Day 15

46 9 7
                                    

.
.
.
.
.

Sesuai petuah dari nyonya Dila yang  terhormat, aku udah siap-siap keluar kamar setelah melihat jarum jam pendek menunjukkan angka 10 dan jarum jam panjang di angka 2.

Sebenarnya sih jadwalnya aku pengen beraksi malam kemarin, tapi abang gak keluar malam saat itu. Berbekal informasi dari bibi Asiya, bang Nata keluar cuman satu kali dalam dua hari. Duh nemuin siapa sih harus pake jadwal segala. Berasa spesial banget tuh.

"Buat apa Ra?"

Mampus! Ditanyain buat apa dong. Saat ini aku sedang di dapur nemuin bibi Asiya buat minta kunci serep yang selalu dibawanya. Lupa nih aku minta jurus jitu dalam berbohong pada Dila. Duh beri alasan apa ya?

"Em, itu Bi. Bang Nata bilang mau minjamin buku paketnya tapi keburu pergi tadi, Zora kelamaan dikamar keknya. Padahal Zora lagi butuh banget, ada PR soalnya."

Pintar Ra, sudah pandai kamu berbohong ya? Mulus banget lagi kayak keramik baru di pel.

"Oh gitu, tunggu bibi ambilin."

Tuhan ampuni kebohongan Zora, lain kali Zora tidak mau berbohong lagi. Janji deh, kecuali kalau terdesak sih. Hehehe.

Berbekal kunci serep yang diberikan bibi Asiya tadi, aku dengan entengnya memasuki kamar yang sudah sekitar beberapa minggu selalu terkunci dari pandanganku. Pandangan pertama, selalu sama saja tidak ada yang berubah. Kamar abang selalu rapi dan bersih berbeda dengan kamar sebelah, macam kandang sapi habis makan rumput. Iya! Kamar aku.

Aku duduk di pinggiran ranjang bang Nata, mata kecilku dengan jeli mengedar keseluruh penjuru ruangan. Kali aja kan ya ada yang nyantol dan mencurigakan. Seperti totebag yang tergeletak tak sadarkan diri diatas meja belajarnya. Duh, itu totebag yang di kasih cewek kemarin.

Tangan nakalku meraih totebag itu dan segera membukanya biar gak penasaran. Mataku terlihat tidak kaget melihat isinya, sayang sekali padahal aku menginginkan sebuah kejutan didalam totebag tersebut.

"Memang ya kalau orang sudah jatuh cinta." lirihku

Ada yang bisa tebak isi totebagnya? Kalau kalian berfikir semacam surat, makanan seperti coklat atau bunga, Maka kalian salah besar. Isinya adalah buku yang berjudul 'ada apa dengan cinta', dan anehnya ada obat pereda flu dan batuk. Si abang emang lagi flu ya? Tapi kok aku rasa abang baik-baik saja deh. Cewek aneh, masa ngasih totebag isinya gak jelas.

"Masih penasaran?"

Nah kan,

Ketahuan!

Abang kenapa cepat sekali datangnya? Perasaan aku baru lima menit deh disini. Abang pake jurus ceking ya larinya? Atau pake ilmu yang bisa ngilang gitu, apa sih namanya? Transformasi? Transformer? Transmigrasi?

Telepati?

Teleportasi ya?

"Ngambil buku paket aja kan? Ngapain pegang benda lain?"

Duh seperti dijatuhi durian runtuh, tangan yang memegang totebang itu kulepaskan, malu kan. Ketahuan bohong, ketahuan masuk kamar tanpa izin pula. Dilaa...tolongin.

"Bang, Zora-"

"Keluar,"

Abang kok suaranya lemah gitu? Abis jatoh ya? Atau habis ketemu hantu dijalan? Ah, kan lagi flu ya? Atau batuk?

"GET OUT ZORA!"

Nah kan, baru juga di fikirin kenapa nada suaranya melemah. Sekarang udah dibentak aja akunya, iya deh tau aku cuman ikan kering yang terdampar dipinggir pantai. Lalu apa hubungannya Zora?

Tanpa ba bi bu aku langsung saja keluar kamar bang Nata dengan kaki yang kuhentak-hentakkan karena kesal.

Brak!

Pintu ditutup dengan keras dong, kalau saja rumah ini terbuat dari kayu, sudah kupastikan rumah ini sudah roboh akibat hentakan daun pintu dari abang. Kenapa sih si abang itu? Aku kan cuman masuk kamarnya. Gak nyuri apa-apa kok, di dalam sana juga tidak ada yang spesial. Dasar abang aneh.

Ok misimu gagal Zora.

🌻🌻🌻

Votment

Gowa,15-10-2020

24 Days ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang