••°°Bukannya sah-sah saja jika semesta memberikan sejuta kebahagiaan dan seribu masalah?°°••
°°'´'´°°
"EKO JONGOS LAKNATULLAH! BALIKIN ROTI JEPANG GUE!" Teriakan itu berasal dari sebuah ruangan yang memang sudah tidak aneh lagi jika para siswi berubah seketika menjadi macan betina.Mungkin sudah jadi kebiasaan bagi kelas X Mipa 2, bukan tanpa alasan hampir semua siswi di kelas itu berteriak secara berutal dan sangat mengganggu aktivitas belajar kelas sebelah.
"AMBIL SINI SAYANG!"
Yah, siapa lagi yang menjadi dalang atas berubahan sikap cewek-cewek yang tadinya calm jadi bar-bar dan agresif sendiri siapa lagi kalau bukan karena ulah manusia yang suka dijuluki The Jongos Of Mipa 2 itu, yah bagi mereka Eko adalah manusia setengah waras.
Puput kali ini berdiri dengan nafas yang tak beraturan lagi, pipinya memerah tanda sedang emosi pada manusia gila di hadapannya sekarang.
"BALIKIN BANGKE ROTI GUE! MAU GUE BEJEK KALI YAH TUH BIBIR LO? PERASAAN GAK ADA KERJAAN BANGET SIH LO JADI SYAITON!" Hilanglah sudah kesabaran gadis itu, sekarang dia harus mengeluarkan jurus andalan para cewek.
Puput berlari ke sudut kelas mengambil sapu yang tersandar di tembok itu dan mulai menentengnya mendekati manusia gila itu.
"MAU BENGEP APA BALIKIN?" Ancam Puput tak habis-habisnya pada pria gak ada akhlak itu.
Mau bagaimana pun Eko adalah Eko, sang pemacu adrenalin, tidak takut dengan ancaman apapun. Bahkan meskipun Eko tau kalau gadis dihadannya sedang PMS terus saja dia ganggu tanpa ampun.
"Galak amat bu, rotinya buat yayang Eko aja yah? Enak kayaknya," Eko menyengir kuda layaknya orang tolol yang tidak bisa membedakan mana roti mana pembalut.
Mungkin kalau sekedar roti biasa Puput tidak akan senekat itu merebutnya dari Jin Iprit sialan itu, pasalnya itu roti bersayap, dan dia sangat membutuhkannya, maklum cewek lagi PMS.
"Sehari aja gak usah ribut bisa gak? Bosen gue," suara itu berasal dari seorang gadis yang baru saja datang dari balik pintu, Icha. Geram rasanya jika sudah menyaksikan dua manusia itu bertengkar, gak ada ujungnya, pasti continue sampe matipun akan kayak gitu kayaknya, hanya Allah yang tau.
Padahal suasana masih pagi dan untungnya belum ada siapa-siapa di kelas itu selain Eko, Puput dan Icha yang baru saja datang. Sebuah kebetulan memang Eko dipertemukan dengan Puput dalam suasana sepagi ini, beda dengan Puput baginya suatu musibah besar jika sudah dihadapkan dengan manusia bentukannya kaya Eko gitu. Innalillahi ...
"Gimana gak ribut mulu, orang setan versus kuntilanak," celetuk Rahma yang baru saja nongol dari balik pintu, menyusul kedatangan Icha.
"EKO! LO GAK NORMAL YAH?" Tanya Puput dengan nada keras.
"KENAPA? LO PERLU BUKTI?" Tanya Eko tak menghiraukan tatapan tajam dari Icha dan Rahma yang mengarah padanya.
"GIMANA BUKTIINNYA?" Tanya Puput memancing lintah darat itu.
"GUE CIUM LO MAU?"
"NAJIS! ASAL LO TAU YAH, COWOK NORMAL GAK AKAN BIARIN CEWEK MANAPUN MARAH-MARAH KAYAK GINI, COWOK NORMAL AKAN NURUTIN APA KATA CEWEK, DAN LO KALAU MAU NORMAL BERARTI HARUS NURUT DULU SAMA GUE," ucap Puput dengan nada tinggi. Puput tau otak pria itu sangat dangkal, bahkan akan terlihat jika dia sangat bingung dalam mencerna perkataan. Itu hanya prediksi sementara dari seorang Puput.
"BERARTI GUE HARUS BALIKIN ROTI JEPANG LOH YA?" Entah pertanyaan atau sebuah lelucon, Eko seperti sengaja membodoh-bodohkan dirinya sendiri.
"Iya Eko sayang, balikin rotinya tuan putri, nanti tuan putri enggak bisa terbang tanpa roti bersayap itu," bujuk Puput dengan nada diperhalus agak pria itu mau memberikannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prizer Ketos [on going]
Ficção AdolescenteApakah aku bisa mencairkan hati sedingin es batu itu, sikap se cuek angsa itu? Hmmm ... sepertinya aku harus berjuang ekstra. Dari bilik kebahagiaan selalu dia yang menjadi pembuka pintu meski pernah tertutup diredam sikap dan ego. Mungkin kita akan...