1

659 34 6
                                    

Romeo Azka Syahputra putra kembar dari pasangan Arbima Putra Syahputra dengan Sovia Jelita, Azka sendiri mempunyai saudara kembar perempuan bernama Primadona Edelweiss Syahputra. Kedua orang tua Azka dan Dona berada di Singapore untuk mengurus perusahaan keluarga yang mengembangkan sayap ke pasar internasional, dari kecil mereka sudah tinggal di Singapore. Keluarga ayah Azka sudah tidak ada yang tertinggal hanya keluarga sang bunda yang mengunjungi apabila sedang liburan atau menghabiskan waktu di negara ini.

Azka dan keluarga juga beberapa kali pulang ke Indonesia untuk melepas kangen dengan keluarga yang lain serta berlibur, bunda Azka lebih suka berada di Bali untuk menenangkan diri dan Azka merasa bahwa Bali adalah tempat yang tepat untuk menenangkan diri. Biasanya Via menghabiskan waktu berbulan – bulan selama di Bali bersama Azka dan Dona tidak tertinggal Billy dan Endi yang merupakan anak dari Bima sang ayah meskipun bukan darah daging sendiri tapi tetap menjadi anak Bima dan Via. Azka dan Dona selalu mempunyai teman bermain ketika kecil karena mereka memiliki saudara yang masih satu usia dan setiap ke Indonesia akan menjadi kesenangan bagi Dona dan Azka.

Menjelang remaja Azka diminta oleh Bima sang ayah untuk mempelajari bisnis, sayangnya Azka tidak tertarik sama sekali dan Dona selaku kembarannya seakan tidak peduli dengan bisnis yang dimiliki keluarga ini. Bima tidak pernah memaksa sang anak terjun di bidang yang sama seperti dirinya, tapi tidak adanya orang yang menangani perusahaan sedikit membuat Bima terbebani. Azka tetap dengan tujuannya untuk menjadi produser musik, kecintaan Azka pada musik sudah terlihat dari awal dan sebenarnya Wijaya sang kakek sangat mendukung apa yang Azka lakukan. Keinginan Azka tidak dapat dicegah berkali – kali Via merayu Azka tetap tidak meruntuhkan keinginan Azka.

“Apa tidak ada perubahan?,” Via menatap Azka dengan memohon.

Azka menggeleng lemah “bunda tahu bagaimana aku cinta dengan musik jadi jangan paksa.”

Via menghembuskan nafas panjang “ayah kamu sebenarnya tidak masalah hanya saja bunda tidak tega melihat ayah kamu kelelahan.”

“Dona apa tidak bisa, bun?,” Azka menatap Via lembut yang hanya dijawab dengan gelengan kepala “Endi atau Billy?.”

“Bunda belum bicara sama mereka tapi jika Billy kita masih belum berani memberikan kamu tahu latar belakangnya,” aku mengangguk paham “nanti bunda bicara dengan ayah siapa tahu bisa Endi.”

Azka menghembuskan nafas panjang terhadap apa yang dibicarakan Via baru saja, impian Azka hanya menjadi seorang produser untuk musisi dan sebenarnya Azka sudah mendapatkan tawaran dari salah satu agensi untuk terlibat dalam musik dari penyanyi mereka. Kegemaran Azka pada musik sudah terlihat ketika kecil tapi saat itu hanya menganggap sebagai hobi saja dan semenjak sudah beranjak dewasa barulah Azka ingin mendalaminya. Azka sepertinya sudah menganggap musik adalah bagian dari hidupnya, bahkan lingkungan pergaulan Azka adalah orang – orang yang terlibat dalam musik. Azka berencana untuk membicarakan ini pada Bima sang ayah yang biasanya bisa berpikir bijaksana sama seperti sang kakek, bagi Azka daripada tidak sama sekali berusaha untuk mendapatkan ijin dari sang ayah.

“Kamu akan tetap dengan keputusan di dunia musik?,” tanya Bima ketika akan sarapan bersama “ayah gak pernah larang sama sekali hanya satu pinta ayah fokuslah pada apa yang sudah kamu pilih.”

“Kemungkinan yang lain adalah Azka akan keluar dari rumah,” perkataan Azka membuat Via menghentikan kegiatan dan menatap Azka tajam “aku hanya ingin mandiri tanpa bantuan dari bunda dan ayah serta keluarga lain, kapan itu aku mendapatkan tempat tinggal yang sangat nyaman ya meski tidak sebesar sini.”

“Keputusan kamu sangat berani dan sepertinya kami harus berdiskusi terlebih dahulu,” ucap Bima membuat Azka menatap kedua orang tuanya lalu mengangguk paham.

Keputusan Azka untuk mandiri membuat suasana rumah berbeda karena Via tampak sedih, berkali – kali Azka merayu sang bunda agar membiarkannya tinggal seorang diri dan itu semua karena Azka memang ingin mandiri juga letak apartemen yang berdekatan dengan tempat kerjanya menjadi pertimbangan utama.

“Bunda hanya takut terjadi sesuatu denganmu,” sambil membelai pipi Azka “tapi bunda sadar kalau kamu sudah besar.”

“Kita harus percaya kalau Azka bisa jaga diri,” ucap Bima menatap Via “kalau Azka berjalan di luar konteks mungkin kita bisa melakukan sesuatu pada dirinya.”

“Aku yakin kalau ayah gak akan tega apa lagi ada kakek yang akan membela aku,” ucap Azka bangga membuat Bima memutar bola matanya malas “aku janji akan makan teratur, hidup bersih dan ingat kesehatan,” Azka memegang tangan Via erat.

Azka dapat mendengar helaan nafas panjang yang keluar dari hidung sang bunda yang tampak memikirkan semuanya, bagaimanapun Azka ingin hidup mandiri tanpa ada gangguan dari kedua orang tuanya. Azka bukan tidak bebas berada di rumah hanya saja di usia yang sudah dewasa ini setidaknya Azka bisa melatih diri untuk bisa lepas dari bayangan kedua orang tua dan keluarga besar dari sang bunda.

“Bunda bisa apa selain menyetujui permintaan kamu,” Azka menatap tidak percaya dengan seketika memeluk Via erat “janji sama bunda untuk baik – baik di sana dan membiarkan bunda datang kapan pun.”

Azka mengangguk “asal tidak setiap hari karena anak bunda bukan hanya aku masih ada Dona yang perlu perhatian ekstra.”

Keputusan untuk tinggal mandiri sudah di dapatkan dan saat ini Azka akan membuktikan bahwa keputusannya ini tidak pernah salah, keputusan lain yang Azka ambil adalah meminta kedua orang tuanya menghentikan aliran dana masuk ke rekening miliknya. Keputusan ini membuat Bima terkejut namun akhirnya tetap menyetujui permintaan Azka yang sedikit membuatnya berpikir keras.

“Jangan khawatir bagaimana Azka di luar sana karena Azka tahu jika Tuhan akan selalu membimbing umatnya agar tetap berada di jalan yang mereka ambil dan bukankah Tuhan memberikan cobaan pada kita sesuai dengan kemampuan kita,” Bima akhirnya mengangguk lemah “bun, tolong aku ingin mandiri lagian aku masih bisa menggunakan tabungan yang ada.”

“Kami tidak bisa berkata banyak dan semuanya kembali pada dirimu karena sepertinya sudah kamu rencanakan dengan matang,” ucap Bima lelah.

“Buah tidak jauh dari pohonnya,” sindir Via membuat Bima cemberut.

Momen kebersamaan ini nantinya akan membuat Azka kangen karena bagaimanapun di keluarga ini adalah dukungan satu sama lain, bahkan ketika terpuruk sekalipun mereka akan tetap hadir memberikan semangat. Keluarga ini tidak pernah menilai negatif atas apa yang dilakukan bahkan jika pilihannya tidak sesuai dengan latar belakang keluarga selama ini, sejauh ini bidang yang keluarga ini pilih bisa dipertanggung jawab kan dan itu membuat Azka harus tanggung jawab dengan kebebasan yang diberikan kedua orang tuanya juga keluarga ini.

Cucunya Wijaya ada di sini ya ☺️ semoga bisa update

Gay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang