.
Mungkin 17 tahun bukan waktu yang sebentar, namun Jaemin sama sekali tidak pernah lagi bertemu dengan Jeno, bertatap muka atau sekedar beruluk salam melalui media sosial juga tak pernah keduanya lakukan.
Sama sekali Jaemin tidak pernah mendengar bagaimana kabar Jeno, apakah pria itu baik baik saja, dimanakah dia sekarang berada atau apapun bahkan Jaemin tak pernah mendengarnya, dan tak akan pernah mau.
Di balik kemudi, ada Johnny.
Mungkin kalian asing dengan siapa itu Johnny, tiba tiba saja dengan ajaibnya dia ada di antara jaemin dan jisung.Johnny adalah kakak sepupu Jaemin, Johnny sudah menikah, namun suaminya hidup di kanada membuat dirinya disini sendirian dan memutuskan untuk tinggal bersama Jaemin dan juga jisung,sebenarnya tidak satu apartemen, hanya bersebelahan.
Semua tidak masalah toh mereka bisa saling menjaga satu sama lain.
Siang ini selepas menjemput jisung dari sekolah, ketiganya berencana untuk makan siang di dekat sekolah jisung, sambil mengurus perpindahannya ke Amerika untuk kuliah nanti, semua berkas sudah di siapkan tinggal beberapa hal saja yang kurang namun sudah mampu di atasi.
Di meja tersaji banyak sekali makanan kesukaan jisung, anak itu sangat suka sekali makan, membuat jaemin senang hanya dengan melihatnya saja.
Jisung mungkin tidak akan pernah bertanya siapa papanya, tidak juga akan bertanya kenapa dirinya hidup hanya berdua dengan ayahnya. Karena baginya bahagia dengan ayahnya sudah cukup membuatnya cukup, jisung hanya tidak ingin ke ingin tahuannya hanya akan membuat ayahnya sedih.
Pikirnya, kemungkinan terburuk dari semua yang di alaminya adalah, mungkin papanya meninggal dan membuat dirinya dan ayahnya tinggal sendiri, pikirnya.
Kalau papanya masih hidup, bukan kah sekali saja jisung pernah melihatnya? Atau minimal tidak sengaja bertemu? Atau sebenarnya pernah bertemu tapi keduanya saling tidak tahu? Karena baik jisung ataupun jeno mereka sama sama tidak pernah tahu rahasia masing masing."Anyway, ayah benar benar tidak masalah aku kuliah di amerika? Dengan uncle jo?" Jaemin tersenyum seraya merapikan surai jisung, "kalau ayah ikut siapa yang akan mengurus toko toko kue ayah?" Jisung menghela nafas panjangnya
"Baiklah, karena ayah memang lebih cinta kue daripada jisung" namun nadanya manja membuat ketiganya tertawa. Jisung itu pandai mencairkan suasana, tuturnya lembut dan mengasikkan persis Ayah nya, perawakannya tinggi membuat siapapun merasa begitu di ayomi, jisung juga sangat manis dengan semua orang.
—
Seandainya jeno tahu dia punya putra yang sudah sebesar jisung, menjadi lulusan dengan nilai terbaik di SMA, kemudian pergi belajar ke luar negeri dengan program beasiswa, jeno pasti bangga apalagi putranya setampan dan sebaik jisung.
Kadang dalam hatinya, jaemin tergerak untuk menghubungi jeno, sekedar menyapa lalu kalau Tuhan beri ijin dirinya akan beritahu ada putra hebat hasil cinta keduanya. Tapi urung selalu jaemin lakukan, kala kemudian dirinya teringat Jeno menyakitinya begitu dalam.
Dulu saat prosesi wisuda jaemin terpaksa untuk tidak hadir, perutnya membuncit di kandungan yang masuk usia enam bulan, rahangnya mengeras kala ingat jas yang sudah ayahnya persiapkan harus sia sia ia kenakan. Jaemin melihat sebuah postingan di instagram milik mantan kekasihnya, dengan tampan, jeno mengenakan tuxedo hitam dengan dasi kupu kupu, rambutnya klimis rapi terlihat begitu rupawan, dengan di gandeng oleh seorang pria dengan rambut sedikit oanjang berwarna blonde yang jika dirinya tak lupa bernama Hwang Hyunjin.
Saat itu juga, Jaemin rasa kalah telak.
Dibuang bersama dengan bagian kecil yang jeno titip simpan pada diri jisung.
Kadang jaemin rasa begitu kesal kala melihat jisung melakukan sesuatu yang mirip dengan Jeno, mengingatkan akan sakit yang menghantuinya tujuh belas tahun terakhir.Terakhir pula ia dengan Jeno menikah, entah dengan pria atau wanita mana jaemin tidak pernah mau tau, namun lagi lagi sahabatnya, selalu bercerita bahwa Jeno tidak mendapatkan kehidupan yang bahagia.
Katanya, dirinya bercerai dengan istrinya dua tahun setelah menikah, lalu menikah lagi empat tahun setelahnya, dan selepas itu jaemin tidak pernah dengar lagi apapun tentang jeno. Ia tutup lembaran lama itu, lembar kusam menyakitkan yang Jaemin tak pernah mau unjuk untuk ceritakan.
—
Semua berkas jisung sudah selesai, semua barang bawaan juga sudah selesai ia persiapkan, mengantar jisung ke bandara untuk melepasnya ke negara yang begitu jauh untuk pertama kalinya membuat jaemin gusar lalu menangis.
"Ayah, jangan menangis" dalam peluknya sang ayah masih menangis sambil terus mengeratkan pelukannya, "sebenarnya aku boleh berangkat atau tidak?" Jisung sambil tersenyum, johnny hanya menunggu drama ini berakhir.
"Pergi, kamu boleh pergi ji" tukasnya yang kemudian membiarkan jisung untuk pergi dengan johnny. Jaemin sendirian, kemudian kembali ke mobil yang tadi mengantarnya duduk di jok belakang dengan sopir yang tanggap langsung mengantarnya kembali.
Sisa air mata itu masih ada, namun jaemin tahu ini yang terbaik untuk putranya.
"Pak, mampir ke toko sebentar" ujarnya pada sopir pribadinya, mengambil beberapa kue di tokonya untuk ia bawa ke rumah sang bunda. Yang rencananya mulai hari ini jaemin akan tinggal di rumah bundanya lagi.
—
Sudah hampir setahun jaemin tidak berkunjung kerumah bundanya, padahal cukup dekat, yaa dikarenakan sang bunda lebih sering datang ke rumah jaemin, makanya dirinya jarang pergi kerumah bundanya.
"Jiji sudah berangkat dengan Mas Jo tadi bun" ujarnya pada bundanya, lantas menata kue yang ia bawa ke piring piring kecil, dan sisanya ia masukkan ke dalam mika
"Coba antarkan ini ke tetangga sebelah, dia baru saja pindah minggu lalu, bunda belum sempat menyapanya" jaemin mengambil alih kantung yang bundanya berikan lantas menuju ke rumah sebelah rumahnya yang memang terlihat baru saja di renovasi
Ada tukang kebun yang terlihat sedang merapikan taman kemudian jaemin panggil "pak!" Serunya lantas pria tua itu mendekat, "ada titipan dari bunda, bilang aja dari Jaemin tetangga sebelah" ujarnya yang diterima dengan baik oleh tukang kebun tersebut "terimakasih tuan" jaemin mengangguk sopan kemudian meninggalkan rumah besar tersebut.
Dari jauh, seorang pria dapat melihat sosok Jaemin tidak asing baginya, namun kembali ia pertanyakan pada dirinya sendiri "kayanya gua pernah ketemu, siapa ya? Familiar banget" lantas ia lajukan lagi mobilnya menuju rumah, dan segera menanyakan perihal pria mungil yang mengantarkan sesuatu tadi kerumahnya
"Barusan ada tamu?" Tukang kebunnya mengangguk "nganterin kue pak, dari tetangga sebelah" ujarnya.
"Kue? Tetangga sebelah bukannya ibu2 ya? Tadi saya liat laki2" ujar jeno sambil masuk ke dalam rumah, "putranya bapak, namanya Tuan Jaemin"
*Deg
Gelegar aneh menjalar di dadanya setelah ia dengar nama itu kembali terucap, nama seseorang yang belakangan ini menghantuinya, nama seseorang yang selalu ia cari keberadaannya namun tak kunjung ia temukan.
"Jaemin?" Lalu tukang kebun itu mengangguk lagi, "kalau saya tidak salah dengar tadi, beliau mengatakan namanya Jaemin" sudah jeno, kalau pencarianmu ternyata harus berhenti sampai saat ini, mari terima kenyataan bahwa benar Jaemin ada di dekatmu.
TBC/END?
Stella 🌻
![](https://img.wattpad.com/cover/242295995-288-k81042.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE - NOMIN
FanfictionSeandainya, jika malam itu sekali saja Jeno bertanya pada Jaemin tentang keadaannya, mungkin penyesalan yang ia rasakan tidak akan seperih ini. Bodohnya Jeno kala itu terlalu mengikuti egonya untuk kesenangannya sendiri, tanpa ia sadari ada sesuatu...