
.
.
.
*tok tok tok* pintu kamar hana diketok. Iapun berdiri dari kasurnya dan membukakan pintu. Vivi yang dateng.
"lo kalau mau nangis, nangis aja gausah ditahan," kata vivi sambil masuk ke kost hana.
"lo dateng-dateng nyuruh orang nangis njir," jawab vivi sambil menutup pintu.
"itu cowo lo emang kurang aja banget. Buaya."
"vi, lo lupa dia ngajak gue break minggu lalu karena katanya dia mau fokus nyelesaiin proposal skripsinya? Jadi gue gatau status gue ini apa vi. Rasanya gue mau marah kok kaya gak pantes, gue gak ada status, tapi kan kita gak putus"
"anjir sumpah dah sumpah dia brengsek banget. Apanya yang fokus skripsian? Yang ada malah gandeng cewe baru," Vivi dalam mode marah-marah, tahan saja sebentar lagi kebun binatang di mulutnya bakal keluar semua.
"gue sekarang bingung mau gimana vi," ungkap hana dengan dengan mata berkaca-kaca.
Vivipun langsung meraih Hana dan memeluknya. "udah nangis aja sini, gue tau lo sakit hati banget."
"2 tahun vi gue sama dia, orang tua gue juga udah kenal dia, gue udah percaya banget sama dia kenapa malah jadi kaya gini? Gue kurang apa vi? Dia bilang suka cewe feminim udah gue turutin, dia marah-marah gue yang selalu minta maaf ke dia, dia memperlakukan gue kaya cewe paling berharga bagi dia tapi sekarang apa? Dia punya cewe baru vi," cerita Hana sambil menangis di pelukan Vivi.
Vivi masih memeluk Hana, sesekali ia mengusap punggungnya yang naik turun karena tangisnya.
"Han, sakit banget ya pasti?" tanya vivi. Hana hanya menganggukan kepalanya.
Hana melepaskan pelukannya, dengan mata yang sembab ia berusaha menghapus air matanya.
"vi gue gamau sedih terus-terus an gara-gara Rama, gue mau ngehubungin dia"
"lo yakin?"
"iya, gue mau kita bener-bener gaada hubungan lagi. Biar semua jelas."
"yaudah kalau menurut lo itu yang terbaik buat lo, lakuin han. Gue percaya lo bisa nyelesaiin masalah ini"
"hah gila gue lagi sibuk-sibuknya di kampus, eh diselingkuhin"
"ini kali ya yang katanya ditinggalin pas lagi sibuk-sibuknya hahaha" ledek vivi.
"hahaha siala lo" ucap hana sambil melempar bantal ke arah vivi.
Malamnya Hana menghubungi Rama. Ia mengumpulkan keberanian untuk melakukan ini. Dia tidak mau terlihat lemah. Dia harus tegas.
Hana : kak, lagi sibuk?
Rama : gimana han? Lumayan sih ini.
Hana : ada yang mau aku omongin.
Rama : iya sok aja han, kaya sama siapa aja.
Hana : oke langsung ya. Gue tadi liat lo sama cindy boncengan terus makan di Mcd kan? Sejak kapan kak? Udah lama ya deketnya?
Rama : kok kamu bisa tau? Aku bisa jelasin han.
Hana : gausah kak, aku udah tahu kok. Jadi kakak ngajak aku break Cuma buat jadi alasan biar bisa sama cindy ya? Haha bodoh banget aku gini aja percaya.
Rama : enggk gitu han, itu gak seperti yang kamu liat hana. Aku bisa jelasin
Hana : udah gausah kak, aku gapapa kok. Kak rama jujur aja udah sejak kapan deketnya? Aku ga bakal marah kok daripada kakak bohong
Rama : udah sebulanan han. Maaf
Hana : iya gapapa kak. Selamat ya, bahagia sama cindy. Sekarang kita gaada hubungan apa-apa lagi. Sekali lagi, CONGRATS kak.
Rama : hana maafin aku ya
Hana tidak lagi membalas chat Rama. Dia langsung menghapus chat dan menghapus nomor rama. Sudah cukup dia tidak mau lagi berhubungan dengan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
My playlist
FanfictionKetika dua manusia dengan luka di masa lalu dipertemukan. Entah mereka akan bersama menyembuhkan luka, atau mereka menemukan jalan mereka masing-masing untuk bahagia. Cerita yang bergulir sesuai playlist yang berputar. Ini lah kisah Hana, Jevian, da...