.
Pukul dua pagi Jaemin terbangun karena dingin, lantas menarik selimutnya hingga batas dada. Rasanya menyesakkan sekali sore tadi mendengar jeno menanyakan siapa Papa dari jisung.
Jaemin cukup terkejut karena jeno menyadari jisung mirip dengannya, tapi jaemin tidak akan dengan begitu saja memberitahu jeno tentang siapa jisung sebenarnya.
Terlalu menyakitkan, dan dia tidak mau jisung merasa sakit hati juga.
Semua ucapan itu berputar di kepalanya, membuatnya pusing sekali. Bayangan tentang bagaimana nanti kalau jisung mengenali papanya dan bertanya kenapa dia meninggalkan dirinya, jaemin tidak bisa memperkirakan akan sesakit apa hati jisung mengetahui bahwa jeno sempat tidak mengakui akan kehadirannya.
Tidak, jaemin butuh waktu untuk memberitahu jeno maupun jisung tentang ini.
—
Saat itu kenaikan kelas dua, teman temannya berkumpul di rumah Jeno, selain dekat dengan sekolah rumah Jeno hampir tidak pernah ada orang, selain itu juga rumah Jeno selalu punya banyak makanan.
Saat itu, ada jaemin pastinya, lalu Haechan, Renjun, Mark dan Yangyang. Menikmati hari bebas setelah pengumuman pengacakan kelas.
Saat semua nya berkumpul di ruang tengah sedang bermain ps dan beberapa sedang bermain kartu Jeno menarik jaemin untuk naik ke lantai dua, ke kamarnya.
Ornamen abu tua dengan banyak sekali figur action tertata rapih di ruangan seluas 5*5m tersebut.
Jaemin mendudukkan diri di sudut ranjang empuk, dan sedikit menengang kala jeno mengunci pintu kamarnya dari dalam.
"Kenapa di kunci?" Tanya Jaemin gugup, bukannya menjawab Jeno justru mendekat dan membawa jaemin ke sebuah ciuman dalam yang begitu lembut nan menuntut, sesekali Jeno gigit bibir bawah jaemin membuat desahan nikmat keluar dari bilah seksinya.
Saat lumatannya turun ke leher, jaemin sempat meminta jeno untuk tidak meninggalkan bekas di sana, dan Jeno cukup pintar untuk bermain bersih.
Turun ke dada, satu dua hingga beberapa bekas merah keunguan terpanpang jelas di dada Jaemin, menaik kan hasrat yang sedari tadi Jeno tahan."Wanna play with me babe?" Tanyanya seduktif di telinga jaemin, kedua lengannya melingkar di pinggang jaemin membuat tubuh keduanya menempel tanpa jarak.
Jaemin mendorong tubuh besar jeno hingga duduk di sofa single di kamarnya, lantas melepaskan kemeja sekolahnya sendiri dan duduk di pangkuan Jeno, membuat miliknya bergesekan dengan perut jeno dan milik jeno yang menggesek lubang bawahnya.
Kali ini Jaemin beraksi dengan mengulum bibir jeno terlebih dahulu, membawa kedua tangannya untuk mengacak surai belakang jeno yang mulai memanjang, ciuman panjang hingga dirinya sendiri kualahan.
"Can i ride you? Daddy—hh?" Jeno menang karena membuat jaemin dengan suka rela naik ke atas miliknya tanpa paksaan, anggukan ringan dan senyum bangga keluar dari bilah seksi Jeno, lantas membuat jaemin dengan perlahan membuka kancing kemeja sekolah jeno satu persatu dengan gerakan sensual.
Benar benar pemandangan indah yang Jeno selalu dapatkan tiap kali bercinta dengan Jaemin.
"Pelumasku, sayang ambil pelumasku dulu" jeno bergerak berdiri membuat jaemin mau tak mau turun dan ikut berdiri, sembari menunggu Jeno mencari pelumasnya, ia ikut melepas celananya yang sudah sesak menampung miliknya yang membesar.
"Babe" jaemin menoleh mendapati jeno yang membongkar lacinya mencari sesuatu
"Kita lupa membeli kondom? Habis disini" ujarnya

KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE - NOMIN
FanfictionSeandainya, jika malam itu sekali saja Jeno bertanya pada Jaemin tentang keadaannya, mungkin penyesalan yang ia rasakan tidak akan seperih ini. Bodohnya Jeno kala itu terlalu mengikuti egonya untuk kesenangannya sendiri, tanpa ia sadari ada sesuatu...