Dunia tahu segelintir perasaan yang berkecambah dalam lubuk hati ini, aku sadar, semesta sedang mengujiku dalam siratan ketentuan takdir dari Tuhan.
__________________________________
Aku rasa momment tadi siang sangat langka bagiku, dimana untuk pertama kalinya aku ditraktir nasi goreng sama kakak kelas paling populer meski kata sebagian orang tetep populeran ketos, tapi bagiku kak Angga tetap menjadi ranking 1 dan juara dalam hal apapun.
Dan baru kali ini aku bernyanyi dengan perasaan tak menentu, seolah olah baitan lagu yang kak Angga lantunkan bersamaku itu menjadi risalah perasaan yang telah hadir mengisi rongga kosong dalam hati ini.
Hmmm... apakah ini tidak terlalu lebay? Dan lagi, tak bisa aku pungkiri otakku ini selalu saja berpikir tentang si ketos itu, tentang sikap cueknya, sikap dinginnya, sikap ngeselinnya, dan banyak lagi pokoknya. Awas aja kalau sampe dia jatuh cinta sama aku, aku tolak pasti. Ih apaan yah GJ banget, ngarep.
"Ra, kenapa senyum senyum sendiri?" tanya bunda saat aku menyadari kalau aku tengah berada di meja makan untuk makan malam.
"Anak papa lagi jatuh cinta yah?" timpal papa menggodaku.
"Iya kayaknya pa, anak kita udah mulai cinta cintaan," tambah bunda.
"Ih apaan sih papa sama bunda," ujarku kesel melihat mereka tengah menggodaku.
"Terus kenapa senyum senyum sendiri kaya orang lagi bangun cinta aja," ujar bunda penasaran.
"Jatuh cinta kali bun," timpal papa.
"Sekarangkan udah ganti redaksi pah, jadi bangun bukan lagi jatuh, iya kan Ra," ujar bunda meminta tanggapan dariku.
"Apaan sih? bunda tuh kaya ABG aja, udah tua juga," celetukku kembali menggoda bunda.
"Iya nih bunda kamu, perasaan dulu gak kaya gini deh, dulu bunda orangnya cuek banget kalau soal percintaan," timpal papa menggoda bunda.
"Syuuut..." bunda memberi isyarat dengan meletakkan telunjuknya di bibir, "Ih papa, bikin bunda malu aja," lanjut bunda dengan pipi mulai memerah karena malu mungkin papa akan menceritakan tentang dirinya dulu.
"Oh ya! gimana pah?" ujar pura pura penasaran, meski mungkin menggoda orang tua itu dosa, tapikan seru juga yah.
Mata papa melirik bunda dan tersenyum menggoda, sementara bunda malah jadi salah tingkah, tapi wajahnya mengisyaratkan untuk tidak memberitahukan kepadaku tentang dirinya.
"Gimana pah?" tanyaku lagi, sekarang jadi beneran penasaran.
"Sayang, jangan dengerin papa kamu, dia itu ngaco, mending cepetan habisin makannya, terus kamu istirahat, bunda tau kamu pasti capekan habis sekolah," ujar bunda mengalihkan pembicaraan.
"Hmmm..." gumamku sembari melahap makan malam ku.
"Nanti papa ceritain, tapi jangan didepan bunda, nanti dia malu lagi," ujar papa sembari menggoda bunda.
"Yes!" ujarku girang, kapan lagi bisa tahu masa lalu orang tua sendiri.
Kalau melihat keakraban dan keharmonisan papa sama bunda rasanya seneng banget, hampir 16 tahun lamanya aku tinggal dan tumbuh di rumah ini, tidak pernah sekalipun mendengar papa sama bunda bertengkar seperti orang tua yang ada di film film, mungkin bukan karena enggak pernah. Tapi mereka profesional dalam hal menyembunyikan kekesalan masing masing, tidak sepertiku yang hanya bisa mendumel tak karuan, menyalahkan siapa saja yang sekiranya tidak sehati denganku. Yah, itulah aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prizer Ketos [on going]
Teen FictionApakah aku bisa mencairkan hati sedingin es batu itu, sikap se cuek angsa itu? Hmmm ... sepertinya aku harus berjuang ekstra. Dari bilik kebahagiaan selalu dia yang menjadi pembuka pintu meski pernah tertutup diredam sikap dan ego. Mungkin kita akan...