Part 3

0 0 0
                                    

"Oh, iya sya. Kamu udah inget belum. Kamu tadi habis kenapa. Kok bisa pingsan di jalan" Kata ka rangga bertanya kepadaku lalu ia mengambil sebuah puding di kulkas.
Aku masih terdiam, belum menjawab pertanyaan kak rangga.
"Tadi, ak, aku" Ya ampun. Kenapa susah banget sih ingetnya.
"Ya, udah kalau masih belum inget juga. Nih, mau puding gak. Ini buatan kaka sendiri loh? " Katanya, sambil menyodorkan sebuah puding coklat ke arahku.
"Udah, makan aja. Kaka mau tau pendapat kamu. Rasanya enak apa enggak" Sahutnya.
"Beneran nih, ya udah aku makan ya" Aku pun memakan puding buatan ka rangga, dan rasanya wow sangat enak. Aku gak nyangka ternyata ka rangga juga, jago buat puding.
"Hmmm, enak banget kak" Kataku sambil terus memakan puding coklatnya.
"Masa? Gak enak juga. Kaka baru pertama buat puding. Cuma buat nyemil aja. Kalau enak ya udah abisin" Katanya smabil terus menatapku yang sedang menyantap puding.
"Eh, diem dulu sya. Itu ada puding di pipi kamu" Aku kaget. Ka rangga mengambil puding yang menempel di pipiku. Aku merasa jantungku berdebar debar. Karena aku baru pertama kali, di pegang oleh laki laki. Karena sebelumnya aku belum pernah pacaran. Wkwkw
Aku sontak langsung menatap ka rangga, yang sedang mengambil sisa puding dipipiku.
"Maaf, maaf, sya. Kaka gak sengaja" Katanya. Mungkin dia udah ngerasa gak sopan terhadapku.
"Iya, kak gak papa. Lagian aku makannya jorok banget ya. Masa puding nyampe ke pipi. Hehe" Kataku aambil tersenyum tipis.
"Eh, tapi beneran loh kak. Ini puding terenak yang pernah aku rasain" Kataku memuji muji puding buatan ka rangga dan terus memakan puding voklat itu.
"Ah.kamu mah bisa aja" Jelasnya yang terlihat malu malu ketika dipuji. Seketika pipi putihnya menjadi merah, karena di puji. Itu yang membuat ka rangga semakin tampan dan lucu. Gemesss liatnya.
"Ihhh, bener tau kak. Yaudah habis gerimis ini reda. Aku mau pergi kak" Kataku. Padahal aku masih bingung. Aku harus pergi kemana, sedangkan aku saja masih lupa rumahku dimana. Dan siapa keluargaku.
"Tapi, kamu mau pergi kemana" Katanya, dengan ekspresi khawatir. Mungkin ka rangga khawatir, takutnya aku pingsan lagi dijalan.
"Aku juga, gak tau sih kak. Mau pergi kemana" Sahutku.
"Ya udah, kalau gitu kamu ngekos aja. Kebetulan disamping kosan kaka. Ada kosan. Kamu mau gak ngekos sementara disitu. Sampai kamu ingat dan nemuin keluarga kamu" Kata ka rangga.
"Tapi, aku gak punya uang kak. Untuk bayar kosan" Kataku berkata jujur. Memang aku sedang tidak memegang uang sepeserpun.
"Kalau masalah, unag kaka masih ada tabungan di ATM kaka. Kamu bisa pake dulu"
Cukup sudah ka rangga baik padaku, dan sekarang dia masih ingin menawarkan uangnya untuk membayar kosan untukku.
"Tapi aku gak mau kak. Itukan tabungan kaka. Aku gak mau ngerepotin orang lain kak" Kataku, sambil wajah memelas.
"Siapa bilang, orang lain. Kamu anggap kaka. Sebagai kaka kamu aja. Udah jangan ditolak. Besok kita ke ATM. Buat tarik tunai. Sekarang kamu bisa tidur di kosan kaka dulu" Jelasnya.
Aku beruntung banget, bertemu dengan lelaki baik, tampan, bertubuh ideal dan sispek. Rendah hati pula.
"Hmmm, ya udah. Tapi bener nih gak ngerepotin" Tanyaku sambil mendekatkan kepalaku dan menatap wajah ka rangga.
"Iya, gak papa. Ya udah sekarang kamu tidur. Eh.. Tapi kamu udah solat kan? " Tanya ka rangga.
Ternyata ka rangga bukan hanya baik, ia juga suka beribadah. Jarang loh lelaki yang ngingetin kita untuk sholat.
"Iya kak. Tadi udah. Yaudah aku tidur dulu ya kak. Good night kak" Kataku, lalu berjalan menuju kamar belakang.
"Too" Sahutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GERIMIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang