Bagian 4

7 0 0
                                    

"BELLA, kamu kalo jalan yang bener dong. Kopi mama hampir tumpah loh." Omel Aidar.

"Maaf ngga sengaja. "

"Buru-buru kenapa sih? Trus itu kamu bawa apaan?" Tanya Aidar penasaran dengan kantong plastik besar yang dibawa Bella.

Bella mengabaikan pertanyaan mamanya dan segera memasukan ice cream nya ke dalam freeze. Kemudian tanpa berniat menjawab Bella justru naik ke atas kamarnya.

"Eh nih anak kebiasaan banget suka ngabaiin mama." Ucap nya sedikit kesal. Dan untuk menebus rasa penasarannya Aidar berjalan menuju kulkas dan membuka nya. Dan terdapat banyak sekali ice cream di dalam freeze.

"BELLAA kamu serius beli Ice cream sebanyak ini!" Teriak Aidar dari bawah.

Jelas saja Bella tidak mendengar nya. Karena diatas dia sedang mandi.

****

Dilain itu Fani sedang khawatir akan ibu nya yang kini sedang terbaring lemah di rumah sakit. Waktu pulang sekolah Ibu nya sudah pingsan di lantai karena penyakit lambung yang sudah kronis tersebut kambuh. Dan secepat mungkin Fani meminta bantuan kepada tetangga agar membawa ibunya kerumah sakit terdekat.

Namun sampai malam ini ibunya masih belum sadarkan diri. Fani terus menangis dan tak lupa berdoa agar ibunya cepat bangun.

Sungguh miris perasaan Fani sekarang. Kedua orang tuanya sudah lama berpisah dan kini yang Fani takutkan adalah keadaan ibunya. Fani tidak mau kehilangan lagi orang yang dia sayang. Dan hanya ibunya lah yang Fani miliki sekarang.

Seorang pria paruh bawa keluar dengan mengenakan kemeja putih dari ruangan ibu nya.

Fani segera bangkit dari duduknya dan menghampiri dokter tersebut.

"Dokter, gimana keadaan ibu saya Dok? " Tanya Fani dengan nada sedikit bergetar.

Dokter masih diam, dan memperlihatkan wajah yang sulit diartikan.

"Dokter ibu saya baik-baik aja kan Dok? Jawab Dok! Jawab!! " Fani semakin ketakutan hebat.

"Harap tenang dulu.. Maaf saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi Tuhan berkehendak lain. Maaf Ibu Nela tidak bisa terselamatkan." Kata Dokter itu sembari menepuk bahu Fani. Agar kuat dan tabah.

Deg!

"Ga mungkin dok, tolong selamatkan ibu sayaaa!" teriak Fani tangis nya pecah disitu.

"kemungkinan pasien terlambat dibawa kesini. Sekali lagi saya minta maaf. " ucap dokter tersebut yang ikut merasakan sedih.

Fani membengkap mulutnya tidak percaya air mata nya semakin membuat penglihatan nya kabur, samar-samar dan...

"Astagfirullah, Mba Fani! "

Kedua suster yang menemani Dokter tadi langsung membantu Fani yang kini tak sadarkan diri.

"Fani! " Secepat mungkin ia berlari ketika melihat temannya itu.

"Sus, Dok. Fani kenapa?"

"Maaf mas ini siapa?" Tanya Dokter memastikan.

"Saya Fatur Dok,  teman satu kelas nya Fani." jawab Fatur.

"Oh jadi begini. Fani Pingsan karena tidak kuat menerima kenyataan bahwa ibunya telah meninggal dunia." jelas Dokter.

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." lirih Fatur tak percaya.

"Fani bangun fan.. "

Fatur segera mendudukan fani dikursi dengan kepala bersender pada dirinya. Sesekali fatur mengoleskan minyak kayu putih pada kening dan hidung fani.

Tak lama kemudian fani tiba-tiba berteriak seraya menangis.
"Mah.. Mamaaaa jangan tinggalin fani maaa hiks.. "

Fatur menatap pilu dengan apa yang fani rasakan saat ini, kehilangan sosok ibu yang kini ia miliki dan sekarang telah pergi.

"Fan lo yang tabah ya. Lo pasti kuat kok, gue turut berduka atas kepergian nyokap lo. " fatur terus mengelus bahu fani memberinya semangat dan ketenangan.

"Turr mama gue.. Hikss.." lirih fani. "gue ga punya siapa-siapa lagi sekarang." tangis fani membuat fatur ikut merasakan sedih nya ditinggal oleh orang yang kita sayang.

"Lo ga sendiri masih ada orang disekitar yang pasti nya sayang sama lo. Jadi lo gausah sedih lagi ya, huuuu dasar cengeng amat sih lo." fatur tertawa meledek fani, dengan maksud agar fani tidak sedih lagi.

"Lo ga ngerasaan apa yang gue rasain tur.. " fani menjawab dengan nada pelan hampir tak terdengar. "Iyaaa iyaa gue ga cengeng kok, gimanapun juga gue harus ikhlas. Mungkin ini yang terbaik buat nyokap gue. " Fani mencoba tersenyum dan harus menerima keadaan.

Walaupun begitu fatur tetap bisa mendengar apa yang fani katakan tadi. Jujur fatur seharusnya tidak meledek fani seperti tadi disaat situasi sekarang, dimana fani menerima kenyataan dengan kepergian ibu nya yang membuat dirinya sedih dan mungkin jika fatur diposisi fani juga akan merasakan hal yang sama tentunya.

"Fan gue tinggal bentar ya. " ucap Fatur. Dia lupa untuk menebus obat milik nya.

"Iya, gue juga mau urus jenazah nyokap gue. " sebelum Fatur pergi tak lupa Fani berterima kasih. "Tur makasih ya." ucap nya seraya tersenyum.

Fatur membalas senyuman Fani. "iya sama-sama."

Setelah menebus obat, sebelum nya Fatur sudah berjanji untuk mengantarkan Fani sampai rumah. Dia kini duduk menunggu fani di parkiran. Tak lama Fani pun datang dengan beberapa petugas rumah sakit yang mendorong jenazah bu nela masuk kedalam mobil ambulance.

Di sepanjang perjalanan menuju rumah, Fani terdiam duduk dibelakang tanpa bersuara. Fatur mengerti betul perasaannya sekarang dan membiarkannya tenang tanpa mengajaknya bicara.

Pikirannya pun kosong yang terdengar hanya mobil ambulance dibelakang yang tengah mengikuti nya. Sudah lah mungkin tidak seharusnya Fani seperti ini. Terlarut larut dalam kesedihan yang tak kunjung membaik juga. Mungkin ini ujian terberat bagi nya. Dan mungkin Tuhan telah menyiapkan sebuah scenario yang jauh lebih indah nantinya.

Perlahan senyuman tipis terukir pada bibir Fani. Yang menandakan dia sudah mulai mengikhlaskan ujian terberat yang kini berusaha ia lalui sekarang.

****

Keesokan hari nya Fani tidak berangkat sekolah karena dia harus menyiapkan pemakaman ibu nya. Semua keluarga nya juga sudah datang tadi malam untuk ikut membantu.

Sementara itu Bella tidak masuk sekolah karena sakit. Semalam badan nya tiba-tiba panas.

Fatur biasa menunggu kedatangan Bella di bangku depan kelas Bella. Namun sampai pukul 8 lebih orang yang ditunggu tak kunjung datang.

" Woii Tur! Lo pasti nungguin Bella yaa? " tanya Sany yang baru keluar dari kelas.

" Iya, dia kemana? Ga masuk? "

"Dia sakit gara gara kebanyakan makan es krim dari lo kali hahaha." ujar Sany bercanda.

"Anjirt sotau lo. " kemudian Fatur pergi. Namun bukan masuk kelas melainkan parkiran belakang.

•••••••ONE REQUEST••••••

Jangan lupa vote and komen sesudah membaca, Terimakasih :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONE REQUESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang